Mata Uang Asing (Valuta Asing)


Mata Uang Asing (Valuta Asing)


Setiap negara menerbitkan mata uang (currency) yang berlaku di wilayah negara masing-masing. Contohnya, Indonesia menerbitkan mata uang rupiah, Amerika Serikat menerbitkan dolar Amerika Serikat, Jepang menerbitkan yen, dan Thailand menerbitkan baht. Mata uang tersebut hanya berlaku sebagai alat pembayaran di wilayah negara yang bersangkut an. Mata uang yang masuk di Indonesia dan diterbitkan oleh negara lain dikategorikan sebagai mata uang asing atau valuta asing. Valuta asing (foreign exchange atau biasa disingkat forex) merupakan mata uang asing serta alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan transaksi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi dari bank sentral.

Mata uang asing yang ada di dunia dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Mata Uang Kuat

Mata uang kuat (strong currency atau hard currency) adalah mata uang suatu negara yang mempunyai permin taan stabil, fluktuasinya kecil, dan sering digunakan dalam perdagangan internasional. Pada umumnya bank sentral menyimpan mata uang kuat sebagai cadangan devisa negara. Dalam perdagangan valuta asing, mata uang kuat dijual dengan premi terhadap mata uang lemah. Mata uang kuat umumnya berasal dari negara maju, seperti dolar Amerika Serikat, yen Jepang, franc Swiss, dolar Australia, dan pound sterling Inggris.

2. Mata Uang Lemah

Mata uang lemah (exotic currency, weak currency, atau soft currency) adalah mata uang suatu negara yang kurang diminati jika dibandingkan dengan mata uang negara lain. Mata uang lemah yang merupakan cadangan devisa suatu negara diawasi secara ketat oleh otoritas moneter sehingga terbatas untuk dikonversi menjadi emas atau mata uang negara lain. Kondisi tersebut disebabkan oleh perekono mian yang masih dalam tahap perkembangan dan sering terjadinya goncangan perekonomian atau stabilitas politik. Contoh mata uang lemah adalah mata uang yang berasal dari negara-negara berkembang, seperti rupiah Indonesia, peso Filipina, dan baht Thailand.

Mata uang yang berlaku secara resmi di Indonesia adalah mata uang rupiah. Mata uang rupiah diedarkan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral di Indonesia. Penerbitan mata uang rupiah oleh Bank Indonesia tidak dijamin oleh ketersediaan emas pada Bank Indonesia. Nilai uang kartal tersebut terletak pada kredibilitas Bank Indonesia dalam menjaga ketersediaan uang dan menjaga kestabilan harga. Ketika Bank Indonesia dianggap tidak mampu menjaga nilai rupiah, masyarakat mungkin menukar rupiah dengan mata uang kuat seperti dolar atau euro. Contohnya, pada saat Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1998, masyarakat yang kehilangan kepercayaan menjadi panik kemudian beramai-ramai menjual rupiah dan membeli dolar. Akibat penjualan besar-besaran tersebut, nilai mata uang rupiah terhadap dolar justru semakin merosot. 

Menjaga agar nilai rupiah selalu stabil merupakan salah satu tugas pokok Bank Indonesia selaku bank sentral di Indonesia Kestabilan nilai rupiah di dalam negeri dapat diukur dari tinggi rendahnya tingkat inflasi, sedangkan di luar negeri dapat diukur dari tingkat kurs atau nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Jangan sampai kurs rupiah mengalami fluktuasi atau perubahan yang terlalu tajam.

Mengapa Bank Indonesia perlu menjaga kurs rupiah? Hal ini disebabkan kegiatan ekonomi di tingkat lokal maupun internasional selalu terkait dengan perkembangan kurs rupiah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Contoh keterkaitan langsung adalah pada kegiatan perdagangan internasional. Saat ini kegiatan perdagangan antarnegara semakin meningkat, terutama kegiatan ekspor, impor, dan investasi atau penanaman modal. Perkembangan nilai rupiah dapat memengaruhi pelaku perdagangan internasional, yaitu eksportir dan importir karena setiap satu rupiah akan selalu dikonversikan nilainya dengan mata uang asing. 

Keterkaitan kurs secara tidak langsung dapat kita amati dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa kita sadari, kehidupan kita juga terpengaruh oleh perkembangan nilai valuta asing. Contohnya, dalam jual beli komputer. Harga komputer biasanya menggunakan standar harga dolar yang merupakan valuta asing. Seperti kita ketahui, komputer merupakan salah satu produk yang masih harus diimpor dari luar negeri. Pada umumnya harga komputer akan ikut naik jika nilai mata uang dolar naik.

Tersedianya mata uang membuat semua komoditas yang dipasarkan di dunia dapat disatukan dalam satu mata uang tertentu. Apabila mata uang negara di dunia berbeda-beda, bagaimana cara melakukan perdagangan antarnegara?

Sebagai contoh, perdagangan antara Indonesia dan Cina. Ketika Indonesia mengimpor komputer dari Cina berarti Cina mengekspor komputer ke Indonesia. Dalam transaksi perdagangan tersebut terdapat tiga cara pembayaran, yaitu sebagai berikut

1. Importir Indonesia menukar rupiah dengan yuan untuk membayar transaksi kepada eksportir Cina. 

2. Eksportir Cina dibayar dengan rupiah, kemudian ditukarkan sendiri dengan yuan Cina.

3. Apabila eksportir Cina minta dibayar dengan uang dolar Amerika Serikat, importir Indonesia harus membeli dolar untuk dibayarkan kepada eksportir Cina. Kemudian, eksportir Cina menukarkan uang dolar Amerika Serikat dengan yuan Cina.

Semua transaksi tersebut mengakibatkan adanya per mintaan dan penawaran mata uang, baik mata uang rupiah maupun mata uang asing. Ketika orang Indonesia memiliki kewajiban membayar barang impor dari Cina, orang tersebut harus menukar mata uang rupiah dengan yuan. Artinya, terdapat permintaan terhadap mata uang yuan karena mata uang rupiah akan dijual atau ditukar dengan yuan.

Demikian sebaliknya, ketika orang Cina membeli barang yang harus dibayar dengan uang rupiah, maka terjadi permintaan terhadap mata uang rupiah. Interaksi antara permintaan dan penawaran mata uang antara dua negara menimbulkan nilai tukar yang disebut kurs mata uang.

Mata uang suatu negara selain berfungsi sebagai alat tukar, satuan hitung, dan alat pembayaran yang resmi di negara tersebut, ternyata juga berfungsi sebagai komoditas yang dapat diperjualbelikan. Adanya keterkaitan dan persaingan karena keterbatasan atau kelebihan valuta asing antarnegara juga menjadi pendorong adanya jual beli valuta asing.

Valuta asing yang masuk ke dalam suatu negara akan dihitung sebagai cadangan devisa negara tersebut. Kita dapat mengetahui besarnya cadangan devisa yang dimiliki suatu negara dari neraca pembayaran (balance of payment). Semakin banyak valuta asing atau devisa yang dimiliki negara, semakin besar kemampuan negara tersebut melakukan transaksi ekonomi dan keuangan internasional. Hal ini karena beberapa fungsi devisa dalam bentuk mata uang asing adalah untuk membayar impor barang dan jasa serta membayar utang luar negeri yang jatuh tempo. Ketika cadangan devisa menipis, sedangkan impor dan utang luar negeri yang jatuh tempo meningkat, kurs mata uang negara tersebut dapat mengalami penurunan nilai.

Cadangan devisa yang ada pada suatu negara dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1. Cadangan Devisa Resmi

Cadangan devisa resmi merupakan cadangan devisa milik negara yang dikelola, dikuasai, diurus, dan ditatausahakan oleh bank sentral. Di Indonesia, cadangan devisa resmi ditatausahakan oleh Bank Indonesia yang merupakan bank sentral di Indonesia.

2. Cadangan Devisa Nasional

Cadangan devisa nasional adalah cadangan devisa yang dimiliki perseorangan, badan, atau lembaga perbankan yang merupakan kekayaan nasional. Meskipun berada di luar Bank Indonesia, tetapi cadangan devisa tersebut tetap harus dilaporkan kepada Bank Indonesia.

Devisa yang berbentuk mata uang asing suatu negara berasal dari berbagai sumber. Sumber-sumber devisa negara adalah sebagai berikut

1. Pinjaman atau utang luar negeri.

2. Hadiah atau bantuan luar negeri. 

3. Penerimaan dividen atau jasa bunga dari luar negeri.

4. Hasil ekspor barang dan jasa. 

5. Kiriman valuta asing dari luar negeri, misalnya dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri. 

6. Wisatawan asing yang membelanjakan mata uangnya di Indonesia. 

Berdasarkan sumbernya, cadangan devisa yang masuk dikelompokkan menjadi devisa kredit dan devisa umum. Devisa kredit adalah devisa yang bersumber dari pinjaman luar negeri, sedangkan devisa umum adalah devisa yang berasal dari kegiatan ekspor, penerimaan dividen, dan sumber nonkredit lainnya.

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar