Materi TKP PROFESIONALISME tes SKD CPNS


Materi TKP PROFESIONALISME tes SKD CPNS


Tujuan belajar TKP PROFESIONALISME tes SKD CPNS adalah Mampu   melaksanakan   tugas   dan   fungsi   sesuai   dengan tuntutan jabatan.

Profesionalisme  merupakan  suatu  tingkah  laku,  suatu  tujuan  atau  suatu  rangkaian  kualitas  yang  menandai  atau  melukiskan  coraknya  suatu  “profesi”.  Profesionalisme  mengandung  pula  pengertian  menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau sebagai sumber penghidupan.  Disamping  istilah  profesionalisme,  ada  istilah  yaitu  profesi.  Profesi   sering   kita   artikan   dengan   “pekerjaan”   atau   “job”   kita   sehari-hari. Tetapi dalam kata profession yang berasal dari perbendaharaan Angglo Saxon tidak hanya terkandung pengertian “pekerjaan” saja.  Profesi  mengharuskan  tidak  hanya  pengetahuan  dan  keahlian  khusus  melalui  persiapan  dan  latihan,  tetapi  dalam  arti  “profession”  terpaku juga suatu “panggilan”.Dengan begitu, maka arti “profession” mengandung dua unsur. Pertama  unsur  keahlian  dan  kedua  unsur  panggilan.  Sehingga  seorang  “profesional”  harus  memadukan  dalam  diri  pribadinya  kecakapan  teknik  yang  diperlukan  untuk  menjalankan  pekerjaannya,  dan  juga  kematangan  etik.  Penguasaan  teknik  saja  tidak  membuat  seseorang  menjadi “profesional”. Kedua-duanya harus menyatu.

A. Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme (profésionalisme) ialah     sifat-sifat     (kemampuan,     kemahiran,  cara  pelaksanaan  sesuatu  dan  lain-lain)  sebagaimana  yang   sewajarnya   terdapat   pada   atau  dilakukan  oleh  seorang  profesional.  Profesionalisme  berasal  dari pada profesion yang bermakna   berhubungan   dengan   profesion  dan  memerlukan  kepandaian khusus  untuk  menjalankannya,  (KBBI,  1994).  Jadi,  profesionalisme  adalah  tingkah  laku,  kepakaran  atau  kualitas  dari  seseorang yang profesional (Longman, 1987).

B. Syarat Profesionalisme

Menjadi      seorang      professional      bukanlah  pekerjaan  yang  mudah.  Untuk    mencapainya,    diperlukan    usaha  yang  keras,  karena  ukuran  profesionalitas    seseorang    akan    dilihat dua sisi. Yakni teknis keterampilan  atau  keahlian  yang  dimilikinya,   serta   hal-hal   yang   berhubungan dengan sifat, watak, dan kepribadiannya.  Paling  tidak,  ada  delapan  syarat  yang  harus  dimiliki  oleh seseorang jika ingin jadi seorang professional.

1. Menguasai Pekerjaan

Seseorang layak disebut professional apabila ia tahu betul apa yang harus ia kerjakan. Pengetahuan terhadap pekerjaannya ini harus dapat dibuktikan dengan hasil yang dicapai. Dengan kata lain,   seorang   professional   tidak   hanya   pandai   memainkan   kata-kata secara teoritis, tapi juga harus mampu mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Ia memakai ukuran-ukuran yang jelas, apakah yang dikerjakannya itu berhasil atau tidak. Untuk menilai apakah seseorang menguasai pekerjaannya, dapat dilihat  dari  tiga  hal  yang  pokok,  yaitu  bagaimana  ia  bekerja,  bagaimana  ia  mengatasi  persoalan,  dan  bagaimana  ia  akan  menguasai hasil kerjanya.

Seseorang  yang  menguasai  pekerjaan  akan  tahu  betul  seluk  beluk dan liku-liku pekerjaannya. Artinya, apa yang dikerjakannya tidak cuma setengah-setengah, tapi ia memang benar-benar mengerti  apa  yang  ia  kerjakan.  Dengan  begitu,  maka  seorang  profesional  akan  menjadikan  dirinya  sebagai  problem  solver  (pemecah  persoalan),  bukannya  jadi  trouble  maker  (pencipta  masalah) bagi pekerjaannya.

2. Menguasai Pekerjaan

Loyalitas bagi seorang profesional memberikan petunjuk bahwa dalam   melakukan   pekerjaannya,   ia   bersikap   total.   Artinya,   apapun yang ia kerjakan didasari oleh rasa cinta. Seorang professional memiliki suatu prinsip hidup bahwa apa yang dikerjakannya bukanlah suatu beban, tapi merupakan panggilan hidup. Maka, tak berlebihan bila mereka bekerja sungguh-sungguh.

Loyalitas bagi seorang profesional akan memberikan daya dan kekuatan  untuk  berkembang  dan  selalu  mencari  hal-hal  yang  terbaik  bagi  pekerjaannya.  Bagi  seorang  profesional,  loyalitas  ini akan menggerakkan dirinya untuk dapat melakukan apa saja tanpa  menunggu  perintah.  Dengan  adanya  loyalitas  seorang  professional  akan  selalu  berpikir  proaktif,  yaitu  selalu  melakukan usaha-usaha antisipasi agar hal-hal yang fatal tidak terjadi

3. Mempunyai Integritas

Nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan harus benar-benar jadi  prinsip  dasar  bagi  seorang  profesional.  Karena  dengan  integritas  yang  tingi,  seorang  profesional  akan  mampu  membentuk  kehidupan  moral  yang  baik.  Maka,  tidaklah  berlebihan  apabila dikatakan bahwa seorang professional tak cukup hanya cerdas  dan  pintar,  tapi  juga  sisi  mental.  Segi  mental  seorang  professional   ini   juga   akan   sekaligus   menentukan   kualitas   hidupnya.  Alangkah  lucunya  bila  seseorang  mengaku  sebagai  profesional,  tapi  dalam  kenyataanya  ia  seorang  koruptor  atau  manipulator ?Integritas yang dipunyai oleh seorang professional akan membawa  kepada  penyadaran  diri  bahwa  dalam  melakukan  suatu  pekerjaan, hati nurani harus tetap menjadi dasar dan arah untuk mewujudkan  tujuannya.  Karena  tanpa  mempunyai  integritas  yang  tinggi,  maka  seorang  professional  hanya  akan  terombang-ambingkan   oleh   perubahan   situasi   dan   kondisi   yang   setiap saat bisa terjadi. Di sinilah intregitas seorang professional  diuji,  yaitu  sejauh  mana  ia  tetap  mempunyai  prinsip  untuk  dapat bertahan dalam situasi yang tidak menentu

4. Mampu Bekerja Keras

Seorang  profesional  tetaplah  manusia   biasa   yang   mempunyai   keterbatasan dan kelemahan. Maka, dalam mewujudkan      tujuan-tujuan      yang      ingin  dicapai,  seorang  professional  tidak  dapat  begitu  saja  mengandal-kan     kekuatannya     sendiri.     Sehebat-hebatnya   seorang   profesional,   pasti  tetap  membutuhkan  kehadiran  orang   lain   untuk   mengembangkan   hidupnya.  Di  sinilah  seorang  professional  harus  mampu  menjalin  kerja  sama  dengan  berbagai  pihak.  Dalam  hal  ini,  tak  benar  bila  jalinan  kerja  sama      hanya      ditujukan      untuk      orang-orang  tertentu.  Seorang  profesional tidak akan pernah memilih-milih dengan siapa ia akan bekerja sama.Seorang  profesional  akan  membuka  dirinya  lebar-lebar  untuk  mau  menerima  siapa  saja  yang  ingin  bekerja  sama.  Maka  tak  mengherankan  bila  disebut  bahwa  seorang  profesional  siap  memberikan dirinya bagi siapa pun tanpa pandang bulu. Untuk dapat mewujudkan hal ini, maka dalam diri seorang profesional harus  ada  kemauan  menganggap  sama  setiap  orang  yang  ditemuinya,   baik   di   lingkungan   pekerjaan,   sosial,   maupun   lingkungan yang lebih luas.Seorang  profesional  tidak  akan  merasa  canggung  atau  turun  harga diri bila ia harus bekerja sama dengan orang-orang yang mungkin secara status lebih rendah darinya. Seorang profesional  akan  bangga  bila  setiap  orang  yang  mengenalnya,  baik  langsung   maupun   tidak   langsung,   memberikan   pengakuan   bahwa ia memang seorang profesional. Hal ini bisa dicapai apabila ia mampu mengembangkan dan meluaskan hubungan kerja sama dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan pun

5. Mempunyai Visi

Seorang profesional harus mempunyai visi  atau  pandangan  yang  jelas  akan  masa  depan.  Karena  dengan  adanya  visi  tersebut,  maka  ia  akan  memiliki  dasar  dan  landasan  yang  kuat  untuk  mengarahkan  pikiran,  sikap,  dan  perilakunya. Dengan mempunyai visi yang jelas,  maka  seorang  profesional  akan  memiliki  rasa  tanggung  jawab  yang  besar,  karena  apa  yang  dilakukannya  sudah  dipikirkan  masak-masak,  sehingga   ia   sudah   mempertimbangkan   resiko apa yang akan diterimanya.

Seorang  profesional  harus  mempunyai  visi  atau  pandangan  yang jelas akan masa depan. Karena dengan adanya visi tersebut, maka ia akan memiliki dasar dan landasan yang kuat untuk mengarahkan  pikiran,  sikap,  dan  perilakunya.  Dengan  mempunyai  visi  yang  jelas,  maka  seorang  profesional  akan  memiliki  rasa tanggung jawab yang besar, karena apa yang dilakukannya sudah dipikirkan masak-masak, sehingga ia sudah mempertimbangkan resiko apa yang akan diterimanya.

6. Mempunyai Kebanggaan

Seorang  profesional  harus  mempunyai  kebanggaan  terhadap  profesinya. Apapun profesi atau jabatannya, seorang profesional harus mempunyai penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap profesi tersebut. Karena dengan rasa bangga tersebut, ia akan mempunyai rasa cinta terhadap profesinya.Dengan  rasa  cintanya,  ia  akan  mempunyai  komitmen  yang  tinggi terhadap apa yang dilakukannya. Komitmen yang didasari oleh munculnya rasa bangga terhadap profesi dan jabatannya akan  menggerakkan  seorang  profesional  untuk  mencari  dan  hal-hal yang lebih baik, dan senantiasa memberikan kontribusi yang besar terhadap apa yang ia lakukan

7. Mempunyai Komitmen

Seorang  profesional  harus  memiliki  komitmen  tinggi  untuk  tetap menjaga profesionalismenya. Artinya, seorang profesional tidak  akan  begitu  mudah  tergoda  oleh  bujuk  rayu  yang  akan  menghancurkan nilai-nilai profesi. Dengan komitmen yang dimilikinya,  seorang  akan  tetap  memegang  teguh  nilai-nilai  profesionalisme yang ia yakini kebenarannya

Seseorang tidak akan mengorbankan idealismenya sebagai seorang profesional hanya disebabkan oleh hasutan harta, pangkat dan  jabatan.  Bahkan  bisa  jadi,  bagi  seorang  profesional,  lebih  baik  mengorbankan  harta,  jabatan,  pangkat  asalkan  nilai-nilai  yang ada dalam profesinya tidak hilang.Memang, untuk membentuk komitmen yang tinggi ini dibutuhkan  konsistensi  dalam  mempertahankan  nilai-nilai  profesionalisme.  Tanpa  adanya  konsistensi  atau  keajekan,  seseorang  sulit  menjadikan  dirinya  sebagai  profesional,  karena  hanya  akan  dimainkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi.

8. Mempunyai Motivasi

Dalam situasi dan kondisi apa pun, seorang professional tetap harus bersemangat dalam melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Artinya, seburuk apa pun kondisi dan situasinya, ia harus  mampu  memotivasi  dirinya  sendiri  untuk  tetap  dapat  mewujudkan hasil yang maksimal.Dapat  dikatakan  bahwa  seorang  professional  harus  mampu  menjadi motivator bagi dirinya sendiri. Dengan menjadi motivator    bagi  dirinya  sendiri,  seorang  professional  dapat  membangkitkan  kelesuan-kelesuan  yang  disebabkan  oleh  situasi  dan  kondisi yang ia hadapi. Ia mengerti, kapan dan di saat-saat seperti apa ia harus memberikan motivasi untuk dirinya sendiri.Dengan  memiliki  motivasi  tersebut,  seorang  professional  akan  tangguh dan mantap dalam menghadapi segala kesulitan yang dihadapinya.

C. Ciri Profesionalisme

Di bawah ini dikemukakan beberapa ciri profesionalisme :

- Profesionalisme  menghendaki  sifat  mengejar  kesempurnaan  hasil (perfect result), sehingga kita di tuntut untuk selalu mencari peningkatan mutu.

- Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.

- Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah puas atau putus asa sampai hasil tercapai.

- Profesionalisme   memerlukan   integritas   tinggi   yang   tidak   tergoyahkan oleh “keadaan terpaksa” atau godaan iman seperti harta dan Kenikmatan hidup.

- Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan, sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi.

D. Karakter Profesionalisme

- Melaksanakan tugas dengan terampil, kreatif, dan inovatif;

- Mempunyai komitmen yang kuat terhadap tugas dan program;

- Komitmen terhadap pelayanan publik;

- Bekerja berdasarkan sifat dan etika profesional;

- Memiliki daya tanggap (responsiveness) dan akuntabilitas (accountability);

- Memiliki  derajat  otonomi  yang  penuh  rasa  tanggung  jawab  dalam membuat keputusan; dan

- Memaksimalkan efisiensi dan kreativitas.

E. Pentingnya Etika Profesi

Apakah etika, dan apakah etika profesi itu ? Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak  kesusilaan atau adat.  Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep  yang  dimilki  oleh  individu  ataupun  kelompok  untuk  menilai  apakah  tindakan-tindakan  yang  telah  dikerjakannya  itu  salah  atau  benar, buruk atau baik.

Menurut  Martin  (1993),  etika  didefinisikan  sebagai    “the  discpline which can act as the performance index or reference for our control system”.  Dengan demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun  standar  yang  akan  mengatur  pergaulan  manusia  di  dalam  kelompok sosialnya.  

Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan  dengan  seni  pergaulan  manusia,  etika  ini  kemudian  dirupakan  dalam  bentuk  aturan  (code)  tertulis  yang  secara  sistematik  sengaja  dibuat  berdasarkan  prinsip-prinsip  moral  yang  ada  dan  pada  saat  yang  dibutuhkan  akan  bisa  difungsikan  sebagai  alat  untuk  menghakimi  segala  macam  tindakan  yang  secara  logika-rasional  umum  (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.  

Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena  segala  sesuatunya  dibuat  dan  diterapkan  dari  dan  untuk  kepenringan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan  kelompok yang berkeahlian  dan  berkemahiran  yang  diperoleh  melalui  proses  pendidikan  dan  pelatihan  yang  berkualitas  dan  berstandar  tinggi  yang  dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya  dapat  dikontrol  dan  dinilai  dari  dalam  oleh  rekan  sejawat,  sesama profesi sendiri.  Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan  diperlukan  untuk  menjaga  martabat  serta  kehormatan  profesi,  dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan kehlian (Wignjosoebroto, 1999).

Oleh  karena  itu  dapatlah  disimpulkan  bahwa  sebuah  profesi  hanya  dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan  etika  profesi  pada  saat  mereka  ingin  memberikan    jasa  keahlian  profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.  

Tanpa etika profesi, apa yang semual dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa  (okupasi)  yang  sedikitpun  tidak  diwarnai  dengan  nilai-nilai  idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidakadanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini. 

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar