Proses Dasar Penelitian Tindakan Kelas




Penelitian tindakan kelas pada dasarnya bersifat partisipatoris dan bisa saja secara kolaboratif. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang secara khas dilakukan karena ada kepedulian terhadap keadaan yang perlu ditingkatkan, yang dalam hal ini adalah peningkatan proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa. 

Guna dalam situasi tertentu mendeskripsikan kepeduliannya terhadap kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan, menjajaki apa yang dipikirkan oleh orang lain, dan berusaha mencari apa yang harus dilakukan untuk mengubah dan memperbaiki kualitas pembelajarannya itu. Jika diperlukan, peneliti dari perguruan tinggi kependidikan membantu mengidentifikasi substansi kepedulian dalam kegiatan pembelajaran itu yang kemudian akan dijadikan fokus penelitian serta merumuskan strategi peningkatannya. 

Guru dengan berdiskusi bersama teman sejawat atau peneliti dari perguruan tinggi kependidikan menyusun rencana tindakan bersama-sama, bertindak dan mengamati kegiatan tindakan serta dampaknya, dan melakukan refleksi terhadap hasilnya. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan kembali rencana tindakan baru yang telah diperbaiki berdasarkan informasi yang lebih lengkap dan lebih kritis. Itulah empat aspek pokok dalam penelitian tindakan, yang selanjutnya secara berturut-turut diuraikan di bawah ini.

1. Penyusunan Rencana

Rencana penelitian tindakan kelas merupakan tindakan yang tersusun dan harus memiliki pandangan jauh ke depan, yakni untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta hasil belajar siswa. Rencana itu harus mengakui bahwa setiap tindakan dalam batas-batas tertentu tidak dapat diramalkan, dan oleh sebab itu cukup mengandung risiko. Rencana umumnya harus bersifat fleksibel untuk dapat diadaptasikan dengan pengaruh yang tak terduga dan tidak terlihat, tidak teramati, atau tidak terpikirkan sebelumnya. Tindakan yang sudah direncanakan harus disampaikan dengan dua pengertian. Pertama, tindakan mempertimbangkan risiko yang ada dalam perubahan sosial dan mengakui adanya kendala nyata, baik yang bersifat material, interaksi sosial, maupun psikologis dalam situasi terkait dengan pembelajaran yang ada. Kedua, tindakan yang akan dilaksanakan hendaknya dipilih karena memungkinkan guru untuk bertindak secara lebih efektif dalam berbagai keadaan, secara lebih bijaksana, dan hati-hati Rencana tindakan itu hendaknya dapat membantu guru sebagai peneliti untuk mengatasi kendala yang ada dan memberikan kewenangan untuk bertindak secara lebih efektif dan efisien. Selain itu, juga harus dapat membantu guru untuk menyadari bahwa sesungguhnya dirinya memiliki potensi untuk melakukan tindakan secara efektif guna meningkatkan kualitas pembelajaran yang selama ini dilakukan.

2. Tindakan

Pengertian tindakan dalam penelitian tindakan kelas adalah tindakan guru sebagai peneliti yang dilakukan secara sadar dan terkendali dan yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana. Dalam konteks ini, tindakan itu digunakan sebagai kebijakan bagi guru untuk pengembangan tindakan-tindakan berikutnya, yaitu tindakan yang dilakukan guru yang disertai kemauan kuat untuk memperbaiki proses pembelajarannya.

Tindakan guru pada dasarnya dituntun oleh perencanaan yang telah dilakukan pada langkah sebelumnya. Artinya, rencana yang dirumuskan pada langkah sebelumnya itu hendaknya dijadikan acuan dalam hal dasar pemikirannya. Namun demikian, perlu diingat bahwa tindakan itu tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana yang telah disusun. Tindakan itu secara mendasar mengandung risiko karena dilakukan dalam situasi pembelajaran nyata di kelas dan berhadapan dengan berbagai kendala yang sebagian kadang-kadang muncul secara tiba-tiba dan tak terduga sebelumnya. Oleh karena itu, rencana tindakan harus bersifat sementara, fleksibel, dan siap diubah sesuai dengan situasi pembelajaran nyata yang dihadapi guru. Perlu diingat pula bahwa tindakan itu dalam batas-batas tertentu terkait dengan praktik tindakan sebelumnya. Namun, perlu ditegaskan juga bahwa praktik tindakan sebelumnya itu juga hanya merupakan pegangan tentatif bagi realitas tindakan pembelajaran yang ada sekarang. Jadi, tindakan sebaiknya bersifat fleksibel dan dinamis, yang memerlukan keputusan cepat oleh guru sebagai peneliti tentang apa yang perlu dilakukan dan penelitian praktis pembelajaran nyata di kelas. Pelaksanaan rencana tindakan memerlukan perjuangan materi, sosial. dan psikologis oleh guru untuk dapat mencapai hasil ke arah perbaikan.

3. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan oleh guru sebagai peneliti memperoleh gambaran secara cermat tentang tindakan yang sedang dilakukan dan kemudian mendokumentasikan pengaruh atau dampak dari tindakan tersebut. Observasi itu pada dasamya berorientasi ke masa yang akan datang, memberikan dasar bagi kegiatan refleksi pada saat sekarang, lebih-lebih lagi ketika putaran atau siklus tindakan itu sedang berjalan. Observasi secara cermat sangat diperlukan karena tindakan yang dilakukan oleh guru biasanya selalu dihadapkan kepada berbagai kendala dalam realitas pembelajaran di kelas. Dalam pada itu, kendala-kendala itu biasanya belum dapat diamati dengan jelas pada waktu pembelajaran yang lalu. Observasi harus selalu direncanakan dengan teliti dan dilakukan dengan cermat sehingga ada dasar dokumentasi yang dapet dipercaya untuk melakukan refleksi berikutnya. Observasi itu harus bersifat responsif dan pandangan serta pikiran guru sebagai peneliti harus bersifat terbuka. Guru sebagai peneliti harus memiliki kejelian dalam menyusun rencana observasi dan melaksanakan observasi tersebut agar dapat menangkap segala sesuatu yang tidak terduga sebelumnya Sebagaimana rencana tindakan dan pelaksanaan tindakan, rencana observasi juga harus fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-hal yang tak terduga. Guru sebagai peneliti tindakan kelas harus selalu memiliki catatan khusus untuk mencatat hal-hal yang terlewatkan dari observasi yang telah direncanakan.

Guru sebagai peneliti tindakan kelas harus mengobservasi atau mengamati proses tindakannya secara teliti dan cermat, mengobservasi pengaruh tindakan tersebut baik yang disengaja maupun tak sengaja, keadaan dan kendala tindakan yang ada, bagaimana keadaan dan kendala tersebut menghambat atau mempermudah tindakan yang telah direncanakan, dan persoalan-persoalan lain yang timbul baik yang telah diduga sebelumnya maupun yang tidak terduga. Observasi harus dilakukan oleh guru dengan niat yang kuat untuk memberikan dasar yang kokoh bagi refleksi diri secara kritis Dengan demikian, observasi dapat memberikan sumbangan yang bermakna bagi perbaikan praktik pembelajaran melalui pemahaman yang lebih baik dan tindakan yang dipikirkan, direncanakan, serta dilakukan secara lebih kritis dan cermat. Perlu ditegaskan di sini bahwa objek pokok yang diobservasi adalah selalu berupa tindakan, pengaruhnya atau dampak tindakan tersebut, dan konteks situasi tempat tindakan itu dilakukan.

4. Refleksi

Refleksi adalah mengingat, merenungkan, mencermati, dan menganalisis kembali suatu kegiatan atau tindakan yang telah dilakukan sebagaimana yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi dalam penelitian tindakan kelas berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan yang telah dilakukan selama proses pembelajaran. Refleksi senantiasa mempertimbangkan ragam perspektif atau sudut pandang yang ada tentang situasi pembelajaran nyata dan berusaha memahami persoalan serta keadaan di mana persoalan pembelajaran itu muncul. Agar refleksi dapat dilakukan secara lebih bagus dan tajam, guru sebagai peneliti sebaiknya selain melakukannya sendiri juga melakukan diskusi dengan teman sejawat atau peneliti dari perguruan tinggi kependidikan. Melalui diskusi dengan teman sejawat dan peneliti dari perguruan tinggi kependidikan itu, refleksi akan dapat dilakukan sampai pada rekonstruksi pemaknaan tindakan yang telah dilakukan serta situasi pembelajaran yang ada sehingga dapat memberikan dasar bagi perbaikan rencana tindakan selanjutnya 

Refleksi memiliki fungsi evaluatif. Artinya, menuntut guru sebagai peneliti tindakan kelas untuk menimbang-nimbang pengalamannya dalam melaksanakan tindakannya selama pembelajaran berlangsung. Ini perlu dilakukan untuk menilai apakah pengaruh tindakan yang muncul itu memang sesuai dengan yang diinginkan. Dengan cara demikian dapat memberikan saran-saran perbaikan tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan atau tindakan selanjutnya. Namun demikian, refleksi bisa juga bersifat deskriptif. Artinya, dengan refleksi memungkinkan dilakukannya peninjauan dan pengembangan gambaran yang lebih hidup tentang situasi dan kondisi nyata pembelajarannya dan tentang kendala yang dihadapi dalam melakukan tindakan.

Perlu dipahami betul bahwa penelitian tindakan kelas merupakan proses dinamis yang di dalamnya terdapat empat momen yang harus dipahami bukan sebagai langkah statis yang sifatnya lengkap, melainkan sebagai momen siklus-spiral dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi Peningkatan pemahaman pada tahap-tahap sebelumnya akan muncul sebagai dasar pemikiran bagi praktik berikutnya. Dasar pemikiran itu dikembangkan dengan diuji melalui praktik pembelajaran nyata. Setiap proposisi dalam dasar pemikiran harus dicocokan dengan praktik pembelajaran nyata dan dengan bagian lain dari dasar pemikiran itu. Dalam jangka panjang, pemikiran ini akan berkembang menjadi perspektif atau sudut pandang yang bersifat kritis terhadap praktik pembelajaran dan aspek-aspek yang terkait secara langsung atau tidak langsung dengan upaya perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran yang ada. Dengan proses pemikiran yang bersifat siklus-spiral semacam ini, perbaikan dan peningkatan pembelajaran diharapkan akan berjalan secara dinamis dan berkesinambungan sehingga dapat mengantarkan kepada tercapainya peningkatan hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan.



Src: Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, 2016, wacana prima h. 52


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar