Strategi Komunikasi Efektif, Empatik dan Santun dengan Peserta Didik


Strategi Komunikasi Efektif, Empatik dan Santun dengan Peserta  Didik

Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan pengelolaan (management) untuk mencapai tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya (Effendi, 1993). 

Strategi biasanya sering dikaitkan dengan dunia militer. Dalam dunia militer strategi dalam peperangan adalah memenangkan perang, taktiknya adalah memenangkan pertempuran, adapun tekniknya bisa konfrontasi langsung (perang terbuka) atau gerilya. Demikian pula dalam kegiatan komunikasi, maka strategi komunikasi harus menunjukkan tujuan yang jelas melalui kegiatan-kegiatan operasional yang bergantung pada situasi dan kondisi yang disebut dengan teknik. Dalam konteks pembelajaran, strategi komunikasi dirancang agar pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan. Pengelolaan dan perencanaan komponen- komponen yang terlibat dalam proses komunikasi adalah salah satu bentuk strategi komunikasi. Yusuf (2010) memberikan contoh kegiatan-kegiatan yang dapat dikategorikan ke dalam strategi komunikasi antara lain persiapan, kegiatan peganggaran, kegiatan pelaksanaan, memberikan motivasi pada sasaran, mempersiapkan peralatan, memilih media yang tepat, dan mempersiapkan pesan yang akan disampaikan.

Dalam uraian ini, yang termasuk ke dalam strategi komunikasi yang efektif dengan siswa mencakup kegiatan-kegiatan:

a.    Membangun etos guru

Ada beberapa faktor yang mendukung timbulnya etos pada diri guru, yaitu:

1)   Kesiapan (preparedness)

Persiapan yang matang akan menentukan keberhasilan komunikasi. Penampilan dan materi pelajaran adalah contoh yang harus dipersiapkan dengan matang. Apabila guru tidak ingin ditertawakan atau dicemoohkan pada saat di kelas, maka siapkanlah materi pelajaran dengan matang yang dapat menarik perhatian dan minat khalayak. Selain itu, siapkan pula mental bahwa mendidik, mengajarkan ilmu, dan menjalin hubungan sosial yang baik dengan siswa perlu dilakukan secara terencana, terstruktur, dan pada akhirnya dapat diukur tingkat keberhasilan komunikasi dalam pembelajaran tersebut.

2)   Kesungguhan (seriousness)

Kepercayaan siswa pada guru akan timbul apabila seorang guru menunjukkan kesungguhan dalam menyampaikan materi. Kesungguhan bukan  berarti tidak boleh menyisipkan unsur humor di dalamnya, akan tetapi unsur humor hanya sebagai penarik perhatian saja. Apabila humor yang berlebihan dilakukan, maka kemungkinan kewibawaan guru bias berkurang, dan siswa malah menjadi tidak sungkan lagi kepada guru.

3)   Ketulusan (sincerity)

Seorang guru harus membawakan kesan bahwa guru tulus menyampaikan materi pelajaran. Hindarilah kata-kata yang dapat mengarah kecurigaan kepada guru. Ketulusan juga dapat ditunjukkan dengan sikap guru dengan rasa empati.

4)   Kepercayaan (confidence)

Tidak ragu-ragu dan memiliki keyakinan untuk menghadapi segala situasi. Keyakinan dalam mengatasi segala situasi dapat membantu guru menemukan kepercayaan diri.

5)   Ketenangan (poise)

Ketenangan yang ditunjukkan guru akan menimbulkan kesan bahwa guru sudah berpengalaman dalam menghadapi siswa dan mengusai persoalan yang dibahas.

6)   Keramahan (friendship)

Keramahan adalah bentuk ekspresi sikap etis (santun) dari guru terhadap siswa. Apabila guru menampilkan sikap ini, maka siswa cenderung akan menaruh simpati kepada guru. Hal ini penting bagi guru agar pesan (materi pelajaran) yang disampaikan dapat diterima dengan cermat oleh siswa.

7)   Kesederhanaan (moderation)

Kesederhanaan bisa menunjukkan kemurnian sikap. Gaya bicara dan penampilan yang tidak dibuat-buat atau tidak meniru gaya orang lain dapat membangun percaya diri. 

b.   Memilih Materi (Isi Pesan) yang Sesuai

Untuk menentukan materi yang baik dan sesuai dengan tujuan komunikasi, kita dapat memperhatikan hal-hal berikut ini.

1) Materi pesan harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan siswa. Materi yang paling baik adalah materi yang memberikan kemungkinan guru lebih mengetahui daripada siswa.

2) Materi pesan harus menarik minat guru. Materi yang enak dibicarakan tentu saja materi yang harus diminati. Komunikasi akan efektif bila pesan yang disampaikan menyentuh emosi.

3) Materi  pesan  harus  menarik  minat  siswa.  Guru  harus  berbicara  tentang sesuatu yang diminati dan dianggap menarik oleh siswa. Hal-hal yang menarik akan berbeda dan berubah-ubah pada diri siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu membangkitkan perhatian siswa yang berlatar belakang dan motif berbeda ketika mendengarkan uraian yang disampaikan.

4) Materi pesan harus sesuai dengan pengetahuan siswa. Tingkat penerimaan siswa SD akan berbeda dengan tingkat penerimaan siswa SMP dan SMA. Oleh karena itu, muatan kurikulum sudah dibuat dengan memerhatikan aspek tersebut dan guru harus memilih topik-topik yang sesuai dengan karakteristik siswa.

c.    Menggunakan Bahasa yang Tepat

Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary, bahasa adalah sistem bunyi dan kata yang digunakan oleh manusia untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya (the system of sounds and words used to express their thoughts and feelings). Bahasa merupakan alat yang dimiliki bersama oleh suatu sistem sosial untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan. Oleh karena itu, bahasa hanya dapat dimengeri apabila ada kesepakatan bersama diantara anggota-anggota sistem sosial tersebut. Dari segi bentuknya, bahasa dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) bahasa verbal, yaitu bahasa diungkapkan dalam bentuk kata-kata (kalimat) yang diucapkan atau ditulis; (2) bahasa nonverbal, yaitu bahasa diungkapkan dalam bentuk gerak-gerik tubuh, jarak, atau gambar. 

Komunikasi akan efektif apabila guru mampu memilih kata-kata yang tepat dalam berbicara. Ada tiga cara untuk memilih kata-kata yang tepat, yaitu kata-kata harus jelas, tepat, dan menarik.  Untuk mendapatkan kata-kata yang jelas, tepat, dan menarik perhatikan hal-hal berikut ini: 

(1) gunakanlah kata-kata yang sederhana dan santun, 

(2) gunakanlah istilah yang spesifik, 

(3) hindari istilah-istilah yang bias, 

(4) berhemat dalam menggunakan kata-kata yang tidak penting diucapkan, 

(5) gunakan perulangan atau pernyataan kembali gagasan yang sama dengan kata yang berbeda, 

(6) hindari kata-kata yang bermakna ganda yang berbeda konteks, 

(7) gunakan bahasa sehari-hari untuk menganalogikan istilah-istilah dalam teori (istilah-istilah science), 

(8) hindari kata-kata yang tidak sopan, 

(9) pilihlah kata-kata yang menyentuh komunikan, 

(10) gunakan tata bahasa yang benar, kosa kata yang dapat dipahami dan tepat pada perkembangan anak, 

(11) lakukan penekanan pada kata-kata kunci atau dengan mengulang penjelasan, 

(12) berbicara dengan tempo yang tepat, tidak menyampaikan hal-hal yang kabur, 

(13) gunakan perencanaan dan pemikiran logis sebagai dasar berbicara secara jelas di kelas.

d.    Membangun Iklim Komunikasi dengan Siswa

Ada beberapa kemampuan komunikasi yang harus dimiliki oleh guru dalam proses pembelajaran sebagai upaya membangun iklim komunikasi yang positif dengan siswa, yaitu:

1) Kemampuan  guru  mengembangkan  sikap  positif  siswa  dalam  kegiatan pembelajaran. Dengan cara menekankan kelebihan-kelebihan siswa bukan kelemahannya, menghindari kecenderungan untuk membandingkan siswa dengan siswa lain dan pemberian insentif yang tepat atas keberhasilan yang diraih siswa.

2) Kemampuan  guru  untuk  bersikap  luwes  dan  terbuka  dalam  kegiatan pembelajaran. Bisa dilakukan dengan menunjukkan sikap terbuka terhadap pendapat siswa dan orang lain, sikap responsif, simpatik, menunjukkan sikap ramah, penuh pengertian dan sabar. Dengan terjalinnya keterbukaan, masing- masing pihak merasa bebas bertindak, saling menjaga kejujuran dan saling berguna bagi pihak lain sehingga merasakan adanya wahana tempat bertemunya kebutuhan meraka untuk dipenuhi secara bersama-sama 

3) Kemampuan guru untuk tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh dalam kegiatan pembelajaran. Dengan cara penyampaian materi di kelas yang menampilkan kesan tentang penguasaan materi yang menyenangkan. Karena sesuatu yang energik, antusias, dan bersemangat memiliki relevansi dengan hasil belajar. Perilaku guru yang seperti itu dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis, mempertinggi komunikasi antar guru dengan siswa, menarik perhatian siswa dan menolong penerimaan materi pelajaran.

4) Kemampuan   guru   untuk   mengelola   interaksi   siswa   dalam   kegitan pembelajaran. Berhubungan dengan komunikasi antar siswa, usaha guru dalam menangani kesulitan siswa dan siswa yang mengganggu serta mmpertahankan tingkah laku siswa yang baik. Agar semua siswa dapat berpartisipasi dan berinteraksi secara optimal, guru mengelola interaksi tidak hanya searah saja yaitu dari guru ke siswa atau dua arah dari guru ke siswa dan sebaliknya, melainkan diupayakan adanya interaksi multi arah yaitu dari guru ke siswa dan dari siswa ke siswa.

Selain  hal  di  atas,  terdapat  lima  hal  yang  perlu  diperhatikan  guru  dalam membangun iklim komunikasi yang positif dengan siswa, yaitu:

1)  Respect, sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Jika kita harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Pahami bahwa seorang pendidik harus bisa menghargai setiap siswa yang dihadapinya. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektivitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai tim.

2) Emphaty, kemampuan menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi di dunia pendidikan. Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan, perilaku, dan keinginan dari siswa. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun sebuah suasana kondusif di dalam proses belajar-mengajar. Jadi, sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologi atau penolakan dari penerima.

3)  Audible, dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik, berarti pesan yang kita sampaikan bisa diterima dengan baik oleh penerima pesan.

4)  Clarity, kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi.

5)  Humble, sikap rendah hati, tidak merasa lebih baik dari yang lain, menghargai orang lain, mau mendengar, menerima kritik, tidak sombong, dan tidak memandang rendah orang lain.

Seorang guru dapat menggunakan strategi di bawah ini untuk berinteraksi dengan siswa dan melatihkan keterampilan siswa dalam mendengar aktif:

1)  Memberi perhatian cermat pada orang yang sedang berbicara, hal ini akan menunjukkan bahwa Anda tertarik pada hal yang sedang dibicarakan, gunakan kontak mata, isyarat condong badan kepada orang yang sedang berbicara.

2)  Melakukan parafrasa, menyatakan kembali kalimat yang baru saja dikatakan orang lain dengan menggunakan kalimat sendiri.

3) Mensinstesiskan tema dan pola, meringkas tema utama dan perasaan pembicara yang disampaikan dalam percakapan panjang.

4)  Memberi umpan balik atau tanggapan dengan cara yang kompeten, dapat berupa tanggapan verbal atau nonverbal yang membuat pembicara mengerti pencapaian target sasaran pesan.

5)  Tidak memotong pembicaraan terlebih dahulu 

6)  Menempatkan konteks yang sama antara pembicara dengan Anda sebagai pendengar, supaya muatan materi pesan dapat dimaknai secara bersama

7)  Memberikan respon yang positif pada siswa yang reaktif terhadap suatu materi pelajaran.

8)  Tidak terburu-buru menyalahkan apabila apa yang dibicarakan siswa tidak sesuai dengan konteks pembahasan pelajaran.




>>> Kumpulan Materi Belajar Pedagodik Pendidikan Profesi Guru /PPG

Sumber. Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)  Sekolah Menengah Pertama (SMP) - Kelompok Kompetensi H Pedagogi: Komunikasi Efektif

Penulis. Abdul Kodir, M.Pd., Indrawati, Dr. M.Pd. Irman Yusron, S.Sos.


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar