Suku Bangsa dana Dompu, Dari Pribumi Hingga Pendatang


 

kader jaelani (bupati dompu keturunan arab)

Apabila berbicara mengenai suku bangsa dou Dompu, bukan berarti akan menjurus kepada soal-soal negatif seperti membesar-besarkan rasa kesukuan. Akan tetapi tujuan yang ingin dicapai ialah untuk meliput kekayaan budaya nasional bangsa Indonesia yang masih terpendam. Peninggalan para leluhur agar rasa cinta kita terhadap tanah air dan bangsa ini semakin tinggi, pengetahuan kita terhadap kekayaan budaya bangsa semakin luas, dan rasa persatuan dan kesatuan kita dengan memiliki wilayah nusantara yang luas dan indah ini semakin dihayati.

Dalam rangkaian uraian ini, banyak hal-hal yang ingin diliput di dalamnya. Apakah itu dipakai sebagai pertukaran informasi untuk menjadi pengetahuan bagi yang belum tahu, lebih-lebih untuk mendapatkan penelitian dan pengukuhan kebenarannya dari para ahli sejarah dan ahli ilmu pengetahuan, maka banyak hal-hal penting yang ingin disajikan di sini yang meliputi asal-usul pertumbuhan dan perkembangan kehidupan dana Dompu di masa lampau itu.

Kita mulai dengan meneliti keberadaan dou Dompu ini mempunyai penduduk asli dan kemudian berasimilasi dengan suku bangsa mana saja.

Menurut sahibul hikayat dan dongeng-dongeng purba, ada legenda dari orang-orang tua yang menceritakan ada wa-i ranggasasa dan ompu ranggasasa yang seolah-olah digambarkan seperti jin-jin atau dewa. Cerita ini dapat diidentitaskan dengan manusia purba, dan mereka inilah sebagai penghuni pertama dana Dompu. Mereka ini masih hidup ndalu atau nomaden dan bertempat tinggal dalam gua-gua batu. Kebetulan ada beberapa gua di negeri ini dan di sekitarnya.  

Zaman ndalu (nomaden) mulai beralih ke zaman hidup secara menetap. Zaman ini ditandai dengan indikasi-indikasi adanya tempat-tempat pemukiman, meskipun pada waktu itu nama tempat pemukiman belum diberikan seperti sekarang seperti berupa marga. negeri, kampung, dan desa serta dusun, akan tetapi pada kala itu tempat bermukim dinamainya nggaro di Dompu dan di Bima disebut lewi. Nama ini diselaraskan dengan pola hidup mereka di kala itu yang telah dimulai dengan kehidupan menetap dengan mata pencaharian bercocok tanam, yaitu mereka masing-masing tinggal di atas lahan pertanian inilah yang disebut nggaro.

Kehidupan bermasyarakat rupanya mulai dibina dan tumbuh, dirasakan perlu adanya orang yang diangkat menjadi ketua atau kepala suku yang di Dompu dikenal dengan sebutan "Ncuhi" seperti:

1. Ncuhi Dompu.

2. Ncuhi Nowa.

3. Ncuhi Tolo Foo.

4. Ncuhi Saneo.

5. Neuhi Katua.

6. Neuhi Dorongao.

7. Neuhi Parapimpi.

8. Ncuhi Dungga.

Mereka yang disebut Neuhi ini biasa pula sehari-harinya dipanggil oleh masyarakat dengan sebutan "Ompu" sama dengan Empu kalau di Jawa. Pendeknya asal dia pejabat dipanggil dengan Ompu, misalnya Ompu Kepala atau Ompu Gelara (Gelarang).

Perkembangan pemukiman semakin meluas, akhirnya kedua suku pendatang dan suku asli berasimilasi menjadi satu suku yaitu Suku Dompu. Suku asli dou Dompu dan Bima adalah Suku Donggo sekarang ini dikenal dengan Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima.

Saat inilah bermula Kerajaan Dompu berdiri, di mana dengan kesepakatan seluruh Ncuhi baik yang berada di pedalaman maupun yang berada di pesisir pantai untuk bersatu dan membentuk sebuah kerajaan di bawah pimpinan Sang Kula sebagai raja atau "Sangaji" dana Dompu yang pertama.

Sangaji di sini menurut pengertian dou Dompu adalah berasal dari kata sang jin yang di tempat lain disebut dewa. Dan oleh sebab itu secara turun-temurun dianggaplah turunan raja-raja negeri Dompu berasal dari Sang Jin itu.

Setelah Kerajaan Dompu berdiri, mulailah dikenal oleh raja lain di Nusantara seperti di zaman Kerajaan Sriwijaya tahun 700 sampai 900 M dan di zaman Kerajaan Majapahit tahun 1293-1523 M.

Kerajaan Dompu juga dikenal di dalam Sumpah Palapa tahun 1331 M. Maha Patih Gajah Mada mengatakan: "Saya hanya akan berhenti berpuasa makan Palapa, jikalau seluruh Nusantara bertakluk di bawah kekuasaan Negara, jikalau Gurun, Seran, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik sudah ditaklukkan."

Setelah Kerajaan Dompu terkenal oleh kerajaan-kerajaan lain di nusantara, maka hubungan semakin terbuka, pembauran semakin meluas dengan berdatangan suku-suku bangsa lain dari setiap penjuru Nusantara.. Hubungan yang paling lancar pada kala itu dikarenakan geografinya mudah adalah dari Melayu, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok. Dan, kebudayaan Melayu berkembang di Negeri Dompu, karena pada susunan kasta di dalam negeri ini ternyata ada sebutan Ince dari Melayu dan Tati dari Sumatera.

Mengenai kasta, Suku Dompu mengenal beberapa kasta sesuai dengan asal suku bangsa itu masing-masing yang dapat dibagi sebagai berikut:

Kasta Asli Dou Dompu

1. Londo Ruma

Kasta ini adalah untuk kaum bangsawan, dan panggilan kepada mereka, ialah:

- Muma atau Uma untuk ayah.

- Dade atau Uma Siwe untuk ibu.

2. Londo Dari

Kasta ini untuk orang kebanyakan, dan panggilan kepada mereka, ialah:

- Ama untuk ayah.

- Ina untuk ibu. 

Setelah adanya hubungan dan pembauran dengan suku lain, maka

kasta ini berkembang lagi menjadi: 

1. Londo Ruma, dibagi atas dua bagian

- Ruma atau bangsawan raja-raja dengan semua keturunannya.

- Ruma atau bangsawan agama, ialah mereka suku pendatang karena sesuatu keperluan terutama dalam kepentingan. kepentingan penyebaran agama Islam, dikawinkan dengan putri raja dan keturunan mereka berhak memiliki darah bangsawan, yaitu bangsawan agama.

2 Londo Rato, terbagi atas:

- Ince dari keturunan Melayu, panggilan untuk mereka adalah Ince untuk ayah atau Tati dari Sumatera dan ada juga yang memanggil dengan Bapa' dan Ma' untuk ibu 

- Pua atau Dae dari mereka yang berasal dari keturunan Bugis dan panggilan kepada mereka adalah Pua atau Dae untuk ayahdan Ma' untuk ibu , Mereka mendiami pesisir pantai seperti di Soro Kempo dan kedatangan mereka diperkirakan sekitar tahun 1667 M.

3. Londo Dari

Mereka orang kebanyakan, rakyat biasa, penduduk asli, dan panggilan untuk mereka adalah:

- Ama untuk ayah. Ada juga yang memanggil dengan uba atau baba. 

- Ina untuk ibu.

4. Londo Ada, 

mereka berasal dari keturunan budak belian yang berasal dari daerah lain dan yang memiliki mereka adalah kaum bangsawan.

Panggilan untuk anak-anak:

a. Keturunan Raja-Raja:

- Ama Ka'u untuk putra.

- Ina Ka'u untuk putri.

b. Londo Dari:

- La Too untuk putra.

- La Ke'u untuk putri. 

c. Keturunan Bugis:

- La Baco untuk putra.

- La Bice untuk putri.

Menurut kenyataannya, maka suku pendatang di dana Dompu adalah terdiri dari orang Melayu, orang Arab dan orang Cina. Mereka datang di dana Dompu sudah sejak lama karena sudah membaur dan berketurunan. Disusul pula dengan kedatangan suku Bugis, Bone, dan Kendari.

Di zaman penjajahan Belanda, suku pendatang seperti Arab dan dinamakan bangsa Asing Timur dan mereka tidak boleh berasimilasi dengan Suku Dompu seperti misalnya soal kawin, orang Arab atau orang Cina lelaki boleh kawin dengan perempuan suku Dompu, tetapi orang lelaki suku Dompu tidak boleh kawin dengan perempuan suku Cina mendapat kedudukan yang setingkat lebih tinggi dari suku asli. karena mereka masih berstatus warga negara asing, sehingga mereka bangsa Arab atau Cina.

Mereka ini berbagi pula dalam beberapa suku asal dari negerinya masing masing seperti:

1. Orang Arab terdiri dari suku suku atau ras:

Al Musalli.

Al Katiri.

Al Idrus. 

Al Habsyi.

Boftem.

Bahrun.

Barakuan.

Bajuber.

Syamlan.

2. Orang Cina terdiri dari ras:

Tan. 

Kiu.

Ui.

Lio.




Israil M. Saleh, Sekitar Kerajaan Dompu,2020, buku litera, Yogyakarta h. 21


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar