Contoh-Contoh Ringkasan Penelitian Tindakan Kelas
Untuk membantu dalam meningkatkan pemahaman tentang penelitian tindakan, berikut ini disajikan beberapa ringkasan penelitian tindakan dan ringkasan sebuah laporan penelitian yang diterjemahkan dari Kemmis dan Mc Taggart (1988).
Berikut ini ringkasan beberapa penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru yang diambil dari Kemmis dan Taggart (1988) dan dua ringkasan penelitian yang dilakukan di SMA Pontianak.
1. Seorang guru wanita yang tertarik pada persoalan jenis kelamin dalam kelasnya bertanya kepada seorang teman sejawat yang terpercaya untuk mencatat siapa yang diajaknya berbicara. Dia menemukan bahwa dalam waktu setengah jam teman sejawat tersebut berbicara dua kali lipat dengan anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Dia mengubah pada ini, tetapi hanya secara perlahan-lahan. Dia harus membantu siswa-siswa itu sendiri mengubah harapan-harapannya dan kepekaan mereka terhadap masalah jenis kelamin dalam kelas.
2. Seorang guru Fisika kelas 3 SMA yang tertarik kepada pemahaman siswa di kelas menemukan bahwa dengan mengajukan pertanyaan berarti memberikan sedikit kesempatan kepada siswa untuk membicarakan gagasan dan pemahaman mereka. Dia mengubah gaya interaksinya dengan cara yang dramatis, sehingga dia mengurangi waktu yang digunakan untuk berbicara di kelas dari sekitar 85 % menjadi 40% dalam satu mata pelajaran, kemudian menemukan bahwa dia harus mengubah jenis pertanyaan yang diajukan agar siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan pemahamannya dengan menggunakannya dalam diskusi yang lebih rumit dengan guru dan siswa-siswi lainnya.
3. Seorang guru mempunyai masalah dengan kelompok kelas 3 SMP yang sulit dikendalikan. Dia merekam pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan kendali dalam pengajaran biasanya dan menemukan bahwa dia menciptakan masalah disiplin melalui peringatan tentang disiplin kepada siswa secara terus menerus. Dia merundingkan peraturan-peraturan kelas dengan siswa-siswanya, dan masalahnya lenyap begitu saja. Dia terus menjajaki kemungkinan untuk merundingkan kurikulum secara lebih umum dengan siswa, dan memperoleh lebih banyak temuan tentang nilai strategi mengajar yang secara aktif memanfaatkan pengetahuan siswa sebagai landasan pembelajaran selanjutnya.
4. Sekelompok guru menjajaki beberapa strategi untuk pengajaran bahasa remedial di sekolah menengah tingkat pertama. Setelah mengumpulkan data dari siswa, membuat catatan harian tentang amatan dan penilaian mereka sendiri, dan membagi pemahaman mereka selama dua catur wulan, mereka menemukan bahwa mengintegrasikan guru remedial ke dalam kelas-kelas biasa (sebagai guru yang berkolabori) menghasilkan pelajaran yang lebih bagus bagi siswa yang menemui kesulitan daripada strategi mengelompokkan siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam kelas terpisah untuk mendapatkan pelajaran remedial
5. Beberapa kelompok guru telah meneliti masalah dan pengaruh penilaian nonkompetitif yang deskriptif. Mereka menemukan bahwa siswa lebih menyukai umpan balik itu lebih membantu pembelajarannya, dan bahwa penilaian tersebut membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih kolaboratif. Beberapa guru lain, orang tua, dan beberapa siswa sendiri memiliki kepedulian terhadap siswa yang tidak diberi nilai dan peringkat, tetapi pengaruh dari penghapusan kompetisi sebagai motivator begitu mendesak sehingga guru-guru yang terlibat meneruskan kebijaksanaan tentang penilaian nonkompetitif yang deskriptif dan dapat mengatasi mereka yang menantang kebijaksanaan tersebut meskipun tidak seluruhnya.
6. Seorang guru pendidikan lingkungan sekolah dasar tidak puas terhadap kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan yang menyelidiki tentang persoalan lingkungan yang kontroversial. Dia mengubah pola mengajamya dari diskusi yang dipimpin oleh guru ke "pertemuan kota" (yang dipimpin oleh guru itu sendiri) yang terdiri dari beberapa kelompok kecil. Siswa-siswa mulai memepertanyakan pernyataan masing-masing tentang persoalan lingkungan secara cukup mendalam dan meminta gurunya untuk tidak menyela. Persoalan mengajar bagi guru tersebut sekarang menjadi "dapatkah saya menduduki posisi manajemen tanpa mempengaruhi karakter perdebatannya?"
7. Penelitian dilakukan oleh Tomo Judin, dkk bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa tentang Kinematika melalui penerapan multimodel berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning), Penelitian dilakukan di SMA Negeri I Kabupaten Pontianak terhadap 40 orang siswa Kelas X/D yang dilakukan dalam tiga siklus kegiatan. Sasaran yang ingin dicapai tiap-tiap siklus adalah pembelajaran multimodel berbasis CTL yang memfokuskan pada pemahaman dan pemecahan masalah konsep GIB (Gerak Lurus Beraturan) dan GLBB (Gerak Lurus Berubah Beraturan). Tingkat keberhasilan setiap siklus adalah apabila minimal sebanyak 70,00% siswa mampu menjawab dengan benar sedikitnya 60,00% dari jumlah soal yang ada. Pengumpulan data menggunakan teknik pengukuran berupa tes pemahaman konsep berbentuk pilihan ganda, tes pemecahan masalah berbentuk uraian dan tes kinerja, pedoman observasi, dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pemahaman konsep dan kemampuan siswa menyelesaikan masalah terjadi peningkatan setelah proses pembelajaran. Pemahaman konsep GLB meningkat dari rata-rata 5,45 menjadi 6,37. Pemahaman konsep GLBB juga meningkat dari rata-rata 3,47 menjadi 6,35. Adapun skor kemampuan melakukan pemecahan masalah meningkat dari 1,2 menjadi 6,36. Kualitas proses pembelajaran juga meningkat karena berdasarkan hasil pengamatan tampak bahwa siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, secara umum, pembelajaran multimodel yang berbasis CTL mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
8. Penelitian dilakukan oleh Haratua, dkk bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran fisika dalam pokok bahasan materi listrik arus searah. Penelitian dilakukan kepada siswa SMP Negeri 9 Pontianak dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Model Generatif Berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning). Melalui penelitian ini diupayakan untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam ranah kognitif yaitu kemampuan melakukan penalaran serta ranah afektif dan psikomotor yaitu kemampuan kerja ilmiah sehingga memiliki sikap ilmiah dan dapat berkolaborasi dengan orang lain. Selama proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat berperan aktif dalam pembentukan "meaning" sehingga dapat membangun pemahamannya dengan baik. Konsep yang dipelajari juga menjadi lebih bermakna karena terkait dengan konteks kehidupan siswa itu sendiri sehingga penelitian ini juga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Pada siklus I, pembelajaran difokuskan pada tercapainya tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan konsep rangkaian listrik arus searah, khususnya tentang konsep Hukum Ohm. Pembelajaran pada Siklus I ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan I tentang Listrik Dinamis dan Pertemuan Il tentang Hukum Ohm. Adapun pada Siklus II, pembelajaran difokuskan pada tercapainya tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan penerapan konsep rangkaian listrik arus searah, khususnya tentang konsep Hukum Ohm. Pembelajaran pada Siklus II ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan I tentang Penerapan Hukum Ohm, Pertemuan II tentang Penyelesaian Soal yang Menggunakan Hukum Ohm, dan Pertemuan III tentang Perencanaan dan Pelaksanaan Eksperimen tentang Hukum Ohm. Setelah selesai dilakukan proses Pembelajaran Kooperatif dengan Model Generatif diperoleh hasil: (a) Hasil tes tentang pemahaman konsep Hukum Ohm diperoleh skor rata-rata 80,00 (dalam interval 60 dan 90) dalam skor maksimum 100, sekitar 70,00% siswa tergolong tuntas. Ini diduga karena dalam pemahaman konsep dimaksud, siswa dibawa langsung pada kondisi nyata yakni eksperimen di kelas. (b) Hasil tes tentang Penerapan Hukum Ohm diperoleh skor rata-rata 78,70 (dalam interval 47 dan 94) dalam skor maksimum 100. Hasil skor tes mencapai ketuntasan sebesar 97,00%.
src. Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, 2016, wacana prima H. 155
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar