Dampak Hambatan Intelektual dan lambat belajar


 Dampak Hambatan Intelektual dan lambat belajar


Seperti kita ketahui bahwa individu dengan hambatan intelektual merupakan kondisi dimana individu membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan teman sebayanya dan memahami hal -hal yang bersifat kompleks  lebih  mengalami tantangan  dari pada pada hal -hal yang bersifat kongkrit  (Shree & Shukla, 2016). Individu dengan hambatan disabilitas juga menunjukan  adanya  tantangan pada kemandirian jika dibandingkan dengan individu seusianya (World Health Organization, 2010) .

Kondisi tersebut seperti yang telah dipaparkan kemudian berhubungan pada beberapa aspek antara lain;

1)  Motorik

Keterampilan motoric merupakan keterampilan yang melib atkan gerakan otot dan tulang   yang   dikoordinasikan   oleh  intelektual.  Individu  dengan  hambatan intelektual  mempunyai  kondisi  gerakan -gerakan  motorik  yang  lebih  kaku (Jeoung,  2018).  Keseimbangan  pada Individu  dengan  hambatan  intelektual ditemukan mengalami hambatan (Fotiadou, Giagazoglou, Neofotistou, & Tsimaras, 2016).

2)  Kognitif

Kognitif merupakan aktivitas berfikir. Hal ini bermakna tentang bagaimana seseorang melakukan proses memahami sesuatu. Houwer dan Holmes (2016) menyatakan bahwa kognitif merupakan pr oses mengolah informasi. Pengolahan informasi ini terjadi ketika seseorang berfikir. Dalam proses ini terjadi hubungan yang kompleks antara pemahaman yang telah dibangun dengan sesuatu yang tengah  dipelajari.  Sebagai  contoh  ketika kita mendengar  kata “apel ” maka ingatan  kita mencoba  menghubungkan  dengan  pemahaman yang telah lalu seperti warna, bentuk, rasa, kategori benda dan sebgainya. Proses ini kemud ia n terjalin menjadi satu sehingga menjadi satu kesetuan yang dimaknai oleh “ apel” adalah kategori buah yang kebanyakan berwarna merah dengan bentuk yang khas dan rasanya pun khas.

Pada Individu  dengan  hambatan  intelektual proses hubung -hubungan antar konsep yang telah dipahami berjalan lebih lama. Terkadang ada konsep pemahaman yang tidak tersimpan dengan ba ik dalam ingatan jangka Panjang, seperti warna.

3)  Komunikasi dan Bahasa

Komunikasi merupakan proses ekspresi individu melalui proses simbolisasi baik secara  verbal maupun  non verbal. Verbal diartikan  bahwa symbol tersebut menggunakan symbol-simbol bahasa baik berupa kata-kata maupun isyarat. Non verbal  diartikan  symbol-simbol  yang  digunakan  bersifat  arbriter  yang tidak mengandung kaidah bahasa.

Proses pembentukan symbol sebagai perwakilan apa yang difikirkan merupak an proses belajar dari interaksi social. Symbol-simbol yang ditangkap oleh individ u dengan hambatan intelektual dari proses interaksi social disimpan melalui proses yang memerlukan waktu. Sehingga kebanyakan individu dengan hambatan intelektual pada tingkatan yang memerlukan banyak bantuan dan bergantung 

pada bantuan tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyimpan symbol - simbol tersebut. Hal ini kemudian dimanifestasikan dalam bentuk non verbal.

Kondisi komunikasi non verbal yang banyak digunakan oleh individu dengan hambatan  intelektual  dengan  tingkatan  membutuhkan  banyak bantuan  dan bergantung  pada  bantuan  dikenal  mengalami  kesulitan  dalam berinteraksi. Bukan berarti mereka tidak dapat berkomunikasi namun berkomunikas i dgn cara yang berbeda.

4)  Social

Interaksi social dibangun atas dasar norma-norma social. Norma ini merupkan konsep  yang hubungannya  dengan  bagaimana seseorang memahami. Kata kuncinya  adalah proses memahami.  Seperti telah dikatakan  bahwa individu dengan hambatan intelektual membutuhkan waktu yang cukup untuk memaha mi sesuatu. Dengan demikian jelaslah bukan berarti mereka tidak dapat berinteraksi social dengan baik akan tetapi membutuhkan waktu untuk belajar bagaimana mereka berinteraksi.

5)  Emosi

Emosi merupakan wujud dari ekspresi yang kental dengan nuansa perasaan. Perasaan ini dimunculkan melalui ekspresi perlaku baik secara verbal maupun non verbal. Pada fenomena individu dengan hambatan intelektual, gagalnya ia menyampikan  apa  yang  difikirkan  berhubungan  dengan  rasa  frustasi atau kegalauan.  Hal ini lah yang kemudian  diterjemah kan oleh lingkungan social sebagai individu dengan perilaku yang tidak adaptif.

Progsus Bagi Anak dengan Hambatan Intelektual


Program kebutuhan khusus bagi anak dengan hambatan intelektual    yaitu pengembangan diri. Program Pengembangan Diri (PPD) merupakan hal yang sangat penting untuk peserta didik tunagrahita dalam melakukan pengembangan  dirinya  sendiri yang meliputi:  merawatdiri,  mengurus diri, menolong diri, komunikasi, bersosialisasi, keterampilan hidup, dan mengisi waktu luang di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. PPD diarahkn untuk   mengembangkan   kemampuan   peserta   didik   tunagrahita   dalam melakukan  aktifitas yang berhubungan  dengan  kehidupan  dirinya sendiri sehingga mereka tidak membebani orang lain. Dalam pelaksanaan program pengembangan diri perlu adanya standar kemampuan untuk dapat mencapai kemampuan minimal yang menggambarkan keterampilan yang dicapai, hal in i sebagai dasar untuk mengetahui peningkatkan, dan pemenuhan kebutuhan hidup   sehari-hari   atau   pengembangan   diri  peserta   didik  tuna grahita. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran pengembangan diri bersif at perbaikan tingkah laku (behavior modification). Sedangkan teknik yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan suatu tingkah laku atau keterampilan kepada anak tunagrahita yaitu: 1) memberi contoh (modelling), 2) menuntun/mendorong   (promting),  3)  mengurangi  tuntunan  ( fading),  4) pentahapan (shaping).

Adapun tujuan pengembangan diri untuk melatihkan kemampuan merawat diri, mengurus diri, menolong diri, komunikasi, adaptasi, lingkungan, penggunaan waktu luang, dan keterampilan sederhana pada peserta didik tunagrahita.


Sumber  Utama: Wuryan M. Arif Taboer, M. Pd. 2019. Modul PPG : Modul 4 Kegiatan Belajar Konsep Dasar Anak Hambatan Inteletual Dan Lambat Belajar PPG Dalam Jabatan, Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar