Fiil Mudhari Beri’rab Jazm dan Tanda I’rabnya Materi Pendidikan Profesi Guru /PPG Bahasa Arab



Pada pembelajaran sebelumnya telah dipelajari tentang fiil mudhari beri’rab rafa dan tanda i’rabnya (verba Arab imperfek modus subjungtif dan desinensnya). Oleh karena itu untuk melengkapi kajian tersebut, maka pada pembelajaran ini akan dijabarkan tentang fiil mudhari beri‟rab jazm dan tanda i’rabnya (verba Arab imperfek modus jusif dan desinensnya). Pemaparan tentang sub-bab ini meliputi: (1) amil (partikel) yang menjazmkan fiil mudhari (verba Arab imperfek modus jusif) dan fungsinya, dan (2) Tanda i’rab jazm pada fiil mudhari (desinens modus jusif pada verba Arab imperfek).

❖  Amil yang Menjazmkan Fiil Mudhari dan Fungsinya

Fiil mudhari (verba Arab imperfek) dihukumi ber i’rab jazm (modus jusif) apabila fiil  tersebut didahului atau dimasuki  amil  (partikel) jazm,  amil (partikel) tersebut  dibagi menjadi  dua, yaitu:  (1)  amil  (partikel) yang menjazmkan satu fiil, dan (2) amil (partikel) yang menjazmkan dua fiil. Pertama; amil (partikel) yang menjazmkan satu fiil, menurut Ghalayaini (1987) dan Al-Khairain (2008) ada empat, yaitu: (1) Lam, (2) Lammaa, (3) Lam Al-Amr, dan (4) Laa Al-Nahiyah. Kedua; amil (partikel) yang menjazmkan dua fiil, menurut Ghalayaini (1987) dan Al-Khairain (2008) ada tiga belas, yaitu: (1) In, (2) Man, (3) Maa, (4) Mahmaa, (5) Aina, (6) Annaa, (7) Haitsumaa, (8) Idzmaa, (9) Kaifamaa, (10) Ayyun, (11) Ayyaana (12), Idzaa, dan (13) Mataa.

a. Lam  مل

Amil (partikel) ini disebut partikel jazm, nafy, dan qalb, yaitu partikel yang berfungsi menjazmkan satu fiil mudhari, serta untuk meniadakan suatu peristiwa, serta merubah makna waktu/zaman sekarang (hal) dan akan datang (istiqbal) yang ada dalam fiil mudhari menjadi bermakna madhi (yang telah) Ghalayaini (1987) dan Al-Khairain (2008). Contoh: “Lam yajlis Zaid”

b. Lammaa  امل

Amil (partikel) ini disebut partikel jazm, nafy dan qalb, yaitu partikel yang berfungsi menjazmkan satu fiil mudhari, serta untuk meniadakan suatu peristiwa, serta merubah makna waktu/zaman sekarang (hal) dan akan datang (istiqbal) yang ada dalam fiil mudhari menjadi bermakna madhi (yang  telah). Akan  tetapi,  kekhususan partikel  ini  adalah peniadaan peristiwa  tersebut berlangsung pada waktu/zaman  madhi (yang telah) bahkan (terus berlangsung) hingga waktu/zaman hal (sekarang), Ghalayaini (1987) dan Al-Khairain (2008). Contohnya: “Lamma yajlis Zaid”

c. Lam Al-Amr  رملأا ملا

Amil  (partikel) ini disebut partikel jazm dan thalab, yaitu partikel yang berfungsi menjazmkan satu  fiil mudhari, serta untuk menunjukkan arti menyuruh atau memohon. Partikel ini menurut Al-Khairain (2008) hanya masuk ke fiil mudhari yang fail-nya (pelakunya) adalah gaib (orang ketiga), baik  mufrad  (tunggal), tatsniyah  (dual), maupun  jamak  (plural), baik mudzak k ar (laki-laki), maupun muannats (perempuan). Apabila kalimat tersebut disampaikan oleh orang yang berkedudukan lebih tinggi kepada yang  lebih  rendah, maka  disebut  lam  al-amr  yang  berfungsi  untuk menyuruh   atau   memerintah.   Sedangkan   kalimat   tersebut   apabila disampaikan oleh orang yang berkedudukan lebih rendah kepada yang lebih tinggi, maka disebut lam addu’a yang berfungsi untuk memohon atau meminta, Ghalayaini (1987) dan Al-Khairain (2008). Contoh: “Liyunfiq dzu saah min saatih”

d. Laa Al-Nahiyah  ةيهانلا لا

Amil  (partikel) ini disebut partikel jazm dan thalab, yaitu partikel yang berfungsi menjazmkan satu  fiil mudhari, serta untuk menunjukkan arti melarang. Apabila kalimat tersebut disampaikan oleh orang yang berkedudukan lebih tinggi kepada yang lebih rendah, maka disebut “laa al- nahiyah” yang berfungsi untuk melarang. Contoh: “Yaa bunayya laa tusyrik billah” Sedangkan kalimat tersebut apabila disampaikan oleh orang yang berkedudukan lebih rendah kepada yang lebih tinggi, maka disebut “laa adduaiyyah” yang berfungsi untuk memohon atau meminta, Ghalayaini (1987) dan Al-Khairain (2008), contoh: “Rabbana laa tuakhidzna innasiina aw ak htha’na”

e. In  نإ

Amil  (partikel) ini disebut partikel jazm dan syarth, yaitu partikel yang berfungsi menjazmkan dua fiil mudhari, serta merupakan salah satu adat syarth yang berfungsi untuk pencetus timbulnya jawab atas adanya syarat. Jadi dua fiil mudhari yang dijazmkan adalah fiil syarth dan fiil jawab al- syarth (Fuad Nikmah, 2001). Contoh: “in yasya yudzhibkum”

f. Man نم

Amil  (partikel) ini disebut partikel jazm dan syarth, yaitu partikel yang berfungsi menjazmkan dua fiil mudhari, serta merupakan salah satu adat syarth yang berfungsi untuk pencetus timbulnya jawab atas adanya syarat. Jadi dua fiil mudhari yang dijazmkan adalah fiil syarth dan fiil jawab al- syarth (Fuad Nikmah, 2001). “Man” ini merupakan ism mubham li al-‘aqil, yaitu kata benda yang pengertiannya masih samar dan digunakan untuk yang berakal (Ghalayaini, 1987 dan Al-Khairain, 2008). Contoh: “Man yazra’ yahshud”

g. Maa ام

Amil  (partikel) ini disebut partikel jazm dan syarth, yaitu partikel yang berfungsi menjazmkan dua fiil mudhari, serta merupakan salah satu adat syarth yang berfungsi untuk pencetus timbulnya jawab atas adanya syarat. Jadi dua fiil mudhari yang dijazmkan adalah fiil syarth dan fiil jawab al- syarth (Fuad Nikmah, 2001). “Maa” ini merupakan ism mubham li ghair al-‘aqil, yaitu kata benda yang pengertiannya masih samar dan digunakan untuk yang tidak berakal (Ghalayaini, 1987 dan Al-Khairain, 2008). Contoh: “Maa tunfiq min k hairin yajidu tsawabah”

h. Mahmaa امهم

Amil  (partikel) ini disebut partikel jazm dan syarth, yaitu partikel yang berfungsi menjazmkan dua fiil mudhari, serta merupakan salah satu adat syarth yang berfungsi untuk pencetus timbulnya jawab atas adanya syarat. Jadi dua fiil mudhari yang dijazmkan adalah fiil syarth dan fiil jawab al- syarth (Fuad Nikmah, 2001). “Mahmaa” ini merupak an ism mubham li ghair al-‘aqil, yaitu kata benda yang pengertiannya masih samar dan digunakan untuk  yang  tidak  berakal  (Ghalayaini,  1987  dan  Al -Khairain,  2008). Contohnya: “Mahma tunfiq fii alk hair yakhlifullah”

i. Aina نيأ

Amil  (partikel) ini disebut partikel jazm dan syarth, yaitu partikel yang berfungsi menjazmkan dua fiil mudhari, serta merupakan salah satu adat syarth yang berfungsi untuk pencetus timbulnya jawab atas adanya syarat. Jadi dua fiil mudhari yang dijazmkan adalah fiil syarth dan fiil jawab al- syarth (Fuad Nikmah, 2001). “Aina” ini merupakan ism mak an tadhammana ma‟na  alsyarth,  yaitu  kata benda  yang menunjukkan  tempat  dan  di dalamnya terkandung makna syarat. Dalam penggunaannya kebanyakan bersambung dengan “maa” yang merupakan huruf tambahan (harf zaa‟id) yang berfungsi untuk penguat ( taukid) (Ghalayaini, 1987 dan Al-Khairain, 2008). Contoh: “Ainama tadzhab ushohibuk”

j. Annaa  ىنأ

Amil  (partikel) ini disebut partikel jazm dan syarth, yaitu partikel yang berfungsi menjazmkan dua fiil mudhari, serta merupakan salah satu adat syarth yang berfungsi untuk pencetus timbulnya jawab atas adanya syarat. Jadi dua fiil mudhari yang dijazmkan adalah fiil syarth dan fiil jawab al- syarth (Fuad Nikmah, 2001). “Annaa” ini merupakan ism makan tadhammana ma‟na al- syarth, yaitu kata benda yang menunjukkan tempat dan di dalamnya  terkandung makna syarat (Ghalayaini, 1987 dan Al - Khairain, 2008). Contoh: “Anna tadzhab adhab ma’ak ”

k. Haitsumaa  امثيح

Amil  (partikel) ini disebut partikel jazm dan syarth, yaitu partikel yang berfungsi menjazmkan dua fiil mudhari, serta merupakan salah satu adat syarth yang berfungsi untuk pencetus timbulnya jawab atas adanya syarat. Jadi dua fiil mudhari yang dijazmkan adalah fiil syarth dan fiil jawab al- syarth (Fuad Nikmah,  2001). “Haitsumaa” ini  merupakan ism  makan tadhammana ma‟na al-syarth, yaitu kata benda yang menunjukkan tempat dan  di  dalamnya  terkandung makna  syarat.  Dalam  penggunaannya sebagai partikel  jazm,  “haitsu”  ini  harus  bersambung dengan  “maa” (Ghalayaini, 1987 dan Al-Khairain, 2008). Contoh: “Haitsutmma tadzhab adzhab ma’ak ”

l. Idzmaa    ام ذإ

Amil  (partikel) ini disebut partikel jazm dan syarth, yaitu partikel yang berfungsi menjazmkan dua fiil mudhari, serta merupakan salah satu adat syarth yang berfungsi untuk pencetus timbulnya jawab atas adanya syarat. Jadi dua fiil mudhari yang dijazmkan adalah fiil syarth dan fiil jawab al- syarth (Fuad Nikmah, 2001). “Idzmaa” ini merupakan huruf (harf) yang mengandung makna “in”. Dalam penggunaannya sebagai partikel jazm, “idz”  ini  harus bersambung dengan  “maa”  (Ghalayaini, 1987 dan  Al- Khairain, 2008). Contoh: “Idzmaa tata’allam tataqaddam”

m. Kaifamaa   امفيك

Amil  (partikel) ini disebut partikel jazm, dan syarth, yaitu partikel yang berfungsi menjazmkan dua fiil mudhari serta merupakan salah satu adat syarth yang berfungsi untuk pencetus timbulnya jawab atas adanya syarat. “Kaifamaa” ini merupakan ism tadhammana ma‟na alsyarth wa li al-hal, yaitu kata benda yang di dalamnya terkandung makna syarat dan berfungsi untuk menunjukkan keadaan (hal). Dalam penggunaannya sebagai partikel jazm,   “k aifa”  ini   boleh  bersambung  dengan  “maa”   maupun  tidak bersambung (Ghalayaini, 1987 dan Al-Khairain, 2008). Contoh: “Kaifamaa tajlis ajlis”

n. Ayyu   يأ

Amil  (partikel) ini disebut partikel jazm dan syarth, yaitu partikel yang berfungsi menjazmkan dua fiil mudhari, serta merupakan salah satu adat syarth yang berfungsi untuk pencetus timbulnya jawab atas adanya syarat. Jadi dua fiil mudhari yang dijazmkan adalah fiil syarth dan fiil jawab al- syarth (Fuad Nikmah, 2001). “Ayyu” ini merupakan ism mubham tadhammana ma’na alsyarth, yaitu kata benda yang pengertiannya masih samar dan di dalamnya terkandung makna syarat. “Ayyu” ni juga merupakan ism mu’rab,  yaitu kata benda yang i’rabnya  bisa berubah sesuai    dengan    kedudukannya   dalam    kalimat    ( jumlah).    Dalam penggunaannya sebagai partikel jazm  ini terkadang juga bersambung dengan “maa” (Ghalayaini, 1987 dan Al-Khairain, 2008). Contoh: “Ayyu amari yak hdim amanah tak hdimu” dan “Ayya maaf taf’al af’al.”

o. Ayyaana  نايأ

Amil  (partikel) ini disebut partikel jazm dan syarth, yaitu partikel yang berfungsi menjazmkan dua fiil mudhari, serta merupakan salah satu adat syarth yang berfungsi untuk pencetus timbulnya jawab atas adanya syarat. Jadi dua fiil mudhari yang dijazmkan adalah fiil syarth dan fiil jawab al- syarth (Fuad Nikmah, 2001). “Ayyaana” ini merupakan ism zaman tadhammana ma‟na alsyarth, yaitu kata benda yang menunjukkan waktu dan di dalamnya  terkandung makna syarat (Ghalayaini, 1987 dan Al - Khairain, 2008). Contoh: “Ayyana taqum aqum”

p. Idzaa  اذإ

Amil  (partikel) ini disebut partikel jazm dan syarth, yaitu partikel yang berfungsi menjazmkan dua fiil mudhari, serta merupakan salah satu adat syarth yang berfungsi untuk pencetus timbulnya jawab atas adanya syarat. Jadi dua fiil mudhari yang dijazmkan adalah fiil syarth dan fiil jawab al- syarth (Fuad Nikmah, 2001). “Idzaa” ini merupakan ism zaman tadhammana ma‟na alsyarth, yaitu kata benda yang menunjukkan waktu dan  di  dalamnya  terkandung makna  syarat.  Dalam  penggunaannya, partikel ini terkadang juga bersambung dengan “maa”. Contoh: “Wa idza tushibk a k hasasha fatajammal”

q. Mataa  ىتم

Amil  (partikel) ini disebut partikel jazm dan syarth, yaitu partikel yang berfungsi menjazmkan dua fiil mudhari, serta merupakan salah satu adat syarth yang berfungsi untuk pencetus timbulnya jawab atas adanya syarat. Jadi dua fiil mudhari yang dijazmkan adalah fiil syarth dan fiil jawab al- syarth (Fuad Nikmah, 2001). “Mataa” ni merupakan ism zaman tadhammana ma‟na alsyarth, yaitu kata benda yang menunjukkan waktu dan di dalamnya  terkandung makna syarat (Ghalayaini, 1987 dan Al - Khairain, 2008). Contoh: “Mataa aqra alquraaan tasma’uunii:”

❖  Tanda I’rab Jazm pada Fiil Mudhari

Tanda i’rab jazm pada fiil mudhari (desinens modus jusif pada verba Arab imperfek) adalah tiga yaitu: (1) sukun, (2) hadzf al-nun (membuang nun), dan (3) hadzf harf al-illah (membuang huruf illat) (Fuad Nikmah, 2001). Penjelasan ketiga tanda i’rab jazm tersebut sebagai berikut.

a. Sukun, sebagai tanda i’rab jazm pada fiil mudhari yang shahih akhir, yaitu fiil mudhari yang bukan mu’tal ak hir (huruf akhirnya huruf illat), contoh: “lam tadzhab”

b. Hadzf al-nun (membuang Nun), sebagai tanda i’rab jazm pada al-af’al alk hamsah, yaitu  fiil mudhari yang diakhiri dengan dhamir  tatsniyah , seperti:     “yadzhabani/tadzhabani”     atau     waw      jamak ,     seperti: “yadzhabuuna/tadzhabuuna”,   atau   “ya  al-muannats  almuk hathabah”, seperti: “tadzhabiina” .Apabila didahului salah satu amil (partikel) jazm, maka tanda jazmnya dengan membuang huruf nun-nya. Contoh: “Lam tadzhabi”

c. Hadzf harf al-‘illah (membuang huruf Illat), sebagai tanda i’rab jazm pada fiil mudhari yang mutal ak hir, yaitu fiil mudhari yang huruf akhirnya adalah huruf illat, baik “alif” , “waw”, dan “ya”. Contoh: “Lam yardha”






>>> Lihat kumpulan Materi PPG guru Bahasa Arab lain

Sumber: Modul Pendidikan Profesi Guru Modul 4. Kitabah (Menulis) Penulis: Ali Ma’sum, S.Pd., M.A


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar