Jenis dan Konsep Permainan Gerak Dasar pada Aktivitas Air


 

Bermain  adalah  merupakan  sesuatu  aktivitas  untuk  bersenang-senang, kata bermain ditambah satu kata air menjadi bermain air berarti melakukan permainan air  untuk  bersenang-senang. Usia  anak  Sekolah  Dasar  bermain  air  sangat disenangi, karena  disamping menyenangkan bermain air  juga  bisa  dijadikan pembelajaran. Anak-anak yang memang sangat suka main air bisa jadi tidak pandang tempat. Di mana ada air, di situ anak memuaskan kesenangannnya.

Pada usia SD, umumnya anak menyukai aktivitas di kolam renang. Biasanya anak akan menepuk-nepuk air disekitarnya hingga badannya terpercik air.   Seorang guru PJOK harus memastikan di mana posisi anak dalam kolam tersebut. Kalau permukaan air kolam tidak sampai melewati dada anak, itu artinya masih aman. Berbahaya apabila kolam itu tidak menunjukkan batas antara kolam yang dangkal dengan  yang  dalam.  Setelah  pengenalan air  dan  bermain  dengan  air  yang menyenangkan, tahap materi selanjutnya yaitu guru PJOK memberikan suatu materi yang diberikan kepada peserta didik, yaitu dari yang mudah ke yang sulit. Gerak dasar pada aktivitas air harus dikenalkan kepada peserta didik melalui berbagai macam pola gerak dasar. Berikut pola gerak dasar yang dapat digunakan sebagai dasar anak belajar renang:

1) Mengapung

Mengapung adalah aktivitas berusaha menjaga tubuhnya agar tidak tenggelam di dalam kolam. Latihan mengapung dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

a) Peserta didik memegang lututnya masing-masing dan kepala dimasukkan kedalam air, usahakan tidak menyentuh dasar kolam.

b) Peserta didik melentangkan tubuhnya dan kepala menghadap keatas.

c) Peserta didik melentangkan tubuhnya, dengan kepala menghadap ke bawah atau melihat dasar kolam.


2) Menyelam


Menyelam yaitu memasukkan tubuh kedalam kolam. Guru memberikan materi ini kepada peserta didik dengan intruksi memberikan permainan, misalnya mencari koin atau kelereng ke dasar air. Pola gerakan tersebut adalah salah satu cara mengajarkan menyelam melalui permainan. Guru PJOK juga dapat memberikan gerakan menyelam dengan cara guru menginstruksikan anak didi meluncur dari tepi kolam dan berusaha menyelam sejauh-jauhnya. Kemudian setelah pola gerak dasar menyelam dapat diterima dengan baik oleh peserta didik, gerakan tersebut dapat dilakukan secara berulang.

3) Meluncur


Meluncur dilakukan dengan berdiri bersandar dinding kolam kemudian kaki menolak pada dinding agar badan memperoleh gaya dorong ke depan sehingga dapat meluncur di air. Saat meluncur lengan lurus ke depan dan tungkai juga lurus ke belakang. Latihan meluncur juga bisa dibantu oleh teman, dengan cara peserta didik disuruh telungkup kemudian temannya medorong kakinya agar bisa meluncur. Dilakukan secara berulang ulang, apakah gerakan meluncur sudah benar-benar lancer atau belum. Berikut tahapan belajar meluncur yang dapat dilakukan:



4) Keselamatan Diri di Air

Hal yang mendasar dalam kegiatan pembelajaran aktivitas air yang perlu ditekankan  kepada  peserta  didik  adalah  kewaspadaan ketika  berada  di  air. Sebagai seorang guru PJOK yang mengajar di Sekolah Dasar, upaya pencegahan dan antisipasi dalam pembelajaran aktivitas di air perlu dilakukan oleh guru. Kewaspadaan harus ditekankan kepada peserta didik, baik saat sebelum berada di air atau bahkan saat di dalam air.

Kemampuan mengapung, meluncur, berputar haluan, terjun, menekuk tubuh, menyelam, timbul, dan berputar di tempat dapat membawa kesenangan tersendiri bagi peserta didik agar benar-benar merasa nyaman di air. Kemampuan itulah yang harus dikuasai sebelum belajar renang.  Pada umumnya orang yang dapat mengatasi berbagai kondisi di air akan lebih aman dari pada orang yang tidak nyaman berada di air. Namun demikian, bukan berarti seoraang perenang tidak dapat tenggelam. Bahkan perenang terbaik sekalipun akan menghadapi kesulitan dalam situasi dimana dirinya cidera atau sangat lelah sehingga dapat tenggelam.

Keselamatan jiwa merupakan faktor utama dalam pembelajaran aktivitas air. Sebagai awalah, peserta didik harus diajarkan mengenai tata cara memasuki daerah kolam renang/danau/sungai/lingkungan yang dituju. Aturan yang dibuat oleh guru maupun peraturan yang dibuat oleh pengelola kolam renang harus dipatuhi oleh peserta didik. Kehati-hatian dan kewaspadaan merupakan kunci keselamatan pembelajaran aktivitas air. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan aktivitas air:

(a) Jangan berenang sendirian. Aktivitas di air perlu didampingi oleh seseorang yang dapat dimintai pertolongan dalam keadaan darurat.

(b)  Kenali daerah di mana akan melakukan aktivitas di air, seperti kedalaman air karena bahaya-bahaya tersembunyi tidak terlihat dari atas permukaan air.

(c)  Jangan memasukkan sesuatu/makanan di mulut sewaktu berenang. Pola pernafasan dalam renang memerlukan kerongkongan dan mulut yang kosong.

(d)  Hindari makan besar dalam rentang waktu satu jam sebelum melakukan aktivitas renang.

(e)  Jangan berlari-larian, dorong-dorongan atau kuda-kudaan di tepi kolam.

Daerah  pelataran  kolam  renang  biasanya  basah  dan  licin,  sehingga diperlukan kewaspadaan agar kecelakaan dapat dihindari.

Keselamatan di air merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena berhubungan dengan penanggulangan, pencegahan, dan penghindaran terhadap terjadinya kecelakaan dan cedera. Selamat, artinya terhindar dari bencana, kecelakaan, atau tidak mendapat hambatan dan gangguan fisik. Beberapa penyebab kecelakaan di air, khususnya di sungai atau di kolam renang terjadi karena  faktor  keteledoran  manusia.  

Hal  ini  disebabkan  karena  kurangnya pengetahuan dan pemahaman, keterampilan, kehati-hatian, lalai atau lengah, atau keadaan fisik dan mental yang kurang sehat.

Secara umum hal-hal yang dapat dilakukan pada saat pembelajaran aktivitas air berhubungan dengan keselamatan di air adalah:

(a)  Disarankan berhati-hati terhadap bahaya dalam melakukan aktivitas air, baik di lingkungan kolam rengan, danau, pantai atau lainnya setiap saat.

(b) Pemanasan sangat disarankan sebelum melakukan aktivitas air untuk mencegah cedera sendi maupun kram otot.

(c) Mengetahui keterampilan berenang, dan mengetahui apa yang pantas dilakukan dan tidak pantas dilakukan, jangan mengambil resiko di sekitar tempat melakukan aktivitas air untuk menghindari kecelakaan.

(d)  Jika peserta didik baru saja belajar berenang, sebaiknya belajar di tempat yang dangkal.

(e)  Jika sedang bertugas mengawasi anak-anak yang berenang, jangan sekali- kali melepaskan pandangan dari kolam.

(f) Bagi  orang  yang  belum  terampil  berenang,  upayakan  menggunakan pelampung yang sempurna.

(g)  Jika mendapatkan kram di lengan tangan, betis dan telapak kaki ketika berenang, segera berhenti dan meregangkan otot di luar kolam dan jika segera berubah arah tujuan menepi.

(h)  Meminta bantuan manakala mendapatkan kesulitan dengan berteriak dan melambaikan tangan.

(i) Jangan berlari di tepi kolam, karena dapat mengakibatkan tergelincir dan mendapatkan luka atau jatuh.

(j) Hindari bahaya-bahaya bertabrakan atau tertimpa dengan orang lain saat di air.

(k)  Jika diijinkan menggunakan peralatan, gunakanlah dengan hati-hati.

(l) Jangan melompat ke kolam tanpa memperhatikan apakah ada orang lain di bawah.

(m) Jangan  bersenda gurau  di  kolam,  karena  dapat  dimungkinkan melukai teman, dan terbentur dengan dinding tepi kolam.

(n)  Pastikan  kolam  tempat  latihan  menyediakan  alat  pengapungan  dan peralatan penolong. 

(o)  Jangan pernah meninggalkan anak-anak kecil tanpa pengawasan siapapun di kolam, karena anak-anak tidak pernah berpikir bahwa air bisa berbahaya bagi dirinya. Anak-anak secara insting sangat lengah. Meninggalkan anak- anak sendiri di kolam tanpa pengawasan dapat berakibat FATAL.

(p)  Angkatlah anak-anak kecil keluar dari kolam jika ada telepon berbunyi atau jika harus melaksanakan beberapa tugas ringkas.

(q)  Jika ada seorang anak yang hilang carilah dikolam pertama kali untuk menyelamatkannya.

(r)   Ingat bahkan perenang yang baikpun dapat tenggelam.



Untuk membantu penguasaan keterampilan akitivitas air khususnya pembelajaran renang dibutuhkan alat-alat, seperti: papan pelampung (kickboard), sabuk pelampung (float belt) pelampung kaki (pull buoy atau leg float), masker (mask), snorkel, kacamata renang (goggles), penjepit hidung (noseclip), sepatu katak (fins) dan kaos kaki, stopwatch, dan sebagainya.   Dari beberapa alat tersebut yang 
dominan dipergunakan untuk pembelajaran, yaitu: kacamata renang, papan pelampung, fins, dan pelampung kaki.

Terkait dengan keselamatan di air, tentunya berhubungan dengan pertolongan yang akan dilakukan untuk menyelamatkan korban yang mengalami kecelakaan di kolam renang. Prinsip pertolongan pertama pada korban yang mengalami kecelakaan di kolam renang, adalah berikut:

(a)  Upayakan agar korban tenang dan tidak panik.

(b)  Jika korban masih dapat menggerakkan anggota tubuh, pertolongan dapat dilakukan dengan mendorong badan korban ke arah pinggir kolam secara perlahan-lahan.

(c)  Jika korban tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya atau pingsan, dapat dilakukan pertolongan dengan cara membuat korban tenang dan upaya upayakan wajah korban berada di atas permukaan air saat dibawa ke pinggir kolam.




Sumber. Warsito, Sugito Adi., Zulkarnaen, Imam., Setiawati, Dewi., 2019. Pengembangan Materi Bola Besar/Kecil, Beladiri, dan PKJ 1., Filosofi Penjas 1., Pengembangan Materi PHS, Aktivitas Air, dan Senam., Filosofi Penjas 2 dan Gerak Berirama., Kelompok Kompetensi A, B, dan C, Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, Kemdikbud

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar