Karakteristik dan Klasifikasi Anak dengan Autisme
Karakteristik anak dengan autisme
Anak dengan autisme sangatlah berbeda antara satu dengan yang lain. Masing- masing punya karakteristik yang unik dan kuantitas karakteristik yang dimiliki sangat berbeda pula. Sebagaimana diketah ui bahwa autisme merupakan spektrum sehingga pada masing-masing anak kuantitas karakteristik sangat beragam dari yang paling banyak menunjukkan ciri-ciri autisme sampai yang hampir tidak kelihatan ciri-cirinya.
Yang pertama, anak dengan autisme memiliki ga ngguan perilaku dalam hal ‘insistence of sameness’. Anak dengan autisme cenderung mengulangi hal yang sama setiap waktu. Misalnya ketika sedang mandi ada anak dengan autisme lebih suka semua pintu yang ada harus tertutup rapat, kamar mandi harus dipenuhi dengan busa. Ketika pintu kamar mandi secara sengaja dibuka oleh orang lain maka dia akan langsung menutup pintu tersebut dan pintu lainnya yang terbuka. Lain perilaku dimunculkan oleh anak yang lain, seperti perjalanan menuju sekolah harus selalu melewati jalan yang sama. Kalau berangkat melalui jalan A dan pulang melalui jalan B, maka hal ini harus dilakukan setiap hari. Jika tidak maka anak kemungkinan akan bingung dan bahkan tantrum.
Hal ini terjadi dikarenakan anak dengan autisme kurang mampu memperkir akan apa yang terjadi selanjutnya (Jones, 2002) sehingga pikirannya menjadi bingung.
Berikutnya adalah bahwa anak dengan autisme kurang mampu bersosialisasi dengan orang lain. Mereka kurang mampu untuk memulai kegiatan sosialisasi. Bahkan menurut Jones (2002) kemampuan sosial anak dengan autisme kemungkinan merupakan gangguan yang terparah. Anak dengan autisme kurang memahami peraturan sosial yang ada yang sifatnya abstrak seperti kesopanan , giliran atau antri dan aturan permainan. Mereka tidak belajar secara otomatis tentang hal-hal tersebut. Hal ini disebabkan karena kemampuan pemikiran mereka yang tidak mampu mencerna hal-hal atau kata-kata yang bersifat abstrak. Namun ketika mereka diajari hal-hal tersebut mereka akan bisa dengan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Karakteristik berikutnya yang ditunjukkan oleh anak dengan autisme adalah terkadang mereka juga mengalami gangguan sensori. Gangguan ini seperti ditunjukkan dengan kepekaan yang sangat terhadap hal -hal tertentu misalnya suara dan sentuhan. Anak dengan autisme yang sangat peka terhadap suara, dia akan menutup telinga atau akan menjerit -jerit jika mendengar uara seperti suara balon yang berudara ketika dibentuk menjadi boneka atau benda lainya . Tetapi sebaliknya jika anak tidak peka maka dia tidak akan peduli dengan suara sekeras apapun. Demikian juga dengan anak -anak yang sensitif terhadap sentuhan, jika dia disentuh maka dia akan menangis kesakitan tetapi ketika dipukul dia tidak merasakan apapun.
Ciri yang paling menonjol lainnya pada anak dengan autisme adalah kemampuannya berkomunikasi. Pada sebagian anak dengan autisme, ada yang bisa berbicara dengan lancar dan tidak mengalami keterlambatan bicara namun sebagian lainnya ada yang mampu berbicara pada masa kecilnya dan kemudian hilang. Pada sebagian yang hilang ini, ada yang kemungkinan bisa berbicara kembali tetapi sebagian lagi kemungkinan tidak bisa berbicara selamanya.
Berkenaan dengan komunikasi bahwa komunikasi anak autisme berkembang melalui empat tahapan:
a. The own agenda stage ( Tahapan asyik dengan dunianya sendiri)
Pada tahapan ini anak lebih suka bemain sendiri dan tampaknya tidak tertarik pada orang-orang di sekitarnya. Kita harus memperhatikan gerak tubuh dan ekspresi wajah anak, agar dapat mengetahui keinginannya. Anak seringkali mengambil sendiri bendabenda yang diinginkannya.
b. The requester stage (Tahapan meminta)
Pada tahapan ini anak mulai menyadari bahwa tingkah lakunya dapat mempengaruhi orang di sekitarnya. Bila menginginkan sesuatu, anak biasanya menarik tangan kita dan mengarahkannya ke benda yang diinginkannya. Sebagian anak telah mampu mengulangi kata -kata atau suara tetapi bukan untuk berkomunikasi melainkan untuk menenangkan dirinya dan juga anak muulai bisa mengikuti perintah sederhana tapi responnya belum ko nsisten.
c. The early communication stage (Tahapan komunikasi awal)
Pada tahapan ini anak telah menyadari bahwa ia bisa menggunakan satu bentuk komunikasi tertentu secara konsisten pada situasi khusus. Namun demikian, inisiatif berkomunikasi masih terbatas pada pemenuhan kebutuhannya. Anak mulai memahami isyarat visual/gambar komunikasi dan memahami kalimatkalimat sederhana yang kita ucapkan. Bila terlihat perkembangan bahwa anak mulai memanggil nama, menunjuk sesuatu yang diinginkan, atau melakukan kontak mata untuk menarik perhatian, maka berarti anak udah siap untuk melakukan komunikasi dua arah.
d. The partner stage (Tahapan komunikasitimbal balik)
Pada tahapan ini merupakan fase yang paling efektif yakni dua arah, tetapi biasanya anak masih terpaku pada kalimat-kalima yang telah dihapalkan dan sulit menemukan topik pembicaraan yang tepat pada situasi baru. Bagi anak - anak yang masih mengalami kesulitan untuk berbicara, komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan rangkaian gambar atau menyusun kartu kartu bertulis.
Pada anak dengan autisme yang bisa berbicara, gaya bicaranya kadang tampak aneh. Seperti pada anak dengan Asperger Syndrome (salah satu tipe autisme ), gaya bicara mereka sangat monoton dan kaku, hampir tidak ada irama sama sekali. Anak-anak ini kurang mengerti bahasa kiasan, mereka hanya mengerti makna bahasa secara denotatif. Misalnya untuk kata ‘makan hati’ secara denotatif kata ini berarti ‘sedang makan lauk hati ayam’ tetapi secara konotatif maknanya adalah ‘sakit secara psikologis’.
Pada anak dengan autisme lain yang bisa berbicara, terkadang mereka berbicara secara echolalia. Mereka cenderung mengulang, persis sama, kata kata orang lain yang mengajaknya berbicara. Ada anak yang mengulangnya secara langsung dihadapan orang yang mengajak nya berbicara, ada juga yang mengulangnya saat berikutnya ketika dirumah atau di tempat lain.
Sedangkan individu autis lainnya yang tidak bisa berbicara, mereka berkomunikasi dengan bahasa tubuh atau gestur, bahasa isyarat, gambar - gambar dan cerita bermakna (social story). Biasanya anak dengan autisme akan mengambil, memegang dan mengarahkan tangan orang yang dikenalnya jika menginginkan sesuatu. Sedangkan menukarkan atau memberikan gambar kepada orang lain adalah bentuk komunikasi pada sebagian anak dengan autisme.
Klasifikasi anak dengan autisme
Seperti tersirat pada nama yang dimilikinya, Gangguan Spektrum Autisme memiliki berbagai macam sub tipe. Gangguan ini ditemukan dari mulai yang paling berat yang berarti memiliki tanda -tanda atau karakteristik autistik sangat banyak sampai yang paling ringan dengan karakteristik yang hampir tidak bisa dilihat sama sekali. Berikut ini adalah tipe -tipe autisme menurut Diagnosis Statistical Manual IV (DSM IV) dan International Classification of Deseases 10 (ICD 10) adalah Pervasive Developmental Disorders-Not Otherwise Specified (PDD-NOS) atau Atypical Autism, Asperger’s disorder atau Asperger Syndr ome , Childhood Disintegrative Disorder, Rett’s disorder atau Rett Syndrome, dan Autistic disorder atau Childhood autism (Volkmar dan Klin, 2005). Untuk lebih jelasnya, silahkan perhatikan tabel berikut ini.
Klasifikasi autisme menurut ICD 10 dan DSM IV
ICD 10
• Childhood autism
• Atypical Autism
• Rett Syndrome
• Other childhood Develpmental Disorder
• Overactive disorder with Retardation Mental
• Asperger’s Syndrome
• Other Pervasive Developmental Disorders
• Pervasive Developmental Disorders (PDD), unspesified
DSM IV
• Autistic disorder
• PDD-NOS
• Rett’s disorder
• Childhood Developmental Disorder
• No corresponding category with stereotyped movements
• Asperger’s disorder
• Pervasive Developmental Disorders-Not Otherwise Specified (PDD NOS)
• Pervasive Developmental Disorders-Not Otherwise Specified (PDD NOS)
Klasifikasi tersebut di atas merupakan klasifikasi sebelum munculnya DSM 5 di tahun 2013. Berikut ini adalah klasifikasi yang berlaku saat ini setelah DSM 5 dipublikasikan
Klasifikasi autisme menurut DSM 5
Tingkat berat ringannya
autisme |
Komunikasi sosial |
Minat yang terbatas dan
perilaku berulang |
Level 3
‘Membutuhkan dukungan yang sangat banyak’ |
Defisit yang parah dalam keterampilan komunikasi sosial secara
verbal dan nonverbal yang menyebabkan
gangguan fungsi
yang parah; inisiasi interaksi sosial yang sangat terbatas
dan
respons |
Keasyikan,
ritual
yang
kaku dan/atau perilaku berulang secara nyata mengganggu
keberfungsian di
semua
bidang. Nampak terlihat sangat menderita ketika ritual atau rutinitasnya terganggu; sangat sulit untuk mengalihkan |
|
minimal terhadap
tawaran sosial
dari orang lain. |
perhatian dari
hal yang
sangat menarik perhatiannya atau mengembalikannya dengan cepat. |
Level 2
‘Membutuhkan banyak dukungan’ |
Defisit yang
moderat dalam
keterampilan komunikasi
sosial
verbal dan
nonverbal;
gangguan sosial
yang jelas bahkan
dengan dukungan di tempat; inisiasi terbatas dalam berinteraksi
sosial dan kurang atau abnormal respons
terhadap tawaran sosial dari orang lain. |
Perilaku ritual dan berulang
dan /
atau keasyikan atau minat yang melekat muncul cukup
sering
dan
jelas bagi pengamat biasa dan mengganggu
keberfungsian
dalam berbagai konteks. Kesedihan
atau frustrasi
terlihat ketika perilaku ritual
dan berulang terganggu;
sulit
untuk dialihkan dari minat yang melekat. |
Level 1
Membutuhkan dukungan’ |
Tanpa dukungan di
tempat, defisit
dalam komunikasi sosial
yang
menyebabkan disabilitas komunikasi yang nyata. Memiliki
kesulitan dalam memulai interaksi
sosial dan menunjukkan contoh-contoh
yang jelas tentang tanggapan yang tidak lazim atau tidak benar
terhadap tawaran sosial orang lain. Mungkin menampakkan minat yang rendah pada interaksi
sosial
|
Perilaku ritual dan berulang menyebabkan
gangguan yang signifik an terhadap keberfungsian dalam satu atau lebih
konteks. Menolak upaya orang lain untuk mengganggu perilaku ritual dan
berulang atau untuk dialihkan dari minat yang melekat |
Sumber Utama : Suprihatin, Ed.D dan Leliana Lianty, M.Pd. 2019. Modul 6 Pendidikan Anak Dengan Autisme Dan Kesulitan Belajar Spesifik. Kemdikbud
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar