Komponen Tujuan Pembelajaran


Komponen Tujuan Pembelajaran


Dalam aliran teori psikologi behaviorisme diseyogyakan pembelajaran memiliki tujuan.

Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.  Sementara  itu,  Oemar  Hamalik  (2005)  menyebutkan  bahwa  tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh peserta didik setelah berlangsung pembelajaran.

Menurut Lukmanul Hakim (2008) yang dimaksud dengan tujuan pembelajaran adalah arah atau sasaran yang hendak dituju oleh proses pembelajaran.  Dalam setiap kegiatan sepatutnya mempunyai tujuan. Karena tujuan menuntun kepada apa yang hendak dicapai, atau sebagai gambaran tentang hasil akhir dari sesuatu kegiatan. Dengan mempunyai gambaran jelas tentang hasil yang hendak dicapai itu dapatlah diupayakan berbagai kegiatan ataupun perangkat untuk mencapainya.

Tujuan   pembelajaran dapat disusun dengan mengacu pada kurikulum yang secara rinci dilengkapi dengan Kompetensi Inti dan diperinci lagi dengan Kompetensi Dasar. Tujuan tersebut dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, dan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Dua tujuan pembelajaran yang dapat dirumuskan, yaitu : 

(1) tujuan utama (main effect); dan

(2) tujuan penyerta (nurturant effect).

Tujuan utama berkaitan dengan aspek psikomotor atau fisik, yaitu keterampilan gerak dan unsur-unsur fisik (kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelincahan dan unsur fisik lainya). Sedangkan tujuan penyerta berkaitan dengan dampak atau pengaruh yang diakibatkan karena melakukan aktivitas fisik, seperti unsur-unsur kerjasama, menghargai orang lain, mengendalikan diri, sportif, pemecahan masalah, dan lain-lain.

Pada pendidikan jasmani, tujuan pembelajaran tidak hanya untuk mengembangkan aspek  psikomotor atau  fisik  semata  melainkan juga  aspek kognitif dan afektif. Sehingga dalam menentukan tujuan pembelajaran guru dapat mengacu pada tujuan dari aktivitas pembelajaran, baik itu yang dilakukan oleh guru ataupun yang dilakukan oleh siswa dan dapat juga mengacu pada proses pembelajaran. 

Bagaimana kita dapat membedakan rumusan tujuan pembelajaran yang mengacu pada aktivitas dengan yang mengacu pada hasil. Simaklah contoh di bawah ini (Rink, 2009):

❖  Tujuan Pembelajaran: Memberi contoh tentang bagaimana melakukan umpan bola voli kepada peserta didik. Ini contoh tujuan pembelajaran yang menggambarkan aktivitas guru.

❖  Tujuan Pembelajaran: Peserta didik akan mempraktikkan umpan atas dalam bola voli. Ini contoh tujuan pembelajaran yang menggambarkan aktivitas peserta didik.

❖  Tujuan Pembelajaran: Peserta didik dapat melakukan umpan atas secara

efektif kepada pemain di garis depan. Ini merupakan contoh tujuan pembelajaran yang tepat karena menggambarkan hasil dari proses pembelajaran.

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa saat menuliskan tujuan pembelajaran, guru dapat mengacu pada kurikulum yang secara rinci dilengkapi dengan Kompetensi Inti dan diperinci lagi dengan Kompetensi Dasar. Hal ini tentunya akan membantu guru dalam menentukan capaian materi pembelajaran berikut capaian kompetensinya. Namun demikian, ada baiknya rumusan tujuan pembelajaran diawali dengan frase di bawah ini (Rink, 2009) dan diikuti oleh kata kerja:

❖  Peserta didik akan mampu … (kata kerja).

❖  Peserta didik dapat … (kata kerja)

Contoh kata kerja yang mengikuti frase tersebut di atas adalah: melakukan, menendang, menembak, bekerjasama, menghormati, menjelaskan, dan lain sebagainya. Dengan awalan frase dan diikuti oleh kata kerja seperti contoh di atas, penulisan tujuan pembelajaran secara otomatis akan terkontrol untuk tetap mengacu pada hasil pembelajaran, bukan pada proses. Dengan kata lain, tujuan pembelajaran ditulis dalam kerangka yang mengarahkan pada kemampuan apa yang akan dikuasai peserta didik sebagai hasil dari pembelajaran. 

Selanjutnya, bagaimana cara menulis tujuan pembelajaran secara utuh? Penulisan tujuan pembelajaran yang utuh harus mengacu pada prinsip-prinsip merumuskannya. Ada beberapa prinsip yang dianjurkan oleh para pakar pendidikan. Dalam bahasan ini akan disajikan prinsip dimana tujuan pembelajaran harus mengandung unsur-unsur yang disebut sebagai ABCD.

❖  A: Audience artinya SIAPA yang menjadi sasaran dari pembelajaran kita.

Audience bisa siapa saja peserta pembelajaran, misalnya: peserta pelatihan, santri, mahapeserta didik. Dalam hal ini, audience kita adalah peserta didik.

❖  B: Behaviour adalah PERILAKU apa yang kita harapkan dapat ditunjukkan oleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. 

Perilaku ini dirumuskan dengan kata kerja yang kita tuliskan setelah frase pendahuluan (peserta didik dapat…). Perilaku menggambarkan ranah dari pembelajaran. Oleh sebab itu posisinya penting dalam merumuskan tujuan pembelajaran Contoh perilaku ini adalah: menendang bola (psikomotor), memahami peraturan pertandingan basket (kognitif), menunjukkan dukungan (afektif).

❖ C: Condition merupakan KONDISI dimana perilaku (behavior) tersebut ditunjukkan oleh peserta didik. 

Misalnya, secara berpasangan dengan temannya, dalam permainan 3 on 3, menghindari rintangan kayu.

❖  D: Degree adalah KRITERIA atau tingkat penampilan seperti apa yang kita harapkan dari peserta didik. 

Contohnya: 90% akurat, sebanyak 3 kali, 8 kali berhasil dari 10 kesempatan melakukan. 



Sumber. Warsito, Sugito Adi. 2017. Aktivitas Gerak Berirama. Malang: Dreamline

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar