Materi Qira’ah Mukatsafah (Membaca Intensif) Modul Pendidikan Profesi Guru Bahasa Arab


❖  Pengertian Qira’ah Mukatsafah (Membaca Intensif)

•   Membaca  intensif adalah membaca  dengan intensitas yang tinggi.

Misalnya membaca untuk menemukan ide pokok, menemukan rincian, menemukan dan mendapatkan unsur -unsur intrinsik, dan sebagainya (Hasanah  dkk,  2011:  3).  Membaca  intensif  ( qira’ah  muk atsafah), mempunyai karakteristik sebagai berikut (Rosyidi dan Ni’mah, 2012:

95-96)

•   Dilakukan di kelas bersama pengajar. 

Bertujuan   untuk   meningkatkan   keterampilan,   utamanya   dalam membaca dan memperkaya perbendaharaan kata serta menguasai tata bahasa yang dibutuhkan dalam membaca.

Pengajar mengawasi dan membimbing kegiatan itu serta memantau kemajuan peserta didik.

Abdurrahman Bin  Ibrahim Alfauzan menambahkan karakteristik qira’ah muk atsafah sebagai berikut:

•   Peserta didik membaca teks dengan cara keras/nyaring dan cara diam.

Membaca dilakukan secara bertahap, mulai mengenal lambang tulisan hingga membaca teks-teks yang relatif panjang (Al-Fauzan, 2011: 195-196).

Menurut  Al  Fauzan,  qira’ah  muk atsafah  dibagi  menjadi  dua,  yaitu membaca nyaring (qira’ah jahriyah) dan membaca diam (qira’ah shamithah)

a. Membaca nyaring (qira’ah jahriyah)

Membaca nyaring adalah membaca dengan cara berlatih mengucapkan dengan benar, dengan mencocokkan antara membunyikan suara dengan rumus tulisannya (Mustofa dan Hamid, 2012: 100). Sementara itu Ahmad Fuad Mahmud Ulyan (1992: 133) mengemukakan definisi qira’ah jahriyah  




Dari pernyataan di atas dapat kita pahami bahwa qira’ah jahriyah adalah menemukan lambang-lambang tulisan dan menyalurkannya kepada otak melalui mata serta memahaminya dengan cara mengombinasikan antara lambang-lambang tersebut sebagai sebuah bentuk yang murni dengan maknanya yang tersembunyi di dalam otak, kemudian membacanya dengan suara dan menggunakan alat-alat ucap dengan baik dan tepat. Qira’ah jahriyah merupakan kesempatan berlatih membenarkan bacaan, memperbaiki  pengucapan dan  performansi.  Definisi  lain  dari  qiraah jahriyah, yaitu membaca dengan menekankan kepada aktivitas anggota bicara: lisan, bibir, tenggorokan untuk mengeluarkan bunyi (Rosyidi dan Ni’mah, 2012: 95-96).

Banyak pengajar bahasa berpendapat bahwa peserta didik perlu diberi latihan menyimak dan menirukan terlebih dahulu, sebelum pelajar disuruh membaca  secara diam. Menurut pendapat mereka  membaca  dengan suara keras ini menunjang pemahaman teks itu (Allen & Valett, op.cit: 194
– 195). Alasan-alasan yang diberikan oleh mereka ialah: 
(a) membaca dengan  suara  keras  menambah  kepercayaan pada  diri  sendiri;  
(b) kesalahan-kesalahan dalam lafal dapat segera diperbaiki pengajar; 
(c) memperkuat  disiplin dalam  kelas karena para pelajar berperan serta secara aktif dan tidak boleh ketinggalan dalam membaca secara serentak; 
(d) memberi  kesempatan kepada  pelajar untuk menghubungkan lafal dengan ortografi (tulisan);  
(e) melatih  pelajar  untuk membaca  dalam kelompokkelompok arti (sense groups), sehingga ini menunjang pemahaman (Subyakto, 1988: 149).

Harris dan Sipay (1980) mengemukakan bahwa membaca bersuara mengonstribusikan seluruh perkembangan peserta didik dalam banyak cara, di antaranya sebagai berikut.

Membaca nyaring memberikan pendidik suatu cara yang cepat dan valid  untuk  mengevaluasi kemajuan  keterampilan  me mbaca  yang utama, khususnya pemenggalan kata, frasa, dan untuk menemukan kebutuhan pengajaran yang spesifik.
Membaca  nyaring  memberikan  latihan  berkomunikasi  lisan  untuk pembaca dan bagi yang mendengar untuk meningkatkan keterampilan menyimaknya. 
Membaca    nyaring    juga    bisa    melatih    peserta    didik    untuk mendramatisasikan cerita dan  memerankan  pelaku yang terdapat dalam cerita.
Membaca nyaring menyediakan suatu media di mana pendidik dengan bimbingan yang bijaksana, bisa bekerja untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri, terutama lagi dengan peserta didik yang pemalu.

Gruber  (1993)  mengemukakan  lebih  rinci  manfaat  dan  pentingnya membaca nyaring untuk peserta didik, yaitu sebagai berikut.

Memberikan contoh kepada peserta didik proses membaca secara positif. Mengekspos peserta didik untuk memperkaya kosakatanya.
•   Memberi peserta didik informasi baru.
Mengenalkan   kepada   peserta   didik   dari   aliran   sastra   yang berbedabeda. Memberi  peserta  didik  kesempatan  menyimak  dan menggunakan daya imajinasinya (Rahim, 2008 : 124-125)

Dan berkaitan dengan pembelajaran bahasa Arab, qira’ah jahriyah memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.

•   Mengatasi kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam mengenali kata.
•   Menyingkap permasalahan dalam pengucapan dan pelafalan.
•   Mengenalkan kepada peserta didik tentang kaidah-kaidah nahu.
Menguatkan dan memantapkan kemampuan inderawi peserta didik dalam mengenal kata, kalimat, dan teks, khususnya peserta didik yang ada pada tahap pemula.
•   Melatih peserta didik memerankan makna bacaan dan membaca teks lebih bermakna (Thu’aimah, Tanpa Tahun: 57).

b. Membaca diam (Qira’ah Shamithah)

Untuk memperoleh pemahaman mendetail bacaan yang dibaca, teknik membaca yang tepat perlu diperhatikan. Untuk memperoleh pemahaman mendetail tentang bacaan, biasanya dilakukan dengan teknik baca dalam hati atau membaca diam. Teknik ini dilakukan agar pemahaman bacaan diperoleh secara cepat dan mendetail. Jangan membaca dengan bersuara jika menginginkan pemahaman detail bacaan sekaligus dapat membaca dengan cepat karena kecepatan berpikir dalam membaca akan terganggu oleh pelafalan bunyi-bunyi bacaan, sehingga tidak bisa membaca dengan cepat. Walaupun membaca intensif tidak menuntut kecepatan baca, namun jika kita dapat membaca dengan cepat dan memeroleh informasi isi bacaan secara detail, itu yang diharapkan (Nurchasanah, 2015: 44).

❖  Bentuk Pelatihan Membaca Intensif

Membaca intensif dapat dilakukan dengan berbagai pelatihan. Sebagaimana dijelaskan Saksomo, dkk. (1996) bahwa kuesioner, pelatihan pola-pola kalimat, perlatihan kosakata dan telaah kata -kata, dikte, dan diskusi merupakan alternasi latihan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran membaca intensif.

Kuesioner merupakan seperangkat pertanyaan yang harus dijawab pembaca untuk memperoleh pemahaman bacaan. Pertanyaan -pertanyaan yang diajukan dapat berbentuk pertanyaan (1) dengan jawaban bebas (subjektif), (2) dengan jawaban tertutup (objektif) yang jawaba nnya sudah tersedia, maupun (3) gabungan pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mulai dari pertanyaan yang mendasar (literal), pertanyaan kritis, sampai pada pertanyaan kreatif.

Pelatihan pola-pola kalimat dapat dimanfaatkan dalam membaca intensif, namun ini tampaknya hanya menekankan pada pemahaman aspek bahasa. Pelatihan jenis ini cocok digunakan untuk mengukur aspek bahasa yang terfokus pada pemahaman kalimat.  Pelatihan jenis ini tergolong pemahaman literal aspek bahasa. Aspek-aspek lain seperti pemahaman kosakata, paragraf, dan mekanik tidak efektif jika menggunakan jenis pelatihan pola-pola kalimat. 

Pelatihan kosakata dan telaah kata -kata dapat dimanfaatkan juga dalam membaca intensif. Ini pun terbatas pada pemahaman lit eral bahasa saja khususnya  pemahaman   kosakata  dan   telaah   kata -kata.  Pelatihan pemahaman  kosakata  dan  telaah  kata -kata  dapat  diarahkan  pada pemahaman makna  kata. Hal-hal  terkait dengan makna di  antaranya makna leksikal, kontekstual, umum/khusus, sinonim/ant onim, hiponim, dan sebagainya.

Dikte merupakan teknik belajar bahasa yang juga dapat dimanfaatkan untuk mengukur pemahaman intensif sebuah bacaan. Caranya adalah dengan memperdengarkan sebagian teks (bisa kalimat per kalimat) kepada siswa dan siswa menuliskan teks yang diperdengarkan. Perlatihan jenis ini biasanya digunakan untuk siswa -siswa yang duduk di level dasar, misalnya SD permulaan.

Diskusi juga dapat dimanfaatkan sebagai bentuk pelatihan dalam membaca intensif. Diskusi adalah kegiatan memecahkan masalah tertentu dengan cara bermusyawarah untuk mencapai kesepakatan. Topik yang didiskusikan adalah topik yang ada dalam bacaan. Biasanya pokok -pokok isi bacaan didiskusikan untuk memperoleh pemahaman detail bacaan. Teknik ini biasanya digunakan untuk me meroleh pemahaman isi bacaan, namun  tidak  menutup  kemungkinan  yang  didiskusikan adalah  aspek bahasa bacaan (Nurchasanah, 2015: 44 -45).



Sumber: Modul Pendidikan Profesi Guru Modul 3. Qira’ah (Membaca)

Penulis: Dr. Muhammad Alfan, M.Pd
Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar