Observasi (Pengertian,Bentuk-bentuk Observasi,Kelebihan dan Kelemahan Observasi)


a)  Pengertian Observasi

Apakah Anda memahami bahwa observasi penting dilakukan sebelum memberikan layanan bimbingan kepada siswa? Ketika jawaban Anda adalah “iya” mengapa kegiatan observasi begitu penting? Sebelum Anda menjawab pertanyaan, marilah kita telaah bersama tentang observasi. Observasi dalam arti sempit mengandung arti pengamatan secara langsing terhadap gejala yang diteliti. Sedangkan dalam arti luas observasi mengandung arti pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek yang diteliti.  Istilah  “ pengamatan” dari aspek psikologi tidak sama tidak sama dengan melihat, hal itu karena melihat hanya dengan menggunakan penglihatan (mata); sedang dalam istilah “pengamatan” mengandung makna bahwa dalam melakukan pemahaman terhadap subyek yang diamati dilakukan dengan menggunakan pancaindra yaitu dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, bahkan bila dipandang perlu dengan penggunakan pencecap dan peraba.

Kegiatan observasi dilakukan dengan menggunakan pancaindra karena tidak   semua   gejala   yang   diamati   bisa   dikenali   hanya   dengan penglihatan, untuk meyakinkan hasil penglihatan kadang perlu dikuatkan dengan data dari penciuman, pendengaran, pencecap dan peraba, misalnya untuk meyakinkan seorang guru BK bahwa murid yang sedang dilayaninya baru saja merokok, atau tidak, guru BK bisa melihat pada perubahan wajahnya dan atau sekaligus mencium bau rokok yang keluar dari mulut siswa. Bahkan ketika observasi digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian kualitatif, maka pengamatan yang dilakukan guru BK bukan hanya sebatas gejala yang nampak saja, tetapi harus mampu menembus latar belakang mengapa gejala itu terjadi.

Di samping proses pengamatan, dalam melakukan observasi harus dilakukan dengan penuh perhatian (attention) tidak hanya melibatkan proses fisik tetapi juga proses psikis. Hal ini bisa dijelaskan bahwa ketika guru BK melakukan observasi, bukan hanya kegiatan melihat, mendengar, mencium saja yang berjalan; tetapi lebih dari itu adalah melihat, mendengar, dan mencium yang disertai dengan pemusatan perhatian, aktivitas, dan kesadaran terhadap obyek atau gejala-gejala tertentu yang sedang diobservasi.

Menurut Djumhana, A (1983: 202) bahwa observasi juga harus dilakukan secara sistematis dan bertujuan, artinya dalam melakukan observasi, observer tidak bisa melakukan hanya secara tiba-tba dan tanpa perencanaan yang jelas, harus jelas apa tujuannya, bagaimana karakteristiknya, gejala-gejala apa saja yang perlu diamati, model pencatatannya, analisisnya, dan pelaporan hasilnya. Selain itu, Gall dkk (2003: 254) memandang observasi sebagai salah satu metode pengumpulan data dengan cara mengamati perilaku dan lingkungan (sosial dan atau material) individu yang sedang diamati. Observasi dilakukan untuk memperoleh fakta fakta tentang tingkah laku siswa baik dalam mengerjakan suatu tugas, proses belajar, berinteraksi dengan orang lain, maupun karakteristik khusus yang tampak dalam mengahadapi situasi atau masalah (Furqon & Sunarya, 2011: 2012). 

Berdasarkan pada pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa observasi adalah kegiatan mengenali observee dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan secara sistematis dan bertujuan sehingga diperoleh fakta tentang tingkahlaku siswa misalnya saat mengerjakan tugas, proses belajar, berinteraksi dengan orang lain maupun karakteristik khusus yang tampak dalam menghadapi situasi atau masalah. Dengan melakukan observasi secara baik memungkinkan guru BK bisa memahami siswa yang akan dibimbing, dididik dan dilayaninya dengan sebaik- baiknya dan pada akhirnya diharapkan bisa memberikan pelayan secara tepat. Hasil observasi dapat digunakan sebagai tolok ukur menyusun program bimbingan dan konseling komprehensif yang biasa disebut dengan need assessment.

b)  Bentuk-bentuk Observasi


Ada beberapa bentuk observasi yang biasa dilakukan oleh guru BK dan atau peneliti, yaitu : Dilihat dari keterlibatan subyek terhadap obyek yang sedang diobservasi (observee), observasi bise dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu : 

(1) Observasi partisipan, yaitu observer turut serta atau berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang dilakukan oleh observee. Kelebihan    observasi partisipan yaitu observee bisa jadi tidak mengetahui bahwa mereka sedang diobservasi, sehingga perilaku yang nampak diharapkan wajar atau tidak dibuat-buat. Di sisi lain, kelemahan dari observasi partisipan berkaitan dengan kecermatan dalam melakukan pengamatan dan pencatatan, sebab ketika observer terlibat langsung dalam aktifitas yang sedang dilakukan observee, sangat mungkin observer tidak bisa melakukan pengamatan dan pencatatan secara detail. 

(2) Observasi non-partisipan, yaitu observer tidak terlibat secara langsung atau tidak berpartisipasi dalam aktivitas yang sedang dilakukan oleh observee. Kelebihannya yaitu observer bisa melakukan pengamatan dan pencatatan secara detail dan cermat terhadap segala akitivitas yang dilakukan observee. Selain itu, kelemahan yaitu bila observee mengetahui bahwa mereka sedang diobservasi, maka perilkunya biasanya dibuat-buat atau tidak wajar. Akibatnya obsever tidak mendapatkan data yang asli. 

(3) Observasi kuasi- partisipan, yaitu observer terlibat pada sebagian kegiatan yang sedang dilakukan oleh observee, sementara pada sebagian kegiatan yang lain observer tidak melibatkan diri dalam kegiatan observee. Bentuk ini merupakan jalan tengah untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk observasi di atas dan sekaligus memanfaatkan kelebihan dari kedua bentuk tersebut. Menurut penulis, persoalan utama tetap terletak pada tahu atau tidaknya observee bahwa mereka sedang diamati, jika mereka mengetahui bahwa mereka sedang diamati, maka sangat mungkin perilaku yang muncul masih ada kemungkinan tidak wajar.

Dilihat dari segi situasi lingkungan di mana subyek diobservasi, Gall dkk (2003 : 254) membedakan observasi menjadi dua, yaitu: 

(a) Observasi naturalistik (naturalistic observation) yaitu observasi itu dilakukan secara alamiah atau dalam kondisi apa adanya. Misalnya seorang peneliti mengamati perilaku binatang di hutan atau kebun binatang. 

(b) Observasi eksperimental (experimental observation) jika observasi itu dilakukan terhadap subyek dalam suasana eksperimen atau kondisi yang diciptakan sebelumnya. Misalnya, guru BK melakukan pengamatan terhadap dampak intervensi yang diberikan teknik Disentisisasi sistematis terhadap siswa yang fobia.

Bendasarkan pada tujuan dan lapangannya, Hanna Djumhana (1983: 205) mengelompokkan observasi menjadi berikut : 

(a) Finding observation yaitu kegiatan observasi dengan tujuan penjajagan. Dalam melakukan observasi ini observer belum mengetahui dengan jelas apa yang harus diobservasi, observer hanya mengetahui bahwa dia akan menghadapi suatu situasi saja. Selama berhadapan dengan situasi observer bersikap menjajagi saja, kemudian mengamati berbagai variabel yang mungkin dapat dijadikan bahan untuk menyusun observasi yang lebih terstruktur. 

(b) Direct observation yaitu observasi dengan menggunakan “daftar isian” sebagai pedomannya. Daftar ini dapat berupa checklist kategori tingkah laku yang diobservasi. Pada umumnya  pembuatan  daftar  isian  ini  didasarkan  pada  data  yang diperoleh dari finding observation dan atau penjabaran dari konsep dalam teori yang dipandang sudah mapan.

Dalam situasi konseling, kedua bentuk observasi ini dapat diterapkan. Finding observation diterapkan bila guru BK merasa tidak perlu menggunakan berbagai daftar isian serta ingin mendapatkan kesan mengenai tingkah laku konseli yang spontan atau apa adanya. Oleh sebab itu guru BK seyogianya benar- benar kompeten dalam masalah ini. Sedangkan direct observation, guru BK menyediakan sebuah daftar berupa penggolongan tingkah laku atau rating. Selama konseling berlangsung atau segera setelah konseling berakhir, guru BK mengisi daftar tersebut dengan

cara memberi tanda pada penggolongan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku konseli selama proses konseling. Cara ini lebih mudah dibanding cara finding observation, tetapi kelemahannya adalah sering terjadi tingkah laku yang lain dari pada yang digolongkan pada daftarnya, sehingga ada kecenderungan untuk menggolongkannya secara paksa atau mengabaikannya.

c)  Kelebihan dan Kelemahan Observasi


(1) Kelebihan

Memberikan tambahan informasi yang mungkin tidak didapat dari teknik lain
•   Dapat menjaring tingkah laku nyata bila observasi tidak diketahui
Observasi   tidak   tergantung   pada   kemauan   objek   yang diobservasi untuk melaporkan atau menceritakan pengalamanya.

(2) Kelemahan

•   Keterbatasan manusia menyimpan hasil pengamatan
Cara pandang individu terhadap obyek yang sama belum tentu sama antar individu yang satu dengan yang lain 
Ada kecenderungan pada manusia dalam menilai sesuatu hanya berdasarkan pada ciri-ciri yang menonjol.

(3) Alat Bantu Observasi

Dalam melakukan kegiatan observasi, Ada beberapa alat bantu yang dapat dimanfaatkan oleh observer dalam menggunakan metode observasi, yaitu 
(a) anecdotal record atau daftar riwayat kelakuan, 
(b) catatan berkala,
(b)  Checklist atau daftar cek, 
(d) skala penilaian, dan 
(e) alat-alat mekanik/ elektrik (seperti: tape recorder, handphone, handycam, camera CCTV).




Isrofin, Binti. 2019. Modul 1 Asesmen Kebutuhan Peserta Didik dan Sekolah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar