Tes Bakat, Tes Minat dan Tes Kepribadian
(a) Tes Bakat
Tes Bakat mucul dikarenakan adanya ketidakpuasaan pada tes intelegensi yang hanya memunculkan skor tunggal yang disebut IQ, karena hasil IQ belum dapat memberikan gambaran kemampuan individu di masa mendatang. Bakat dalam konteks tes bakat ini didefinisikan oleh Bennet et al (1982) sebagai: Suatu kondisi atau seperangkat karakteristik sebagaimana yang tampak dalam simptom kemampuan dasar yang bersifat individual dimana dengan melalui latihan khusus akan memungkinkan individu mencapai suatu kecakapan, keterampilan, atau seperangkat respon seperti kecakapan berbicara dalam bahasa, menciptakan musik dll. Tes bakat dimaksudkan untuk mengukur potensi seseorang mencapai aktifitas tertentu atau kemampuannya belajar mencapai aktivitas tersebut.
Tes bakat banyak digunakan para guru BK dan pengguna lain karena memiliki manfaat diantaranya :
a) mengidentifikasikan kemampuan potensial yang tidak didasari individu,
b) mendukung pengembangan kemampuan istimewa atau potensial individu tertentu,
c) menyediakan informasi untuk membantu individu membuat keputusan pendidikan dan karir atau pilihan lain diantara alternatif-alternatif yang ada,
d) membantu memprediksi tingkat sukses akademis atau pekerjaan yang bisa di antisipasi individu,
e) berguna mengelompokkan individu-individu dengan bakat serupa bagi tujuan perkembangan kepribadian dan pendidikan.
Dari sekian model tes bakat yang ada, salah satu yang dirancang dan digunakan dalam bimbingan dan konseling adalah tes DAT. Tes DAT (Differential Aptitude Test) ini merupakan tes bakat diferensial yang disusun oleh Bennet, Seashore dan Wesman pada tahun 1947. Tes ini berulang kali mengalai revisi dan standarisasi ulang. Subtes-subtes dam tes DAT dikembangkan berdasarkan suatu teori abilitas pengukuran bakat, dan terutama dikembangkan dengan lebih mengutamakan kegunaannya. Dengan demikian pendeskripsian bakat-bakat dalam DAT tidak bertolak dari konsep faktor- faktor murni, melainkan lebih menitikneratkan pada kemungkinan penggunaan daya ramal hasil tes bagi perkembangan dan karier individu. Perangkat Tes DAT meliputi delapan macam sub tes, namun karena pertimbangan budaya indonesia hanya memakai tujuh macam subtes saja (Mugiharso, H & Sunawan, 2008: 54) yaitu:
a) Tes Berpikir Verbal yaitu tes yang disusun untuk melihat seberapa baik seseorang dapat mengerti ide-ide dan konsep- konsep yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata. Juga untuk melihat seberapa mudah seseorang dapat berpikir dan memecahkan masalah-masalah yang dinyatakan dal bentuk kata-kata.
b) Tes Berpikir Numerik yaitu untuk melihat seberapa baik seseorang dapat mengerti ide-ide dan konsep-konsep yang dinyatakan dalam bentuk angka- angka. Juga untuk melihat seberapa mudah seseorang dapat berpikir dan memecahkan masalah-masalah yang dinyatakan dalam bentuk angka- angka.
c) tes Kemampuan Skolastik, untuk mengukur seberapa baik seseorang kemampuan menyelesaikan tugas-tugas skolastik, mata pelajaran dan persiapan akademik.
d) Tes Berpikir Abstrak, untuk mengukur seberapa baik seseorang mengerti ide ide dan konsep yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka-angka dan katakata. Juga dirancang untuk mengetahui seberapa baik atau seberapa mudah seseorang memecahkan masalah-masalah meskipun tidak berupa kata-kata atau angka-angka.
e) Tes Berpikir Mekanik, untuk mengukur seberapa mudah seseorang memahami prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan alamiah dalam kejadian sehari-hari yang berhubungan dengan kehidupan kita. Juga seberapa baik kemampuan seseorang dalam mengerti tata kerja yang berlaku dalam perkakas sederhana, mesin dan peralatan lainnya.
f) Tes Relasi Ruang, untuk mengukur seberapa baik seseorang dapat menvisualisasi, mengamati, atau membentuk gambar- gambar mental dari obyek-obyek dengan jalan melihat pada rengrengan dua dimensi. Juga seberapa baik seseorang berpikir dalam tig dimensi.
g) Tes Kecepatan dan Ketelitian Klerikal, mengukur seberapa cepat dan teliti seseorang dapat menyelesaikan tugas tulis- menulis, pekerjaan pembukuan, atau ramu meramu yang diperlukan dalam pekerjaan di kantor, gudang, perusahaan dagang.
Dalam pengembangan tes DAT, ternyata kombinasi skor Tes Berpikir Verbal dan Kemampuan Numerikal dapat memprediksi kemampuan akademik, oleh karena itu gabungan kedua subtes ini disebut tes Bakat Skolastik. Hasil
tes bakat skolastik dapat dipakai untuk menyeleksi siswa program siswa cerdas dan berbakat (gifted). Seperti dikemukakan di atas skor tes DAT dapat memprediksikan keberhasilan akademik di sekolah menengah. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa skor-skor pada subtes bakat skolastik, numerikal, relasi ruang, mekanik dan abstrak dapat memprediksi keberhasilan pada program ilmu pengetahuan alam. Sedangkan skor untuk subtes bakat skolastik dan verbal, berpikir abstrak dan kecepatan ketelitian klerikal dapat memprediksi keberhasilan pada progam Ilmu Pengetahuan Sosial. Sementara itu, skor tes bakat skolastik, verbal dan berpikir abstrak memprediksi keberhasilan siswa pada program Bahasa dan sastra.
(b) Tes Minat
Menurut Hurlock (1993), minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Tiga bidang terapan hasil tes minat antara lain: 1) Konseling Karier 2) Konseling Pekerjaan, 3) Penjurusan Siswa. Hakikat dan kekuatan dari minat dan sikap seseorang merupakan aspek penting kepribadian. Karakteristik ini secara material mempengaruhi prestasi pendidikan dan pekerjaan, hubungan antar pribadi, kesenangan yang didapatkan seseorang dari aktifitas waktu luang, dan fase-fase utama lainnya dari kehidupan sehari-hari.
Studi tentang minat mendapatkan dorongan terkuat dari penafsiran pendidikan dan karir. Meskipun lebih sedikit kadarnya, pengembangan tes dalam area ini juga dirangsang oleh seleksi dan klasifikasi pekerjaan. Perkembangan populer tes minat, berkembang dari studi-studi yang mengindikasikan kalau individu di suatu pekerjaan dicirikan oleh kelompok minat umum yang membedakan mereka dari indivdidu di pekerjaan lainnya.
Para peneliti juga mencatat perbedaan minat ini bergerak melampaui yang di asosiasikan dengan performa kerja dan yang individu di bidang kerja tertentu memiliki juga minat bukan pekerjaan yang berbeda yaitu aktifitas, hobi dan rekreasi. Karena itu, inventori minat bisa di rancang untuk menilai minat-minat pribadi dan mengaitkan minat-minat tersebut dengan wilayah kerja yang lain. Tes minat yang banyak dipakai dalam bimbingan dan konseling pada umumnya adalah Tes minat jabatan. Tes minat jabatan disusun atas dasar konsep teoritik yang menyatakan bahwa minat adalah kesukaan atau ketidaksukaan terhadap sesuatu seperti obyek, pekerjaan, seseorang, tugas, gagasan, atau aktivitas. Inventori minat jabatan berupa butir-butir daftar pernyataan yang diberi bobot tertentu dan meminta individu untuk merespon secara jujur. Beberapa contoh tes minat adalah: Kuder Preference Record Vocational Test (Tes Kuder) dan Tes Minat Jabatan Lee- Thorpe.
Tes Kuder Preference Record Vocational Sesuai dengan namanya, tes ini berguna untuk menunjukkan preferensi pekerjaan pada diri individu. Tes yang dikembangkan oleh Kuder tersebut dalam pengadministrasiannya mengharuskan testi memilih satu dari dua pilihan pekerjaan dari butir pernyataan yang tersedia.
Jenis minat yang diungkap melalui tes Kuder meliputi:
a) Outdoor, yaitu berkenaan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di luar ruangan.
b) Mechanical, yaitu berkenaan dengan pekerjaan mekanis.
c) Computational, berkenaan dengan pekerjaan yang menggunakan kemampuan menghitung.
d) Science, berkenaan dengan pekerjaan ilmiah.
e) Persuasive, berkenaan dengan pekerjaan yang memerlukan kemampuan diplomasi atau persuasi.
f) Artistic, berkenaan dengan pekerjaan seni.
g) Literary, berkenaan dengan pekerjaan yang berhubungan dengan bahasa dan sastra.
h) Musical, berkenaan dengan pekerjaan yang berhubungan dengan musik.
i) Social service, berkenaan dengan pekerjaan yang berorientasi pada pemberian pelayanan kepada masyarakat.
j) Clerical, berkenaan dengan pekerjaan administratif.
Tes Minat Jabatan Lee-Thorpe merupakan seperangkat inventori minat terhadap jabatan ini dikembangkan oleh Lee dan Thorpe (1956). Inventori minat jabatan Lee-Thorpe dirancang untuk mengukur dan menganalisis minat jabatan individu. Demikian pula, alat ini merupakan alat pengukuran performansi jabatan dan bukan tes kemampuan atau ketrampilan jabatan. Tujuan utama tes ini adalah untuk membantu individu untuk menemukan minat jabatan dasar pada dirinya. Sehingga dengan demikian hasilnya dapat digunakan untuk membantu individu yang bersangkutan menjadi pekerja atau orang yang berminat, memiliki penyesuaian diri yang baik adan efektif.
Jenis bidang minat yang diukur oleh tes Minat Jabatan Lee- Thorpe meliputi:
a) Pribadi Sosial (personal-social), mencakup pekerjaan- pekerjaan yang menuntut hubungan pribadi dan bidang pelayanan.
b) Natural (natural), mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan di alam terbuka dan yang memberi banyak kesempatan untuk bergaul dengan hewan dan tumbuh- tumbuhan.
c) Mekanik (mechanical), meliputi bidang kegiatan yang mempersyaratkan pemahaman mekanika dan bidang permesinan.
d) Bisnis (business), meliputi berbagai kegiatan perniagaan dalam arti yang luas.
e) Seni (the art), mencakup bidang kesenian seperti: musik, sastra dan jenis kesenian lainnya.
f) Sains (the science), bidang yang berkaitan dengan pemahaman dan manipulasi lingkungan fisik dalam kehidupan kita.
Sedangkan tipe minat yang dapat diungkap melaui tes ini adalah (1) Tipe minat Verbal, yaitu tipe minat yang ditandai oleh penekanan pada penggunaan kata-kata dari suatu dunia kerja baik lisan maupun tertulis baik untuk tujuan pelayanan maupun persuasif. (b) Tipe minat Manipulatif, yaitu apabila pekerjaan itu menuntut syarat penggunaan tangan di mana individu mengalami kepuasan bekerja dengan benda atau obyek-obyek. (c) Tipe minat Komputasional, yang menggabungkan antara penggunaan kata dan benda yang berisi item-item yang berhubungan dengan simbol atau konsep angka.
Tes minat ini juga dapat digunakan untuk mengungkap tingkat minat yang terdiri atas:
(a) tugas rutin atau tingkat pekerjaan rutin,
(b) tugas yang mempersyaratkan keterampilan atau disebut tingkat menengah, dan
(c) tugas yang, mempersyaratkan pengetahuan, keterampilan dan pertimbangan keahlian (tingkat profesional).
(c) Tes Kepribadian
Tes kepribadian sering dibatasi sebagai tes yang bermaksud mengukur dan menilai aspek-aspek kognitif, artinya aspek-aspek yang bukan abilitas dan kepribadian manusia. Aspek non kognitif, sesuai analisis faktor, banyak jumlahnya. Akan tetapi pada umumnya hanya dibatasi pada aspek pokok yaitu: motivasi, emosi, dan hubungan sosial. Ada dua macam teknik dalam tes kepribadian yaitu teknik proyektif dan teknik self reppory inventory.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, tes kepribadian jenis inventorilah yang sering dipakai, sedangkan tes proyektif tidak digunakan krena sudah memasuki kawasan psikologi klinis. Asumsi yang dipakai dalam tes kepribadian dengan teknik inventory adalah: (1) bahwa individu adalah orang yang paling tahu tentang keadaan dirinya masing-masing, (2) individu mempunyai kemampuan dan kesadaran untuk menyatakan keadaan dan penghayatannya menurut apa adanya. Salah satu contoh tes kepribadian adalah Tes EPPS (Edwards Personal Preference Schedule). Tes EPPS diciptakan oleh Edwards (1953) dengan maksud terutama untuk melihat kecenderungan kebutuhan-kebutuhan khusus (needs) individu. Tes ini disusun atas daftar kebutuhan pokok manusia yang disusun loeh Henry Murray dan kawan- kawannya.
sumber :
Isrofin, Binti. 2019. Modul 1 Asesmen Kebutuhan Peserta Didik dan Sekolah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
jangan lupa menyelipkan link web ini juga :)
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar