Rangkuman materi Konflik Sosial dan Integrasi Sosial


Konflik merupakan suatu proses sosial ketika seseorang atau sekelompok orang berusaha mencapai  tujuannya dengan  jalan menentang  pihak  lawan  disertai ancaman atau kekerasan. Faktor penyebab konflik sosial di antaranya karena adanya perbedaan keyakinan dan pendirian, perbedaan kebudayaan antarkelompok masyarakat, perbedaan kepentingan antarindividu/ kelompok, kesenjangan sosial mengenai tingkat kesejahteraan, dan ketidaksiapan masyarakat menerima perubahan sosial.

Akomodasi dapat dilakukan melalui berbagai metode penyelesaian konflik. Penggunaan metode penyelesaian konflik disesuaikan dengan tipe konflik, besarnya konflik, dan dampak yang ditimbulkan. Beberapa metode penyelesaian konflik di antaranya: koersi, kompromi, arbitrase, mediasi, negosiasi, konsiliasi, rekonsiliasi, stalemate, transformasi konflik, ajudikasi, segregasi, eliminasi, subjugasi atau dominasi, serta keputusan mayoritas.

Kekerasan (violence) merupakan penggunaan kekuatan fisik secara paksa terhadap orang atau benda. Selain penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, kekerasan juga bisa berupa ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan  atau  sekelompok  orang  atau  masyarakat  yang  mengakibatkan trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak. Bentuk kekerasan dapat terbagi menjadi 3 besaran, yaitu: kekerasan langsung (kekerasan fisik/psikis), kekerasan struktural, dan kekerasan kultural.

Integrasi sosial terjadi ketika unsur-unsur dalam masyarakat saling berhubungan secara intensif di berbagai bidang kehidupan. Akibatnya, terjadi pembauran beberapa unsur  berbeda  dan  setiap unsur  dalam  masyarakat  dapat  bekerja sama dengan unsur  lain.  Integrasi  sosial  dibedakan  menjadi  tiga  sifat, yaitu integrasi normatif, integrasi fungsional, dan integrasi koersif.

Masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai masyarakat yang memiliki beraneka ragam kebudayaan yang menekankan pada keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan atau kesetaraan. Artinya, tidak ada posisi superior dan inferior antaretnik, ras, jenis kelamin, serta agama. Terbentuknya masyarakat multikultural dilatarbelakangi oleh berbagai faktor-faktor antara lain: bentuk wilayah dan kenampakan alam, perbedaan iklim, dan letak geografis.

Hubungan sosial antarkelompok dalam masyarakat multikultural menghasilkan berbagai konsekuensi sosial yang dapat diamati dan dipelajari. Adapun konsekuensi tersebut sebagai berikut: asimilasi, interseksi, integrasi, konsolidasi, mutual akulturasi, hingga dominasi.

Permasalahan sosial yang muncul di tengah masyarakat multikultural tidak da pat dihilangkan tetapi dapat diminimalisasi agar tidak bertambah besar. Ragam permasalahan sosial dalam masyarakat multikultural sebagai berikut: konflik sosial,   kesenjangan   sosial,   stereotip,   diskriminasi   sosial,   primordialisme, ancaman disintegrasi, etnosentrisme, dan poiitik aliran (sektarian).

Masalah sosial cenderung muncul karena perbedaan yang tidak disikapi secara bijak. Oleh karena itu, diperlukan upaya tepat untuk mengatasi permasalahan sosial. Adapun upaya mengatasi masalah-masalah sosial dalam masyarakat multikultural sebagai berikut: 

1) mengembangkan sikap simpati; 

2) mengembangkan sikap empati; 

3) menghargai perbedaan;

 4) mengembangkan toleransi; 

5) menerapkan sikap inklusif; 

6) mengembangkan sikap demokratis dan antidiskriminasi; 

7) mengembangkan upaya akomodatif; 

8) mengembangkan semangat nasionalisme; 

9.) mengembangkan pendidikan multikultural; dan 

10) mengembangkan sikap kerja sama.



source : modul belajar mandiri pppk ips sosiologi Pembelajaran 4. Konflik Sosial dan Integrasi Sosial , kemdikbud
Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar