Hewan Pseudoselomata : Apa Itu Hewan Pseudoselomata?


Apa Itu Pseudoselomata? 

Pseudoselomata. Hewan semacam ini mempunyai rongga tubuh semu, mesodermnya belum membentuk rongga yang sesungguhnya karena mesodermnya belum terbagi menjadi lapisan dalam dan lapisan luar. Rongga yang terbentuk berisi cairan yang memisahkan alat pencernaan dengan dinding tubuh bagian luar. Hewan yang termasuk Pseudoselomata adalah Rotifera dan Nematoda (cacing gilig)

Bangun tubuh psudoselomata telah dievolusikan pada beberapa filum hewan kecil. Hubungan evolusionernya dengan kelompok lain dan di antara mereka sendiri masih belum jelas. Kemungkinan, kondisi pseudoselomata muncul secara independen beberapa kali. Kita akan membahas di sini hanya dua dari semua filum itu: Rotifera dan Nematoda.

Rotifer 

Rotifer (sekitar 1800 spesies) adalah hewan yang sangat kecil yang terdapat paling banyak di air tawar, beberapa di antaranya hidup di laut atau di dalam tanah lembap. Ukurannya berkisar dari sekitar 0,5 sampai 2,0 mm, lebih kecil dari banyak Protista, namun demikian Rotifer adalah hewan multiseluler dan memiliki sistem organ khusus, termasuk saluran pencernaan sempurna (suatu saluran pencernaan dengan mulut dan anus yang terpisah). Organ internal terletak di dalam pseudoselom. Cairan dalam pseudoselom berfungsi sebagai kerangka hidrostatik dan sebagai medium untuk transport internal nutrien dan buangan pada hewan yang sangat kecil tersebut. Pergerakan tubuh rotifer menyebarkan cairan di dalam pseudoselom, sehingga rongga tubuh dan cairannya sebagai sistem sirkulasi. 

Kata Rotifer, yang berasal dari Bahasa Latin, berarti “pembawa roda”, yang mengacu ke mahkota silia yang menarik putaran air ke dalam mulut. Ke arah posterior dari mulut, suatu daerah saluran pencernaan yang disebut faring mengandung rahang (trophi) yang akan menggerus makanan, yang sebagian besar berupa mikroorganisme yang tersuspensi dalam air.

Reproduksi Rotifer adalah unik. Beberapa spesies hanya terdiri atas betina yang menghasilkan lebih banyak betina lagi dari telur yang tidak dibuahi, suatu jenis reproduksi yang disebut partenogenesis. Spesies menghasilkan dua jenis telur yang berkembang dengan cara partenogenesis, satu jenis membentuk betina dan jenis lain berkembang menjadi jantan yang berdegenerasi yang bahkan tidak dapat mencari makanannya sendiri. Jantan bertahan hidup cukup lama untuk menghasilkan sperma yang membuahi telur, dan membentuk zigot resisten yang dapat bertahan hidup ketika kolam mengering. Ketika kondisi menjadi baik lagi, zigot tersebut mengakhiri masa dormansinya dan berkembang menjadi suatu generasi betina baru yang kemudian bereproduksi melalui parthenogenesis sampai kondisi menjadi tidak menguntungkan lagi. Perhatikan gambar berikut.

Nematoda


Gambar   Struktur tubuh cacing gilig (Nematoda)
Gambar   Struktur tubuh cacing giling (Nematoda)
(Campbell, Reece & Mitchell, 2003)

Di  antara semua hewan yang  paling  tersebar luas,  cacing gilig  (Nematoda) ditemukan pada sebagian besar habitat akuatik, di dalam tanah lembap, di dalam jaringan lembap tumbuhan, dan di dalam cairan tubuh dan jaringan hewan. Sekitar 90.000 spesies kelas ini telah diketahui, dan yang sebenarnya ada mungkin mencapai 10 kali jumlah tersebut. Panjang cacing gilig berkisar antara kurang dari
1 mm hingga lebih dari 1 m. Tertutupi oleh kutikula keras dan transparan, tubuhnya yang silindris dan tak bersegmen itu meruncing membentuk ujung yang sangat halus ke  arah  posterior dan  menjadi suatu ujung buntu pada ujung kepala. Nematoda memiliki saluran pencernaan yang sempurna. Mereka tidak memiliki sistem sirkulasi, tetapi nutrien diangkut ke seluruh tubuh melalui cairan dala pseudoselom. Otot nematoda semuanya longitudianal, dan kontraksinya menghasilkan gerakan mendera.

Reproduksi Nematoda umumnya adalah secara seksual. Jenis kelamin umumnya terpisah pada sebagaian besar spesies, dan betina umumnya berukuran lebih besar dibandingkan dengan jantan. Fertilisasi terjadi secara internal, dan seekor betina dapat meletakkan 100.000 atau lebih telur yang terbuahi per hari. Zigot sebagian besar spesies adalah sel resisten yang mampu bertahan hidup pada lingkungan yang tidak bersahabat.

Filum Nematoda juga meliputi banyak hama pertanian yang menyerang akar tumbuhan. Spesies lain cacing gilig memparasiti hewan. Manusia menjadi inang bagi paling tidak 50 spesies Nematoda, termasuk berbagai cacing jarum (pinworm) dan cacing kait (hookworm). Salah satu Nematoda yang sangat berbahaya adalah Trichinella spinalis, cacing yang menyebabkan trikhinosis. Manusia tertular Nematoda tersebut dengan cara memakan daging babi atau daging lain yang terinfeksi dan kurang matang, yang mengandung cacing juvenile terbungkus sista dalam jaringan otot. Didalam usus manusia, juvenil tersebut akan berkembang menjadi cacing dewasa secara seksual. Betina akan menggali lubang di dalam otot usus halus dan menghasilkan lebih banyak lagi juvenil, yang nantinya membor tubuh manusia atau mengembara dalam pembuluh limfa untuk membungkus dirinya dengan sista dalam organ lain, termasuk otot rangka. 


sumber: modul belajar mandiri pppk ipa biologi , Pembelajaran 2. Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Ekologi, Kemdikbud
Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar