Perubahan Komposisi Udara di Atmosfer dan Perubahan Musim
● Perubahan Komposisi Udara di Atmosfer
Keberadaan gas gas di atmosfer menyebabkan suhu bumi menjadi nyaman ditinggali oleh makhluk hidup termasuk manusia. Dalam jumlah sedikit di atmosfer uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), Ozon (O3), Methan (CH4), Oksida nitrat (N2O) dan klorofluorokarbon (CFCs) berfungsi untuk menjaga agar panas yang diterima dari matahari tidak semua terlepas ke udara. Peristiwa ini disebut greenhouse effect (Efek rumah kaca) dan gas gas tersebut dinamakan sebagai gas-gas rumah rumah kaca. Dengan adanya efek rumah kaca suhu bumi menjadi lebih hangat dan nyaman untuk dihuni oleh mahluk hidup.
Pemanasan global yang disebabkan oleh gas gas rumah kaca pada saat ini dampaknya telah mempengaruhi banyak kehidupan manusia. Beberapa orang berpendapat bahwa pengurangan pemakaian bahan bakar fosil akan menurunkan tingkat pendapatan manusia, tetapi mereka tidak pernah memikirkan akibat lebih jauh, dari efek pemanasan global terhadap kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya.
Meningkatnya aktivitas manusia sejak revolusi industri yaitu sekitar tahun 1958 menyebabkan peningkatan penggunaan bahan bakar fosil, penggunaan pestisida dan insektisida di bidang pertanian, deforestasi dan penggunaan CFC yang berkontribusi pada pemanasan global. Dari hasil laporan, dikatakan bahwa peningkatan suhu bumi dengan hanya 1,3° C akan membuat dunia lebih hangat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
Pemanasan global dapat mengakibatkan beberapa kerusakan, salah satunya adalah rusaknya terumbu karang yang disebabkan oleh panasnya suhu perairan laut.
Gambar . Kerusakan Terumbu Karang Akibat Pemanasan Global
(https://skepticalscience.com/Global-Warming-Effects.html, 2018)
Sebagian besar CO2 yang menyebabkan pemanasan pada udara diserap oleh lautan, sehingga menyebabkan suhu lautan menjadi meningkat pula. Hal ini dapat mengakibatkan hal hal berikut:
a. Peningkatan temperatur laut
Ketika temperatur meningkat molekul air menjadi membesar dan memberi pengaruh pada kejadian kejadian berikut: naiknya permukaan air laut, perubahan pada sirkulasi air di samudra dan perubahan suhu pada dasar lautan. Naiknya permukaan air laut biasanya disertai dengan kejadian lain yaitu semakin kencangnya angin.
Hal ini mengakibatkan musnahnya populasi alami pantai yang berfungsi sebagai pelindung. Punahnya populasi pelindung pantai ini akan mengancam pada kerusakan terumbu karang. Perubahan sirkulasi air di samudra mengakibatkan sering terjadinya badai di lautan dan pengurangan pada pembentukan es di kutub, dan erosi wilayah pantai.
Perubahan suhu pada dasar laut memicu lebih cepat dan lebih banyaknya gunung es di kutub es mencair dan meningkatkan naiknya permukaan air laut. Dengan kenaikan suhu air laut 2oC dalam waktu 6 – 10 minggu saja dapat mengakibatkan hilangnya terumbu karang yang pada akhirnya menimbulkan kerugian berkurangnya ikan di perairan.
b. Hilangnya gunung es
Sungai yang aliran airnya berasal dari es yang mencair di wilayah pegunungan tinggi dan manusia bergantung pada perairan sungai tersebut untuk digunakan sebagai sumber mata air, irigasi, transportasi atau penghasil energi seringkali letaknya berdekatan dengan daerah padat penduduk. Pemanasan suhu global atau global warming menyebabkan pegunungan tersebut tidak dapat menyimpan es lebih banyak dan es mencair lebih cepat. Hal ini berakibat pada berkurangnya cadangan air pada wilayah tersebut yang pada akhirnya kemampuan dari lingkungan untuk mendukung keperluan penduduk di wilayah tersebut menjadi berkurang.
Hilangnya lapisan es di kutub dapat menjadi penyebab pemanasan suhu lebih lanjut, yaitu adanya kontribusi gas CH4 dan CO2 dari permafrost. Apa itu permafrost? Permafrost merupakan tanah beku yang berada di bawah lapisan es. Ketika es mencair maka permaforst akan mengering dan melepaskan CH4 dan CO2 ke atmosfer yang berkontribusi pada pemanasan global lebih lanjut. Emisi dari permafrost merupakan fenomena alamiah yang sekarang ini sudah terjadi dan proses ini tidak dapat diintervensi oleh manusia.
Kenaikan permukaan laut, selain disebabkan oleh pemuaian molekul air yang disebabkan oleh naiknya temperatur air, juga disebabkan karena melelehnya gunung es di kutub. Lelehan gunung es ini ada yang memunculkan sungai yang membelah lapisan es yang kemudian terbawa ke samudra dan menyebabkan naiknya permukaan laut.
● Perubahan Musim
Temperatur troposfer pada saat ini secara perlahan mengalami kenaikan sebasar 1oC dari semenjak jaman pra industri dan secara terus menerus mengalami peningkatan akibat emisi gas gas rumah kaca. Peningkatan suhu bumi ini ditandai dengan berbagai macam fenomena yang dapat kita rasakan sekarang, yaitu tidak dapat diperkirakannya perubahan cuaca perubahan musim dan gejala gejala lain seperti perubahan suhu yang ekstrim, kekeringan, peningkatan evaporasi, munculnya tornado dan angin siklon yang lebih sering dan lebih besar, curah hujan yang tidak menentu. Perubahan perubahan ini dapat berakibat pada berubahnya aktivtas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya perubahan musim tanam dengan adanya perubahan musim dan kekurangan air akibat musim kemarau yang sangat panjang atau sebaliknya terjadi banjir karena lamanya dan besarnya curah hujan.
Mahluk hidup di bumi dilindungi dari pengaruh radiasi ultraviolet (UV) yang membahayakan melalui suatu lapisan pelindung molekul ozon (O3). Lapisan Ozon berada pada lapisan stratosfer yang letaknya berada pada antara 17 dan 25 km di atas permukaan Bumi. Ozon menyerap radiasi UV dan mencegah banyak radiasi UV tersebut mencapai kontak dengan organisme yang berada di biosfer. Kajian satelit pada atmosfer menyatakan bahwa lapisan ozon secara perlahan-lahan telah menipis sejak tahun 1975, dan penipisan tersebut terus berlangsung dengan laju yang semakin meningkat.
Perusakan ozon atmosfer kemungkinan terutama disebabkan oleh gas klorofluorokarbon (CFCs), zat kimia yang digunakan untuk lemari es, sebagai bahan bakar dalam kaleng aerosol, dan dalam proses pabrik tertentu. Klorin yang terkandung dalam klorofluorokarbon mencapai stratosfer dan bereaksi dengan ozon (O3). Ozon di stratosfer tereduksi menjadi O2 yang menyebabkan lapisan Ozon stratosfer menjadi tipis dan terjadi lubang Ozon. Lubang ozon pertama kali dilaporkan pada tahun 1985 di atas Antartika. Seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia penipisan lapisan ozon dan ukuran lubang ozon meluas sampai bagian paling selatan Australia, Selandia Baru, dan Amerika Selatan. Lapisan Ozon di wilayah katulistiwa (lintang tengah) dengan penduduk sangat padat menipis sekitar 2% sampai 10% selama dalam kurun 20 tahun.
Akibat yang ditimbulkan oleh menipisnya lapisan Ozon di stratosfer adalah meningkatnya penyakit seperti kanker kulit dan katarak. Pengaruh lain adalah peningkatan fitoplankton yang mengakibatkan pengaruh bagi kehidupan organisme lain. Bahaya yang ditimbulkan oleh penipisan ozon sangat besar, sehingga banyak negara sepakat untuk mengakhiri produksi klorofluorokarbon dalam waktu satu dekade. Sayangnya, meskipun semua klorofluorokarbon dilarang pdnggunaannya saat ini, molekul klorin yang telah ada di atmosfer akibat penggunaan CFCs di masa lalu akan terus mempengaruhi konsentrasi ozon atmosfer paling tidak selama satu abad.
Keberadaan polutan di udara juga menimbulkan dampak lain bagi kehidupan manusia. Dari pembakaran batu bara dilepaskan gas Sulfur dioksida (SO2) dan NOx yang dapat beredar di udara sebagai disposisi kering atau bersenyawa dengan oksigen dan sinar matahari menghasilkan asam sulfur. Asam Sulfur ini membentuk kabut yang dapat jatuh sebagai hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan gangguan pernapasan pada manusia dan hewan, serta perubahan morfologi pada daun, batang, benih.
sumber: modul belajar mandiri pppk ipa biologi , Pembelajaran 2. Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Ekologi, Kemdikbud
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar