Strategi/Solusi Penanganan Pencemaran Lingkungan


Strategi/Solusi Penanganan Pencemaran Lingkungan

a.     Penanganan Pencemaran Lingkungan

Penanganan terhadap pencemaran lingkungan perlu dilakukan secara terpadu. Hal ini dikarenakan pencemaran yang terjadi pada pada suatu lingkungan dapat berdampak pada pencemaran lingkungan yang lain. Misalnya, pencemaran udara dapat mengakibatkan pencemaran tanah dan air ketika polutan gas di udara menjadi senyawa asam dan turun sebagai hujan asam yang pada akhirnya mencemari air dan tanah.

Penanganan terhadap pencemaran lingkungan dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan tersebut sebelum terpapar polutan, yaitu dengan mengeluarkan kebijakan kebijakan yang menentukan batas penggunaan senyawa senyawa yang berpotensi untuk mencemari lingkungan dan melakukan AMDAL ketika sebuah industri akan dibangun di suatu wilayah. Kebijakan kebijakan tersebut tentunya bertindak sebagai preventif sehingga lingkungan alami terjaga dari paparan polutan.

Penanganan terhadap polusi yang terjadi akibat kecerobohan manusia seperti misalnya tumpahan minyak yang mencemari lingkungan dilakukan untuk mengurangi dampak pencemaran terhadap organisme yang berada pada lingkungan tersebut. Penanggulangan untuk kasus tersebut dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah in-situ burning, penyisihan secara mekanis, teknik bioremediasi, penggunaan sorben, dan penggunaan bahan kimia dispersan. Pada saat sekarang ini, teknik yang banyak digunakan oleh negara negara yang mengalami polusi karena tumpahan minyak adalah teknik bioremediasi. 

Teknik bioremediasi dapat dilakukan dengan 2 macam metode, yaitu: 
(1) bioaugmentasi dimana mikroorganisme pengurai ditambahkan ke dalam tumpahan minyak untuk melengkapi populasi mikroba yang secara alami telah ada di lingkungan yang terpapar  tumpahan  minyak.  
(2)  biostimulasi, yaitu  merangsang pertumbuhan bakteri  pengurai  hidrokarbon  dengan  menambahkan nutrien  atau  mengubah habitatnya.

Bertahun tahun penduduk yang berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan mengalami dampak pencemaran udara karena kebakaran hutan. Untuk mengurangi dampak asap, pemerintah setempat membagikan masker gratis pada masyarakat setempat. Selain itu adanya peringatan ketika level asap melebihi ambang batas dan dapat membahayakan sistem pernapasan, masyarakat dihimbau untuk tidak keluar rumah dan sekolah diliburkan. Penanganan terhadap kebakaran hutan dilakukan dengan cara membuat hujan buatan untuk memadamkan api.

b.        Konservasi pada Tingkat Spesies dan Populasi

Krisis  keanekaragaman hayati  terutama  yang  terjadi  di  Indonesian  semakin meluas, mulai dari tingkatan genetik, populasi hingga ke komunitas, ekosistem dan wilayah yang  lebih  luas  yang  dinamakan dengan bentang alam.  Konservasi modern tidak hanya melakukan konservasi terhadap keanekaragaman spesies, tetapi dimulai dari mempertahankan keanekaragaman genetik sampai pada keanekaragaman ekosistem. Konservasi untuk mempertahankan keberadaan dan keanekaragaman makhluk hidup dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah:

1)        Mempertahankan keankeragaman genetik

Fokus biologi konservasi pada spesies dan populasi melibatkan pemahaman tentang dinamika populasi, yang meliputi penurunan jumlah populasi, faktor dari penyebab penurunan populasi serta bagaimana strategi untuk mempertahankan suatu populasi. Secara ideal, yang  seharusnya dilakukan adalah mempertahankan populasi sebelum penurunan terjadi, sehingga pada saat itu masih banyak waktu yang tersedia untuk menyelamatkan sebuah habitat yang cukup besar untuk mendukung populasi alamiah.

2)        Perlindungan terhadap habitat untuk menjaga keberadaan populasi 

Aktivitas manusia memungkinkan terjadinya fragmentasi atau pemisahan habitat yang dihuni oleh populasi hewan atau tumbuhan tertentu. Peristiwa ini dinamakan dengan   metapopulasi.   Dengan   semakin   meningkatnya   aktivitas   manusia, pemahaman tentang metapopulasi sangat penting untuk memahami bagaimana suatu  populasi  bisa  dijaga  dari  kepunahan.  Hal  ini  disebabkan  karena  laju reproduksi   dari   suatu   populasi   seringkali   sangat   berbeda   ketika   terjadi metapopulasi. Dengan demikian perlu dilakukan konservasi dengan melakukan perlindungan terhadap habitat dimana keberhasilan reproduksi suatu populasi lebih besar dibandingkan dengan laju kematiannya.

3)        Melakukan analisis keangsungan hidup (viabilitas) populasi

Analisis kelangsungan hidup  suatu populasi merupakan suatu metode untuk memprediksi apakah suatu spesies akan bertahan atau tidak dalam suatu lingkungan tertentu. Analisis viabilitas populasi dilakukan dengan menggabungkan informasi keberagaman genetik dan ciri-ciri sejarah kehidupan suatu populasi, seperti rasio jenis kelamin, umur saat terjadi reproduksi pertama, fekunditas, dan rata-rata angka kelahiran dan angka kematian. Analisis itu juga memasukkan data mengenai respons populasi terhadap faktor-faktor lingkungan seperti pemangsaan, parasitisme, kompetisi antar spesies, dan gangguan yang menjadi ciri khas habitat populasi tersebut. Analisis viabilitas populasi umumnya dihasilkan melalui simulasi komputer yang menggabungkan data sejarah kehidupan degan taksiran matematis respons populasi terhadap faktor-faktor lingkungan.

c.        Konservasi pada Tingkat Komunitas, Ekosistem, dan Bentang Alam 

Konservasi terhadap tingkat komunitas, ekosistem dan bentang alam dilakukan dengan memelihara lingkungan untuk tetap menjadi habitat bagi populasi yang menjadi ciri khas ekosistem tersebut. Wilayah yang digunakan sebagai konservasi dinamakan cagar alam. Cagar alam seharusnya merupakan bagian fungsional dari bentang    alam,    namun    pada    kenyataannya    untuk    mempertahankan keanekaragaman dalam cagar alam dalam periode yang lama memerlukan upaya yang cukup sulit. Keberadaan aktivitas manusia di sekeliling cagar alam yang merupakan bagian dari bentang alam suatu wilayah juga merupakan jaminan akan keberlanjutan fungsi dari cagar alam. Karena upaya konservasi seringkali melibatkan aktivitas manusia dalam wilayah bentang alam yang sebagian besar didominasi oleh manusia

Pemulihan daerah-daerah yang rusak merupakan suatu upaya konservasi yang penting.  Pemerintah di  berbagai  negara  mencanangkan pembangunan yang berkelanjutan sebagai upaya untuk penyesuaian kembali terhadap aspek ekologis. Hal ini tentu saja mempengaruhi berbagai perubahan pada    nilai-nilai kemanusiaan. Pembangunan berkelanjutan, kemakmuran jangka panjang masyarakat manusia dan ekosistem yang mendukungnya, bergantung pada pengetahuan ekologis merupakan komitmen untuk menggalang proses ekosistem dalam menunjang keanekaragaman biologis.



sumber: modul belajar mandiri pppk ipa biologi , Pembelajaran 2. Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Ekologi, Kemdikbud

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar