Aturan Penggunaan Tanda Baca Dalam Bahasa Indonesia


Aturan Penggunaan Tanda Baca Dalam Ejaan Bahasa Indonesia

Seorang penulis harus tepat menggunakan tanda baca dalam tulisannya. Berikut ini berbagai macam aturan penulisan tanda baca yang harus diperhatikan ketika menulis.

1) Penggunaan Tanda Titik (.)

a) Tanda titik digunakan pada akhir kalimat berita.

Contoh:

Anak itu sedang menunggu angkutan umum.

b) Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat sudah berakhir dengan tandatitik, tanya, dan seru.

Contoh:

Guru berkata, ”Tolong tutup pintu itu!”

c)  Tanda titik  dipakai untuk  memisahkan angka  jam,  menit, dan  detik  yang menunjukkan jangka waktu.

Contoh:

15.30.05 jam (15 jam , 30 menit, 05 detik)

d)  Tanda titik  dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan  detik  yang menunjukkan waktu. 

Contoh:

pukul 23.00.00

e) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam.

Contoh:

pukul 05.00 pagi

f) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam.

Contoh:

pukul 15.20

g) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.

Contoh:

Kuliah umum itu mengundang 1.115 peserta.

h) Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.

Contoh:

Gumperz, John J. 1992. Discourse Strategy. Cambridge: Canmbridge University Press.

i) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Contoh:

Nomor plat kendaraannya AB 1692 RE

j) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, nama bab, subbab, tabel, dan sebagainya.

Contoh:

Pola Interaksi Dosen dan Mahasiswa

BAB I PENDAHLUAN Latar Belakang Masalah Tabel 1: Kesalahan Diksi

Lampiran 3: Instrumen Kesalahan Kalimat

2) Penggunaan Tanda Koma (,) 

a) Tanda koma digunakan dalam suatu perincian atau pembilangan (minimal tiga unsur)

Contoh:

Kami memerlukan piring, sendok, dan garpu.

b) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Contoh:

Siti Badilah, M.A. Dr. Nadhifa F.A., M.Si.

c) Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

Contoh:

162, 5 cm Rp1.650,55

d) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali.

Contoh:

Semua peserta seminar masuk ruang ini, kecuali panitia.

e) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Contoh:

Jika tidak ada halangan, saya akan datang pada acara itu.

f) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.

Contoh:

Saya akan datang pada acara itu jika tidak ada halangan.

g) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

Contoh:

Banyak hal yang belum dikerjakan, misalnya, membuat proposal, seminar, dan menyusun laporan.

h) Tanda koma dipakai di belakang penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, oleh sebab itu, dan meskipun demikian. Kata hubung tersebut  terletak  di  awal  kalimat  dan  tidak  boleh  ditempatkan pada  awal paragraf.

Contoh:

Orang tuanya memiliki kekuasaan di kampung itu. Meskipun demikian, anak itu tidak mau sewenang-wenang memanfaatkan kekuasaan orang tuanya.

i) Tanda koma dipakai untuk memisahkan o, ya, wah, aduh, dan kasihan.

Contoh:

Kasihan, semua data di komputernya terkena virus.

j) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.

Contoh:

Sudah selesai, Mas?

k) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Contoh:

Paman berkata, ”Nenek ke mana?”

l) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

Contoh:

“Siapa nama kamu?” tanya Lina.

m) Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Contoh:

Bpk. Ujang Juhari, Karangpawitan, Karawang.

Kajur PBSI, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.

n) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.

Contoh:

Gumperz, John J. 1992. Discourse Strategy. Cambridge: Canmbridge University Press. 

o) Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.

Contoh:

Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.

p) Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

Contoh:

Setelah menggingit, nyamuk tersebut akan meninggalkan plasmodium.

3) Penggunaan Titik Koma (;)

a) Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.

Contoh:

Kakak membuatkan kopi untuk ayah; ibu mengoreksi tugas mahasiswa; adik bermain di halaman depan rumah.

b) Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Sebelum rincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.

Contoh:

Persayaratan yang harus dipenuhi antara lain: 

(1) mahasiswa S1 aktif minimal semester 5;

(2) menguasai ilmu Sastra Indonesia; 

(3) IPK minimal 3.25;

(4) dapat bekerja dalam tim.

c) Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.

Contoh:

Mahasiswa melakukan kegiatan pramenulis: menentukan masalah, tema, topik, dan membuat judul; menulis: menuangkan ide/gagasan secara tertulis; pascamenulis: merevisi tulisan dan mempublikasikannya.

4) Penggunaan Titik Dua (:) 

a) Tanda titik dua dipakai di antara (1) tahun dan halaman dalam kutipan, (2) bab dan ayat dalam kitab suci, (3) judul dan anak judul suatu karangan, serta (4) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

Contoh:

Soeparno (2002: 15) Yogyakarta: Tiara Wacana

b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Contoh:

Bendahara : Muhammad Ibrahim

c) Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Contoh:

Dhifa : ”Siapa yang datang, Dik?” Kia : ”Kakek dan nenek.”

d) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.

Contoh:

Kita harus mengerjakan hal-hal berikut: mencari referensi, memahaminya, membuat rangkuman, dan mempresentasikannya.

5) Penggunan Tanda Hubung (-)

a) Tanda hubung digunakan untuk menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.

Contoh:

Kami akan membawa beberapa buku refe- rensi.

b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.

Contoh:

Pihak universitas menjelaskan tata cara pengisi- an PUPNS.

c) Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.

Contoh:

kupu-kupu bermain-main 

d) Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.

Contoh:

24-10-2015 t-a-h-u-n

e) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (1) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (2) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.

Contoh:

Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok. bandingkan dengan:

be-revolusi

dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)

tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial

f) Tanda hubung dipakai untuk merangkai se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital.

Contoh:

se-Indonesia se-Asia

g) Tanda hubung dipakai untuk merangkai ke- dengan angka.

Contoh:

ke-5 ke-12

h) Tanda hubung dipakai untuk merangkai angka dengan an- Contoh:

tahun 2000-an tahun 1970-an

i) Tanda hubung dipakai untuk merangkai kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital.

Contoh:

hari-H mem-PHK

j) Tanda hubung dipakai untuk merangkai kata ganti Tuhan yang berbentuk imbuhan.

Contoh:

Kuasa-Nya Kepada-Mu

k) Tanda hubung dipakai untuk merangkai gabungan kata yang merupakan satu kesatuan.

Contoh:

bandara internasional Soekarno-Hatta 

l) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Contoh:

meng-install di-upgrade

6) Penggunaan Tanda Tanya (?)

a) Tanda tanya digunakan pada akhir kalimat tanya.

Contoh:

Apakah kita wajib membaca buku ini?

b) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Contoh:

Nilai kami B (?) semua.

7) Penggunaan Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah dan menggambarkan emosi penutur.

Contoh:

Tolong tutup pintu itu!

8) Penggunaan Tanda Petik Tunggal (‘…’)

a) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.

Contoh:

pandai ’tukang tempa’ pinang ’lamar’

b) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.

Contoh:

“Dia menyapa ‘hallo’ kepada teman barunya.”

c) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing.

Contoh:

download ‘unduh’ upload ‘unggah’

9) Penggunaan Tanda Petik Dua (“…”)

a)  Tanda  petik  dipakai  untuk  mengapit  petikan  langsung  yang  berasal  dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.

Contoh:

Paman berkata, “Ibu kamu akan datang besok pagi.” 

b) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Contoh:

Pencipta puisi yang berjudul ”Puisi Ibu” adalah Chairil Anwar.

c) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

Contoh:

Banyak orang bertanya tentang “laki-laki” itu.

d) Tanda petik (") dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama dengan di atas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang berbentuk daftar.

Contoh:

“zaman” bukan “jaman”

10) Penggunaan Tanda Kurung ( (… ) )

a)   Tanda  kurung  digunakan  untuk  mengapit  tambahan  keterangan  atau penjelasan.

Contoh:

Presiden akan bertemu dengan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).

b) Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.

Contoh:

Pembahasan tentang filsafat bahasa (lihat bab 3) sangat kompleks.

c) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.

Contoh:

Kata pandai (a) memiliki sinonim pintar (a).

d) Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan.

Contoh:

Permasalahan pembelajaran dapat ditemukan dari: (1) media pembelajaran yang digunakan, (2) interaksi antara siswa dengan guru, dan (3) interaksi antarsiswa. 

11) Penggunaan Tanda Garis Miring (/)

a) Tanda garis miring digunakan di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun kalender atau tahun ajaran.

Contoh:

Nomor 15/JK/2015 Jalan Wonosari 9/115

b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.

Contoh:

Semua keputusan tergantung pilihan kakek/nenek.



sumber: Sari, Esti Swatika. 2019. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Modul 1 Tata Bahasa. Kemdikbud.

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar