Bentuk Makna Kata Polisemi, Ambiguitas Dan Redundansi


Bentuk Makna Kata Polisemi, Ambiguitas Dan Redundansi

Polisemi

Polisemi adalah satuan bahasa yang memiliki lebih dari satu. Misalnya, misalnya kata ibu bermakna: 
1) wanita yang melahirkan seorang anak, 
2) sapaan untuk wanita yang sudah bersuami, 
3) bagian yang pokok;--jari 
4) yang utama di antara beberapa hal yang lain. 
Jika polisemi memiliki makna lebih dari satu, lalu apa bedanya dengan homonimi. Perbedaan homonimi dengan polisemi terletak pada hubungan makna di dalamnya. Makna kata yang berhomonim antara kata yang satu dengan yang lainnya sama sekali tidak ada hubungannya, misalnya kata mata yang berhubungan dengan pancaindra yang digunakan untuk melihat dan mata yang berhubungan dengan satuan ukuran berat untuk candu. Makna mata antara makna yang satu dengan yang lainnya benar-benar berbeda dan tidak bisa dirunut lagi. Hal ini berbeda dengan polisemi, makna kata yang satu dengan yang lainnya masih terdapat hubungan, misalnya kata akar yang bermakna 1) bagian tanaman tumbuhan yang biasanya tertanam di dalam tanah, 2) asal mula, 3) unsur yang menjadi dasar pembentukan kata, 4) suatu operasi aljabar. Jika kita perhatikan, makna akar antara makna satu dengan yang lainnya masih memiliki hubungan dengan makna asalnya.

Dalam KBBI, penulisan kata yang berpolisemi berbeda dengan kata yang berhomonim. Jika homonim ditulis dengan entri yang terpisah, maka makna kata yang berpolisemi penulisannya dijadikan satu dengan makna yang lainnnya. Perhatikan contoh penulisan kata yang berpolisemi dalam KKBI berikut ini.
k a
. k i
1.   n anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan
(dari pangkal paha ke bawah)
2. n  bagian tungkai (kaki) yang paling bawah: --nya tidak dapat menapak lagi
3. n bagian suatu benda yang menjadi penopang (penyangga) yang berfungsi sebagai kaki: -- meja; -- kursi itu patah satu
4.  n bagian yang bawah: -- bukit (gunung); -- rumah (dasar rumah)
5.  n kata penggolong bagi payung: se-- payung
6.  n ukuran panjang, 12 inci (± 0,3048 m): gunung setinggi 4.000 -- dari permukaan laut dapat didakinya juga
7.  n bagian kaki unggas yang kasar dan bersisik
ma.ta1
1.  n indra untuk melihat; indra penglihat
2.   n sesuatu yang menyerupai mata (seperti lubang kecil, jala):
nenek mencoba memasukkan benang ke -- jarum
3.   n bagian yang tajam pada alat pemotong (pada pisau, kapak, dan sebagainya): -- pisau itu perlu dikikir supaya tajam
4.  n sela antara dua baris (pada mistar, derajat, dan sebagainya)
5.  n tempat tumbuh tunas (pada dahan, ubi, dan sebagainya)
6.  n ki sesuatu yang menjadi pusat; yang di tengah-tengah benar
7.      n  ki  yang  terpenting  (sumbu,  pokok,  dan  sebagainya):  -- pencaharian penduduk desa itu bertani
8.  n Hidm daerah dengan angin cukup tenang dan cuaca baik yang terdapat pada pusat siklon tropis yang sangat kuat dan bentuknya hampir bulat

Kata kaki adalah kata yang berpolisemi. Dalam KBBI, makna kata kaki memiliki tujuh makna, begitu juga dengan kata mata yang merupakan kata yang berpolisemi, memiliki delapan makna. Ketujuh makna dalam kata kata tersebut masih terdapat hubungan makna dengan makna kaki yang lainnya, begitu juga dengan makna yang masih memiliki hubungan dengan makna primernya. 

Ambiguitas

Ambiguitas dapat diartikan dengan ‘makna ganda’. Konsep ini mengacu pada sifat konstruksi penafsiran makna yang lebih dari satu (Suwandi, 2006: 117). Ambiguitas kadang disamakan dengan polisemi. Lalu apakah sama antara ambiguitas dengan polsemi? Polisemi dan ambiguitas memang sama-sama memiliki makna lebih dari satu, namun keduanya memiliki perbedaan. Makna dalam polisemi berada pada tataran kata, sedangkan makna dalam ambiguitas berasal dari frasa atau kalimat yang terjadi karena penafsiran yang berbeda, misalnya berbeda penafsiran dari sisi gramatikal. Perhatikan kalimat berikut.

(25) Dhifa datang untuk memberi tahu.

Makna memberi tahu dapat bermakna: 
1) menjadikan supaya tahu, sedangkan makna 
2) memberi jenis makanan yang terbuat dari kedelai (tahu).

(26) Istri pejabat yang nakal itu ditahan Polisi.

Makna kalimat (26) di atas memiliki dua makna, yaitu: 1) yang nakal adalah istri dari seorang pejabat, 2) yang nakal adalah pejabat itu sendiri.

(27) Kakek-nenek Nadhifa menjalankan ibadah haji.

Makna kalimat (27) di atas bermacam-macam. Makna kalimat tersebut antara lain: 1) kakek dan nenek dari seorang yang bernama Nadhifa menjalankan ibadah haji, 2) kakek, nenek, dan Nadhifa menjalankan ibadah haji, 3) kakek dan nenek yang bernama Nadhifa menjalankan ibadah haji.
Ambiguitas sering terjadi dalam ragam bahasa tulis. Hal tersebut terjadi ketika penanda ejaan tidak digunakan dengan tepat atau cenderung diabaikan. Akan tetapi, dalam bahasa lisan, ambiguitas tidak banyak terjadi. Dalam komunikasi lisan, berbagai unsur paralinguistik sangat membantu, seperti adanya intonasi dan ekspresi penutur. Dalam bahasa lisan, kita juga dapat menanyakan secara langsung kepada mitra tutur terkait dengan informasi yang diberikannya. Konteks situasi juga sangat membantu seorang penutur dan mitra tutur dalam memaknai tuturan. 

Redundansi

Istilah redundansi sering diartikan sebagai sesuatu yang belebih-lebihan, misalnya berlebihan pemakaian unsur segmental dalam kalimat. Istilah redundansi biasanya dipakai dalam linguistik modern. Istilah ini digunakan untuk menyatakan bahwa salah satu konstituen kalimat yang tidak perlu jika dipandang dari sisi semantik (Suwandi, 2006: 119). Dengan kata lain, redundansi adalah pemakaian unsur segmental yang berlebihan. Perhatikan contoh berikut.

(28) Adzkia datang agar supaya mendapat hadiah dari temannya. (29) Para guru- guru mengikuti pelatihan minggu depan di LPPM. (30) Dhifa datang pada hari Senin, tanggal 21 April 2019.

Kalimat pada contoh (28), (29), dan (30) adalah kalimat yang redundan. Kata agar dan supaya memiliki makna yang hampir sama sehingga kemunculannya dalam kalimat tersebut harus memilih salah satunya saja. Frasa para guru-guru pada kalimat (29) juga termasuk redundan. Kata para adalah penanda jamak dan kata guru-guru juga sebagai penanda jamak. Begitu juga dengan kalimat (30) yang redundan, kata Senin adalah penanda hari dan 21 penanda tanggal. Jika diperbaiki kalimat tersebut adalah sebagai berikut.

(31) Adzkia datang supaya mendapat hadiah dari temannya. (32) Para guru mengikuti pelatihan minggu depan di LPPM. (33) Dhifa datang pada Senin, 21  April 2019.


Kalimat (31), (32), (33) adalah kalimat yang tidak redundan. Bentuk-bentuk yang sama dengan bentuk yang sudah disebutkan sebelumnya sudah dihilangkan sehingga kalimat tersebut juga menjadi kalimat yang efektif karena tidak berlebihan.


Sumber: Wahyudin, Ahmad. 2019. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Modul 2 Semantik dan Wacana. Kemdikbud.

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar