Berbagai Jenis Membaca dalam Pembelajaran Keterampilan Membaca di Sekolah


1) Membaca Cepat 

Membaca cepat  sebagai bagian  dari  membaca ekstensif adalah  kegiatan membaca yang mengutamakan kecepatan dengan tanpa mengabaikan pemahaman. Artinya,  dalam  proses  menbaca  kecepatan membaca  harus disertai dengan pemahaman isi bacaan secara keseluruhan. Kecepatan membaca juga dipengaruhi oleh berbagai hal seperti tujuan membaca, tingkat keterbacaan, bahan bacaan, teknik atau strategi membaca, motivasi serta hal- hal lain sebagai penentu keberhasilan membaca (Tampubolon, 2015:7).

Untuk mengukur kecepatan membaca seseorang ada berbagai cara yang dapat digunakan berdasar pendapat para ahli. Tampubolon (2015:243-245) mengemukakan bahwa kecepatan membaca seseorang diukur berdasar jumlah kata yang dibaca per menit, sedangkan pemahaman diukur berdasar persentase jawaban benar terhadap pertanyaan isi bacaan. Hasil pengukuran kedua aspek tersebut diintegrasikan        sehingga      dapat       menunjukkan kemampuan         membaca      secara keseluruhan. Perhitungan tersebut ditunjukkan dengan rumus berikut.

jumlah kata dalam bacaan ----------x persentase pemahaman isi lama membaca dalam sekon:60

Untuk  menghitung  jumlah  kata  dalam  bacaan  dapat  dipergunakan  cara berikut.

a. Hitung jumlah kata yang terdapat dalam sat ugaris penuh (dari tepi kiri ke tepi kanan pada suatu halaman bacaan). Tuliskan jumlah itu pada selembar kertas catatan. Kata yang bersambung ke baris berikut tidak perlu dihitung.

b. Kemudian hitunglah jumlah baris pada halaman yang bersangkutan dari baris pertama sampai baris  terakhir. Baris yang  hanya sampai separuh dari Panjang baris atau kurang tidak perlu dihitung.

c. Kalikan jumlah kata a dan jumlah baris pada b. Hasil perkalian inilah jumlah kata (kurang lebih) yang terdapat pada halaman tersebut, Jika bacaan itu terdiri dari beberapa halaman maka jumlah kata ialah hasil kali dari jumlah kata tiap baris, jumlah baris, dan jumlah halaman.

d. Jika bacaan terdiri dari kolom-kolom seperti pada surat kabar, cara tersebut (a,b,c) dapat dipakai tetapi dengan dasar kolom bukan halaman. 

Untuk mengukur waktu membaca dipergunakan sekon (detik) karena lama membaca tidak selalu tepat dalam menit. Oleh karena itu, untuk mengukur waktu membaca sebaiknya menggunakan stop watch. Dalam mengukur kemampuan membaca ada dua hal penting yaitu waktu baca dan persentase pemahaman isi. Waktu baca ialah jumlah sekon (detik) yang dipergunakan untuk membaca seluruh bacaan tidak termasuk waktu yang dipakai untuk membaca pertanyaan (jika ada). Persentase pemahaman isi ialah persentase jawaban benar atas pertanyaan- pertanyaan yang tersedia.

Untuk memudahkan perhitungan kemampuan membaca seseorang, berikut disajikan     rumus     perhitungan     kemampuan     membaca     seseorang dengan menggunakan simbol-simbol agar          mudah dipahami        dan digunakan. Rumus tersebut ialah:

2) Membaca Pemahaman

Membaca  sebagai  salah  satu  keterampilan reseptif  yang  bertujuan  untuk memahami informasi yang disampaikan oleh penulis melalui bahan bacaan. Membaca pemahaman merupakan proses pemerolehan makna secara aktif dengan melibatkan pengetahuandan pengalaman yang dimilikioleh pembaca dan dihubungkan denga isi bacaan. Hal ini berarti kegiatan membaca pemahaman menghubungkan pengetahuan dan  pengalaman yang  dimiliki dengan bacaan sehingga pembaca memahami isi bacaan secara menyeluruh (Somadyo, 2011:10). 

Membaca pemahaman adalah membaca dengan cara memahami materi bacaan  yang  melibatkan asosiasi (kaitan) yang  benar  antara  makna  dan pengorganisasian ide, penyimpanan gagasan dan pemakaiannya dalam berbagai aktivitas saat ini atau yang akan datang (Yoakam melalui Ahuja,
2010:50). Dalam membaca pemahaman ada tiga komponen utama komprehensi bacaan, yaitu pengodean kembali, pemerolehan makna leksikal, dan organisasi teks (Golinkoff melalui Zuchdi, 2008:22).

Membaca pemahaman merupakan proses menyadap (extracting) dan mengonstruksi (constructing) makna melalui interaksi dan keterlibatan dengan bahasa  penulis.  Penggunaan  kata  extracting ‘menyadap’  dan  constructing ‘mengonstruksi’ untuk memberikan tekanan pada pentingnya dan kurang memadainya teks sebagai faktor penentu dalam membaca pemahaman. Pemahaman memerlukan tiga elemen utama, yaitu pembaca yang melakukan pemahaman, teks yang dipahami, dan aktivitas di mana pemahaman menjadi bagiannya (Snow, 2002:11)

Ketiga elemen di atas memiliki batasan atau ruang lingkup masing-masing. Elemen pembaca adalah semua kapasitas, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang digunakan seseorang dalam kegiatan membaca. Teks adalah teks cetak atau teks elektronik apa pun. Yang berkenaan dengan aktivitas adalah tujuan, proses, dan konsekuensi yang berhubungan dengan kegiatan membaca.Tiga dimensi tersebut membatasi fenomena yang terjadi di dalam konteks sosiokultural yang lebih besar yang membentuk dan dibentuk oleh pembaca dan yang berinteraksi dengan tiga elemen itu. 

Pembaca, teks, dan aktivitas juga berinterelasi dengan cara dinamis yang berubah-ubah selama pra-membaca, membaca, dan pasca-membaca. Dalam membaca, kita menganggap ketiganya, masing-masing, sebagai “periode-mikro” (microperiods) karena penting untuk membedakan antara apa yang pembaca bawa ketika membaca dan apa yang pembaca peroleh dari membaca (Snow, 2002:11-12)

Untuk memahami sebuah bacaan, pembaca harus memiliki sejumlah kapasitas dan kemampuan. Hal itu mencakup kapasitas kognitif (misalnya, perhatian, memori, kemampuan analitis kritis, menyimpulkan, kemampuan visualisasi), motivasi (tujuan membaca, minat terhadap konten yang dibacanya, kelihaian- diri sebagai pembaca), dan berbagai tipe pengetahuan (kosakata, pengetahuan tentang topik dan domain, pengetahuan linguistis dan wacana, pengetahuan strategi pemahaman tertentu).

Ketika pembaca mulai membaca sampai menyelesaikannya kegiatan apa pun berada di tangannya, beberapa pengetahuan dan kemampuan pembaca akan mengalami perubahan. Misalnya, pembaca  mungkin mengalami kemajuan domain pengetahuannya selama membaca. Demikian juga, kosakata, pengetahuan kebahasaan atau kewacanaan mungkin juga mengalami kemajuan. Kelancaran juga akan meningkat sebagai fungsi latihan tambahan dalam membaca. Faktor motivasi, misalnya konsep-diri dan ketertarikan pada topik, mungkin berubah pada arah positif atau negatif ketika pengalaman membaca itu berhasil atau tidak berhasil. Sumber perubahan lain yang cukup penting terhadap pengetahuan dan kemampuan adalah pembelajaran yang diterima pembaca.

Fitur teks memiliki pengaruh besar terhadap pemahaman. Pemahaman tidak akan terjadi jika semata-mata menyadap (extracting) makna dari teks. Selama membaca, pembaca mengonstruk gambaran yang berbeda dari teks yang penting untuk pemahaman. Gambaran itu meliputi, misalnya, kode permukaan (susunan kata-kata dalam teks), dasar-dasar teks (unit gagasan yang menggambarkan makna), dan gambaran model mental yang terkandung dalam teks. Teks itu bisa mudah dan bisa sulit, tergantung pada faktor-faktor yang terkandung di dalam teks, tergantung pada hubungan antara teks itu dengan pengetahuan dan kemampuan pembaca ,  serta  tergantung pada aktivitas keterlibatan pembaca. (Snow, 2002: 14)

Membaca tidak terjadi dalam ruang hampa. Membaca dilakukan untuk tujuan tertentu, untuk mencapai beberapa tujuan. Aktivitas membaca merujuk pada dimensi membaca itu. Aktivitas membaca melibatkan satu tujuan atau lebih, beberapa tindakan yang dilakukan untuk memproses teks, dan konsekuensi dari performa aktivitas itu. Sebelum membaca, pembaca memiliki tujuan, yang bisa ditentukan secara eksternal (misalnya, memenuhi tugas kelas) atau ditentukan secara internal (berkeinginan untuk memprogram sebuah VCR). 

Tujuan itu dipengaruhi oleh sejumlah variabel motivasional, termasuk minat dan latar belakang pengetahuan terdahulu. Tujuan semula bisa mengalami perubahan selama pembaca melakukan kegiatan membaca. Maksudnya, pembaca mungkin menghadapi informasi yang menimbulkan pertanyaan baru yang membuat tujuan semula menjadi tidak terpenuhi atau tidak relevan lagi (Snow, 2002: 15).

3. Membaca Kritis

Kemampuan membaca kritis adalah kemampuan pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan baik makna tersurat maupun tersirat melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, mensintesis, dan menilai. Mengolah secara kritis artinya dalam proses membaca seorang  pembaca  tidak  hanya  menangkap  makna  yang tersurat  tetapi  juga menemukan makna antar baris, dan makna di balik baris (Nurhadi, 2010: 59).

Membaca kritis yang dilakukan terhadap teks-teks bacaan bisaanya akan menjadi persiapan dalam menghasilkan tulisan. Perpaduan antara membaca dan menulis ini memiliki banyak keuntungan: Pertama, anda bisa mengembangkan pemikiran tentang what is dan is not sehatnya sebuah bagian penelitian  –  sesuatu  yang  esensial  ketika  anda  merencanakan penelitian empirik anda sendiri (misalnya, untuk disertasi). Kedua, anda akan segera mulai mengidentifiksi di mana penelitian yang ada telah mengesampingkan celah yang bisa anda isi dengan penelitian anda. Ketiga, perhatian yang anda berikan pada teks dari penulis yang berbeda secara alami akan mempengaruhi kualitas tulisan anda sendiri. Keterampilan membaca kritis menaksir seberapa besar penulis telah memberikan pembenaran yang cukup terhadap klaim yang dibuatnya. Penaksiran itu bergantung sebagian pada apa yang telah dikemukakan penulis  dan  sebagian  pada  pengetahuan, pengalaman, dan kesimpulan lain yang relevan, yang bisa anda bawa ke dalam kerangka itu (Poulson, 2004:7)

Selanjutnya, Nurhadi (2010:59) mengemukakan berbagai ciri pembaca kritis. Seseorang dikatakan sebagai pembaca kritis bila: (1) dalam kegiatan membaca selalu melibatkan kemampuan berpikir kritis, (2) tidak begitu saja menerima apa yang dikatakan penulis, (3) membaca kritis adalah usaha mencari kebenaran yang hakiki, (4) membaca kritis selalu terlibat dengan permasalahan mengenai gagasan dalam bacaan, (5) membaca kritis adalah mengolah bahan bacaan bukan mengingat, (6) hasil membaca untuk diingat dan diterapkan.

Di dalam membaca kritis ada berbagai jenis keterampilan yang dilakukan. Keterampilan-keterampilan tersebut berkaitan dengan usaha menemukan makna yang tersirat dalam bacaan. Beberapa jenis keterampilan tersebut ialah: (1) menemukan informasi faktual, (2) menemukan ide pokok yang tersirat, (3) menemukan unsururutan, perbandingan, dan sebab akibat yang tersirat, (4) menemukan suasana, (5) membuat simpulan, (6) menemukan tujuan penulis, (7) memprediksi dampak, (8) membedakan opini dan fakta, (9) membedakan realitas dan fantasi, (10) mengikuti petunjuk, (11) menemukan unsur propaganda, (12) menilai keutuhan gagasan, (13) menilai kelengkapan antargagasan, (14) menilai kesesuaian antargagasan, (15) menilai keruntutan gagasan, (16) menilai kesesuaian antara judul dan isi bacaan, (17) membuat kerangka bahan bacaan, dan (17) menemukan tema karya sastra (Nurhadi,
2010: 59-60).


Sumber:   Sudiati.   2019.   Pendalaman   Materi   Bahasa   Indonesia   Modul   4 Keterampilan Berbahasa Reseptif. Kemdikbud.


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar