Genre Teks Fiksi : Cerita imaginasi, Puisi Rakyat, Fabel, Puisi, Drama, Cerpen, Cerita inspirasi, Teks Anekdot, Teks Hikayat, dan Novel


Genre Teks Fiksi : Cerita imaginasi, Puisi Rakyat, Fabel, Puisi, Drama, Cerpen, Cerita inspirasi, Teks Anekdot, Teks Hikayat, dan Novel
Cerita fiksi

a. Cerita imaginasi/fantasi

Cerita fantasi merupakan sebuah karya tulis yang dibangun menggunakan alur cerita yang normal, namun memiliki sifat imajinatif dan khayalan semata. Umumnya unsur unsur dan struktur cerita fantasi ini seperti setting, alur, penokohan, konflik, ending dan  lain  sebagainya akan  dibuat berlebihan dan terkesan tidak akan pernah terjadi di dunia nyata. Ketika kita membaca contoh cerita fantasi pun kita juga akan langsung menyadari bahwa cerita tersebut tidak akan pernah terjadi di dunia nyata maka dari itu disebut dengan fantasi (Grant & Clute, 1997).

Teks cerita fantasi merupakan teks yang hampir sama dengan teks narasi jika dilihat dari ciri ciri dan strukturnya, yakni sebuah cerita karangan yang memiliki alur normal namun bersifat imajinatif. Umumnya teks ini dibuat dengan alur, unsur unsur dan struktur cerita yang terkesan dilebih lebihkan yang jika dilogika dengan pikiran tidak akan pernah terjadi di dunia nyata.

Semua jenis teks dalam bahasa Indonesia memiliki struktur pembentuk, sama halnya dengan teks cerita fantasi. Struktur cerita fantasi umumnya hampir sama dengan struktur teks narasi yakni terdiri dari orientasi, konflik, resolusi dan ending. Adapun  penjelasan dari  masing  masing  struktur  adalah  sebagai  berikut:  (1) Orientasi: Pengenalan atau orientasi merupakan sebuah bagian dimana pengarang memberikan pengenalan tentang penokohan, tema, dan sedikit alur cerita kepada pembacanya. (2) Konflik:   Konflik   sendiri   merupakan   bagian dimana terjadi  permasalahan dimulai dari awal permasalahan hingga menuju ke puncak permasalahan. (3) Resolusi: Resolusi merupakan penyelesaian dari permasalahan atau konflik yang tejadi. Ending: Ending merupakan penutup cerita fantasi. Ending sendiri dapat dibedakan menjadi dua yakni happy ending dimana tokoh utama menang dan hidup bahagia. Dan yang lain adalah sad ending dimana tokoh utama tewas setelah mencapai tujuan dan sebagainya.

b. Puisi Rakyat

Puisi rakyat mempunyai nilai-nilai yang berkembang didalam kehidupan masyaratakat. Termasuk juga dari puisi rakyat yaitu puisi lama yang berisi nilai- nilai dan pesan-pesan warisan leluhur bangsa Indonesia. Didalam dunia kesastraan mempunyai warisan tutun-temurun yang berupa tentang cerita rakyat atau puisi rakyat yang tidak diketahui siapa pengarangnya karena cerita atau puisi tersebut sudah ada sejak dulu kala. Karena puisi lama hasil turun temurun dan tidak diketahui siapa pengarangnya, biasanya puisi lama disampikan dengan cara mulut- kemulut. 

Puisi lama biasanya terlihat kaku karena terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris dan jumlah kata, pengulangan kata dan juga jumlah baris dalam setiap bait bisa diawal atau di akhir sajak atau yang disebut dengan rima. Contoh puisi rakyat antara lain pantun, gurindam, syair, serta cerita-cerita rakyat tanpa nama yang berkembang di masyarakat.

Contoh membelajarkan cara telaah struktur retorik puisi rakyat berbentuk pantun.

Ambillah kapas menjadi benang 
Ambillah benang menjadi kain 
Kalau kamu ingin dikenang
Berbuat baiklah dengan orang lain

Contoh telaah

Struktur penyajian pantun dua larik sampiran dan dua larik isi pantun. Dua larik pertama merupakan pengantar untuk masuk pada isi larik 3 dan 4. Makna/ isi pada larik 1 dan 2 dengan larik 3 dan 4 tidak berhubungan. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, pantun larik 1 dan larik 2 menggunakan kalimat perintah. Larik satu dan larik 2 merupakan kalimat berdiri sendiri. Larik 3 dan 4 merupakan kalimat saran dengan pola hubungan syarat (kalau), pada larik 3 dan larik 4 merupakan hasil . Larik 3 dan 4 merupakan satu kalimat majemuk. 

c. Fabel

Fabel adalah cerita yang menggambarkan kehidupan hewan yang memiliki perilaku layaknya manusia (Rubin, 1993). Cerita tersebut tidak mungkin kisah nyata. Fabel adalah cerita fiksi, maksudnya khayalan belaka (fantasi). Kadang fabel memasukkan karakter minoritas berupa manusia. Cerita fabel juga sering disebut cerita moral karena pesan yang berkaitan dengan moral.

Teks fabel ini memiliki struktur pembangun layaknya teks-teks lain. Berikut ini empat struktur teks fabel beserta penjelasannya. (1) Orientasi, adalah bagian yang terdapat pada awal cerita. Pada bagian ini dijelaskan tentang para tokoh-tokoh yang ada, suasana, tempat dan waktu, serta pengenalan background kepada pembaca atau pendengar.(2) Komplikasi, adalah bagian yang dimana tokoh-tokoh yang ada (biasanya tokoh utama) menemui suatu permasalahan yang kompleks dan menjadi puncak masalah dalam cerita tersebut. Bagian ini juga bisa disebut inti dari cerita. (3) Resolusi, adalah bagian yang dimana tokoh yang ada mampu menyelesaikan atau memiliki solusi atas masalah yang dihadapinya. Bisa juga tokoh utama mengalami suatu masalah dimana ia  tidak bisa menyelesaikan masalahnya tersebut. (4) Koda, adalah bagian akhir yang umumnya sering diselipkan nilai-nilai moral atau amanat yang bisa diambil dari cerita tersebut.

Unsur Kebahasaan Teks Fabel. Seperti layaknya teks-teks lain, teks cerita fabel juga memuat unsur kebahasaan yang perlu diperhatikan. Berikut ini beberapa kaidah kebahasaan teks fabel yang harus sobat perhatikan.

(1) Kata Kerja (Verba). Di dalam teks ini terdapat kata kerja atau verba. Kata kerja ini menunjukkan adanya suatu kegiatan atau pekerjaan yang sedang dilakukan. Pada umumnya, terdapat 2 jenis kata kerja yang sering digunakan yaitu kata kerja aktif transitif dan kata kerja aktif intransitif. Berikut penjelasannya. (2) Kata Kerja Aktif Transitif adalah kata kerja yang membutuhkan objek didalam kalimatnya. Contohnya adalah memegang. Jadi kata memegang itu harus diikuti oleh objek, yaitu apa yang dipegang. Misalnya “Dia memegang ekor buaya“. Jadi tidak bisa hanya dengan “Dia memegang”. (3) Kata Kerja Aktif Intransitif adalah kata kerja yang tidak membutuhkan objek dalam kalimatnya. Contoh kalimatnya misalnya “Singa itu tidur”. Hanya dengan kalimat seperti itu saja tanpa melihat objeknya orang sudah tahu kalau Singa sedang tidur. (4) Penggunaan Kata Sandang Si dan Sang. Pada teks fabel banyak ditemukan berbagai kata Si dan Sang, seperti Si Kancil, Sang Kacil, Si Kepompong, Sang Harimau. Ini adalah ciri khas teks fabel. Ada pula teks fabel yang tidak memakai kata sandang ini, bergantung pada gaya penceritaan yang digunakan. (5) Penggunaan Keterangan Tempat dan Waktu. Dalam teks ini ada banyak kalimat yang menunjukkan lokasi dan waktu yang sedang terjadi di dalam cerita tersebut, misalnya: Keterangan Tempat: Di dalam hutan yang paling rimbun tersebut, hiduplah Sang Raja Hutan yang gagah dan perkasa.Keterangan Waktu: Di pagi hari yang cerah tersebut, si Kancil telah berhasil meloloskan diri dari kejaran Harimau yang mau memakannya.(6) Penggunaan Konjungsi Seperti pada teks-teks lainnya, terdapat konjungi atau kata hubung yang menghubungkan dua kalimat atau lebih, misalnya: Setelah mengendap-endap beberapa menit, akhirnya kancil mengetahui bahwa Si Gajah akan melakukan rencana pertamanya untuk menyerang penduduk. Oleh karena itu, Kancil juga mencari ide untuk menghentikan rencana si Gajah.

d. Puisi

Pada umumnya unsur-unsur puisi dapat dibagi berdasarkan strukturnya menjadi dua jenis yakni struktur fisik dan struktur batin.

1). Struktur Fisik Puisi

Tipografi: Tipografi merupakan bentuk puisi yang dipenuhi dengan kata, tepi kiri kanan, dan tidak memiliki pengaturan baris hingga pada baris puisi yang tidak selalu diawali huruf besar (kapital) dan diakhiri dengan tanda titik. Namun hal semacam ini dapat menentukan pemaknaan dari suatu puisi.

Diksi: Diksi adalah pemilihat kata yang digunakan oleh sang penyair didalam puisinya. Karena puisi bersifat memiliki bahasa yang padat maka pemilihan kata yang sesuai dan mengandung makna harus dilakukan. Pemiilihan kata dilakukan dengan mempertimbangkan irama, nada, dan estetika (keindahan bahasa).

Imaji: Imaji atau yang lebih kerap disebut denganimajinasi merupakan unsur yang melibatkan penggunaan indra manusia, seperti imaji penglihatan, imaji suara dan lain sebagainya. Penggunaan imaji bertujuan agar pembaca maupun pendengar dapat berimajinasi atau merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. 

Kata Konkret: kata konkret adalah kata yang memungkinkan terjadinya imaji, Kata konkret seperti permata senja dapat berarti pantai atau tempat yang sesuai untuk melihat datangnya senja.

Gaya Bahasa: Gaya bahasa merupakan penggunaan bahasa yang bersifat seolah olah menghidupkan   dan menimbulkan makna konotasi dengan menggunakan bahasa figuratif. Umumnya gaya bahasa yang digunakan pada puisi berbentuk majas seperti majas metafora, simile, anafora, paradoks dan lain sebagainya. Irama/Rima: Irama atau rima adalah persamaan bunyi di awal, tengah maupun akhir puisi.

2) . Struktur Batin Puisi

Tema: Tema merupakan unsur utama pada puisi karena tema berkaitan erat dengan makna yang dihasilkan dari suatu puisi. Tanpa tema yang jelas tentunya akan menghasilkan puisi yang tidak jelas maknanya.

Nada: Nada berkaitan dengan sikap penyair terhadap pembacanya. Umumnya nada yang digunakan akan bervariasi seperti nada sombong, nada tinggi, nada rendah dan lain sebagainya.

Amanat: Amanat merupakan pesan yang terkandung didalam sebuah puisi. Amanat dapat ditemukan dengan memaknai puisi tersebut secara langsung.

Contoh membelajarkan cara telaah struktur retorik teks puisi

DO'A (Karya: Chairil Anwar)

kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cahayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku 
aku hilang bentuk remuk

Tuhanku
aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling

13 November 1943

a) Analisis Unsur Fisik

Tipografi. Bentuk wajah yang ditampilkan pada puisi tersebut cukup menarik. Penulisannya rata kiri. Bagian kanan tulisan terlihat tidak teratur. Terkesan singkat dan indah karena tiap baris puisi hanya disusun oleh beberapa kata saja. Bahkan ada yang satu baris hanya terdiri satu kata. Jadi, baris-baris dalam puisi itu tidak panjang-panjang, melainkan pendek. Selain itu, setiap baris tidak diawali dengan huruf kapital. Beberapa baris diawali huruf kapital dan lainnya diawwali huruf kecil.

Diksi. Diksi yang digunakan penyair adalah kata-kata yang bernada ragu, lemah, bimbang, dan rapuh. Sebagai contoh pengarang menggunakan kata- kata “Dalam termenung”, “Biar susah sungguh”, “Aku hilang bentuk”, “Remuk”.

Imaji. Imaji yang muncul dalam puisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut. Imaji penglihatan terdapat pada kata-kata “tinggal kerdip lilin di kelam sunyi”. Penyair mengajak pembaca melihat seberkas cahaya kecil walau hanya sebuah perumpamaan. Imaji pendengaran terdapat pada “aku masih menyebut namaMu”. Pembaca diajak seolah-plah mendengar ucapan tokoh aku dalam menyebut nama Tuhan. Imaji sentuh atau rasa terdapat pada kata-kata “cahaya-mu panas suci”. Penyair menyampaikan kepada pembaca nikmatnya sinar suci Tuhan sehingga pembaca seolah-olah merasakannya.

Kata Konkret. Kata-kata konkret yang dipakai pengarang di antaranya sebagai berikut. Kata “termangu”, untuk mengkonkritkan bahwa penyair mengalami krisis iman yang membuanya sering ragu terhadap Tuhan. Kata- kata  “tinggal  kerdip  lilin  dikelam  sunyi”,  untuk  mengkonkritkan  bahwa penyair mengalami krisis iman. Kata-kata “aku hilang bentuk/remuk”, untuk mengkonkritkan gambaran bahwa penyair telah dilumuri dosa-dosa. Kata- kata “dipintumu aku mengetuk, aku tidak bisa berpaling” , untuk mengkonkritkan bahwa tekad penyair yang bulat untuk kembali ke jalan Tuhan”

Gaya Bahasa. Gaya bahasa yang muncul didominasi oleh majas hiperbola, yaitu melebih-lebihkan. Sebagai contoh kata-kata “Biar susah sungguh / mengingat kau penuh seluruh” atau kata- kata “Tuhanku / aku hlang bentuk
/ remuk.

Verifikasi. Untuk rima akhirnya mempunyai pola yang tidak beraturan. Sebagai contoh, bait ke-1 hanya terdiri satu baris yang berarti mempunyai rima akhir a. untuk bait ke-2 terdiri dari tiga baris dengan rima akhir a-a-a. Begitu pula untuk bait ke-3 dan ke-4 mempunyai rima akhir a-a, a-a. Untuk bait-bait salanjutnya tidak menentu rima akhirnya.

b) Analisis Struktur Batin

Tema. Tema puisi tersebut adalah ketuhanan. Hal itu karena diksi yang digunakan sangat kental dengan kata-kata yang bermakna ketuhanan.

Perasaan. Perasaan dalam puisi tersebut adalah perasaan terharu dan rindu. Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang digunakan antara lain: termenung, menyebut nama-Mu, aku hilang bentuk, remuk, aku tak bisa berpaling.

Nada. Nada dalam puisi tersebut adalah mengajak (ajakan) agar pembaca menyadari bahwa hidup ini tidak bisa berpaling dari ketentuan Tuhan. Karena itu, dekatkanlah diri kita dengan Tuhan.

Amanat. Amanat yang dapat kita ambil dari puisi tersebut diantaranya adalah agar kita (pembaca) bisa menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan Tuhan. Agar  kita  bisa merenung (termenung) seperti yang dicontohkan penyair.

e. Drama 

Sebelum menelaah teks drama, perlu dipahami terlebih dahulu struktur yang membangun naskah drama. Secara umum, struktur drama meliput: 1) prolog (pengenalan, tokoh, latar, latar belakang cerita); 2) Dialog (orientasi, konflikasi, resolusi); dan 3) Epilog (penutup, intisari, dan cerita). Menurut Waluyo (2009), struktur naskah drama itu meliputi:

1). Plot/alur. Plot atau kerangka cerita, yaitu jalinan cerita atau kerangka cerita dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh atau lebih yang saling berlawanan.

2). Penokohan dan perwatakan. Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Penokohan merupakan susunan tokoh-tokoh yang berperan dalam drama. Tokoh-tokoh itu selanjutnya akan dijelaskan keadaan fisik dan psikisnya sehingga akan memiliki watak atau karakter yang berbeda-beda.

3). Dialog (percakapan). Ciri khas naskah drama adalah naskah iru berbentuk percapan atau dialog. Dialog dalam naskah drama berupa ragam bahasa yang komunikatif sebagai tiruan bahasa sehari-hari bukan ragam bahasa tulis.

4). Seting (tempat, waktu dan suasana). Setting disebut juga latar cerita yaitu penggambaran waktu, tempat, dan suasana terjadinya sebuah cerita.

5). Tema (dasar cerita). Tema merupakan gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita dalam drama.Tema dikembangkan melalui alur dramatik dalam plot melalui tokoh-tokoh antagonis dan protagonis dengan perwatakan yang berlawanan sehingga memungkinkan munculnya konflik di anatara keduanya.

6). Amanat atau pesan pengarang. Sadar atau tidak sadar pengarang naskah drama pasti menyampaikan sebuah pesan tertentu dalam karyanya. Pesan itu dapat tersirat dan tersurat.

7). Petunjuk teknis/teks samping. Dalam naskah drama diperlukan petunjuk teknis atau teks samping yang sangat diperlukan apabila naskah drama itu dipentaskan.

Kaidah Kebahasaan teks drama tampak dalam kalimat-kalimat yang tersaji di dalamnya. Hampir  semuanya teks  berupa  obrolan  atau  tuturan  pribadi  para tokohnya. Kalimat pribadi dalam drama lazimnya diapit oleh dua tanda petik (“......"). Teks drama memakai kata ganti orang ketiga pada kepingan Prolog atau epilognya. Karena melibatkan banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim dipakai yakni mereka.

Lain halnya dengan kepingan dialognya, yang kata gantinya yakni kata orang pertama dan kedua. Mungkin juga dipakai kata-kata sagaan. Seperti yang tampak pada rujukan teks drama tersebut bahwa kata-kata ganti yang dimaksud yakni aku, saya, kami, kita, kamu. Adapun kata sapaan, misalnya, anak-anak, ibu. Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, obrolan dalam teks drama juga tidak lepas dari munculnya kata-kata tidak baku dan kosakata percakapan, seperti: kok, sih, dong, oh. Di dalamnya juga banyak ditemukan kalimat seru, suruhan, pertanyaan.

Selain itu, teks drama mempunyai ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.

1)  Banyak memakai kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi temporal), seperti: sebelum, kini sesudah itu, mula-mula, kemudian.
2)  Banyak memakai kata kerja yang menggambarkan suatu insiden yang terjadi, ibarat menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, beristirahat, menghadap, mengatakan, dsb.
3)  Banyak memakai kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh, seperti: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.
4)  Menggunakan kata-kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, sepi, ramai, bersih, kotor, baik, kuat, gagah, santun, dsb.
Berikut ini contoh teks drama. Dapatkah Anda menganalisis struktur retorik dan kaidah kebahasaannya?
Naskah drama pendek 5 orang dengan nama-namanya sebagai berikut.

Rio      : Cerdik, pandai mengeles , & pembohong level akut. Asep   : Sangar, tegas, & emosional
Renata: Kepo, komentator, cerewet, & puitis yang dipaksakan. Renal  : Semuanya di bawah standar
Ririn    : Pintar, disiplin, rajin, & baik hati

DIALOG 

Di sebuah meja yang berada di sebuah kelas. Di sebuah kelas yang berada di sekolah. Di suatu sekolah yang entah ada ataupun tidaknya. Hiduplah 4 orang murid yang sedang bahagia-bahagianya, namun semua tersebut berubah saat ulangan bakal datang.
Renata           : “ Eh. Kalian udah ngapalin buat ulangan besok? “ ( Datang ) 
Rio                 : “ Belum “
Renal             : “ Innalillahi “
Renata          : “ What the hell, Oh my God. Kalau kualitas ulangannya jelek, kelak dihukum “
Renal             : “ Paling hukumannya lari di lapangan “
Renata           : “ Bukan. Hukumannya pelajaran tambahan setiap pulang sekolah“
Renal            : “ Innalillahi “
Rio                 : “ Aku cek dulu, barangkali guru “ ( Berangkat ) 
Renal            : “ Ngapaling bab yang mana a- “
Rio                : “ Ada guru “ ( Dateng ) ( Semua melihat ke pintu ) 
Ririn              : “ Loh. Kok sepi? “ ( Datang )
Renal            : “ Huuu. Katanya ada guru “ ( Nepuk bahu Rio ) 
Rio                : “ Iya ini guru. Guru masa depan “
Ririn              : “ Kamu bisa aja “
Renata          : “ Kamu udah ngapalin Rin? “
Ririn                : “ Udah dong. Ririn “ 
Rio       : “ Ellleh. Arogan amet “ 
Ririn :         “ Biarin “
Renata           : “ Udah-udah jangan berantem “
Renal               : “ Iya, daripada berantem mendingan gini, siapa yang kualitasnya paling gede, Dirinya yang menang, & yang menang bisa nyuruh 1 kali terhadap yag kalah “
Ririn + Rio      : “ Setuju! “ ( Asep datang dari belakang )
Asep               : “ Bapa juga setuju! “

Ririn & Rio terus mempersiapkan ulangannya matang-matang. Ririn melakukan gerakan 3B yaitu Belajar, Ber’doa, & Berusaha yang sudah biasa dilakukan. Sedangkan Rio merangkum semua bab & menulisnya di kertas kecil untuk kelak
dihapal saat ulangan dengan kata lain nyontek. Akhirnya saat ulanganpun tiba.

Asep              : “ Baiklah anak-anak, buka lembar soalnya se-se-sekarang “
Ririn               : “ Bismillah “ ( Membuka & mengisi soal)
Rio                           : “ Inimah enteng “ ( Membuka soal ) ( Saat Asep berbalik menempelkan kertas di punggung Asep untuk menyontek )
Rio                 : “ Kalo ginikan ga bakal ketahuan “ ( Ngisi )
Asep               : “ Bapa keluar dulu, jangan nyontek, jangan kerja sama, & jangan ribut “ (Keluar)
Rio              : “ Rencana B “ ( Nyilang kaki & di alas sepatunya ada contekan ) 
Rio                   : “ Ah. Bukan yang ini “ ( Buka baju penghabus di dalamnya ada contekan “
Rio              : “ Ah yang ini “ ( Nulis ) ( Ngeluarin contekan dari dasi )
Rio              : “ Ah yang ini juga “ ( Nulis )
Rio            : “ Berakhir “ ( Liat Ririn & yang lainnya tetap belum berakhir ) Akhirnya ulangan berakhir & kemarin hari lalu Asep membagikan hasil ulangan.
 Asep           : “ Ini “ ( Membagikan )
Ririn            : “ Ye. Kualitasku 85 “
Renal          : “ Hahaha. Aku ding 65, naik 5 dari ulangan yang lalu “ 
Rio              : “ Lah. Pak, kok kualitas Saya 50? “
Asep           : “ Tersebut sebab soal nomor 11-20 di balik kertas ga kamu isi “ 
Rio              : “ Aduh. Kok bapa ga kasih tahu Saya? “
Asep               : “ Kualitas Kamu bapa kekurangani 6, sehingga kualitas Kamu -1 “
( Mukul kepala Rio) Akhirnya Rio tidak memakai cara yang yang kotor lagi. Dirinya menjadi lebih giat belajar & lebih berhati hati dalam mengisi soal.

f. Cerpen

Berbicara mengenai struktur teks cerpen, maka beberapa hal berikut perlu dipelajari. Cerpen terdiri atas bagian-bagian berikut. 1). Abstrak. Abstrak disebut juga ringkasan atau inti cerita yang akan dikembangkan pengarang menjadi Rangkaian peristiwa yang dialami tokoh. Teks cerpen ini bersifat opsional, artinya sebuah teks cerpen bisa saja tidak melalui tahapan ini. 2).   Orientasi. Struktur orientasi  merupakan  bagian  pendahuluan  dalam  sebuah  cerita  baik pengenalan sifat tokoh, latar cerita, maupun alur cerita.3).   Komplikasi. Struktur komplikasi atau konflik dapat terdiri dari satu. Berbagai konflik tersebut akhirnya mengarah pada klimaks.4).  Evaluasi. Pada struktur evaluasi, konflik yang terjadi diarahkan pada pemecahan masalah sehingga mulai tampak penyelesaiannya. 5). Resolusi. Pada tahap resolusi pengarang akan mengungkapkan solusi dari berbagai konflik yang dialami tokoh. 6).    Koda. Koda merupakan bagian akhir dalam sebuah cerita.

Unsur kebahasaan teks cerpen adalah unsur-unsur yang membangun teks tersebut (Sam, 2014). Beberapa unsur kebahasaan teks cerpen antara lain ragam bahasa sehari-hari, kosakata, majas atau gaya bahasa, dan kalimat deskriptif. Berikut ini penjelasan mengenai unsur kebahasaan teks cerpen. 

1) . Ragam Bahasa Sehari-hari atau Bahasa Tidak Resmi. Cerpen merupakan cerita fiksi bukan karangan ilmiah (nonfiksi) yang harus menggunakan bahasa resmi. 

Cerpen mengisahkan kehidupan sehari-hari. Kalimat ujaran langsung yang digunakan sehari-hari membuat cerpen terasa lebih nyata. Dalam cerpen “Aku dan Cita- Citaku” karya Hiakri Inka, kita sering menemukan bahasa pergaulan sehari-hari.

2). Kosakata. Seorang penulis cerpen harus mempunyai banyak perbendaharaan kata. Pilihan kata atau diksi sangatlah penting karena menjadi tolak ukur kualitas cerpen yang dihasilkan. Diksi menambah keserasian antara bahasa dan kosakata yang dipakai dengan   pokok   isi   cerpen   yang   ingin   disampaikan   kepada pembaca. 

3). Majas (Gaya Bahasa). Peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiahnya. Majas disebut juga bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Terdapat sekitar enam puluh gaya bahasa, namun Gorys Keraf (1990) membaginya menjadi empat kelompok, yaitu majas perbandingan (metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis), majas pertentangan (hiperbola, litotes,  ironi,  satire,  paradoks, klimaks,  antiklimaks), majas pertautan (metonimis, sinekdoke, alusio, eufemisme, ellipsis), dan majas perulangan (aliterasi,  asonansi,  antanaklasis, anafora,  simploke). 

4).  Kalimat Deskriptif. Kalimat deskriptif adalah kalimat yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu.  Dalam  cerpen,  kalimat  deskriptif  digunakan  untuk menggambarkan suasana, tempat, tokoh dalam cerita. Contohnya dalam cerpen “Aku dan Cita-Citaku” karya Hiakri Inka.

Aku menatap lalu lalang mobil dengan pandangan bingung. Bus yang membawaku pulang ke  rumah melaju kencang atau bisa dibilang ugal-ugalan. Jujur, aku bingung. Kejadian di sekolah tadi masih mengganggu pikiranku. Memang bukan kejadian besar, tetapi itu membuatku berpikir keras dan berusaha mencari kejelasan atas apa yang aku lakukan.

g. Cerita inspirasi

Dalam KBBI inspirasi diartikan sebagai ilham atau sesuatu yang dapat menggerakkan hati untuk mencipta (mengarang syair, lagu, dan sebagainya). Dalam beberapa literasi dijelaskan bahwa inspirasi merupakan percikan ide-ide kreatif yang timbul akibat proses pembelajaran dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Dengan demikian teks cerita inspiratif merupakan teks yang berisi cerita fiksi maupun pengalaman yang benar-benar terjadi yang mampu menggugah inspirasi dan semangat seseorang yang mebacanya.

Struktur teks cerita inspiratif tidak jauh berbeda dengan struktur teks narasi lainnya yakni terdiri dari orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, resolusi, dan koda. 1) Bagian orientasi adalah tahap pengenalan atau penyituasian biasanya berisi pengenalan tokoh, latar, dan latar belakang cerita. 2) Bagian rangkaian peristiwa dimulai dari awal terjadinya sebuah peristiwa sampai pada puncak masalah. 3) Bagian komplikasi meupakan tahap puncak dari peristiwa-peristiwa yang dikembangkan pada tahap rangkaian peristiwa sampai masalah tersebut di temukan jalan keluarnya. 4) Bagian  resolusi  merupakan  tahap  penyelesaian masalah.  Peristiwa  atau masalah yang dikembangkan pada bagaian rangkaian peristiwa dan komplikasi dikendurkan pada tahap resolusi. 5) Bagian koda adalah bagian penutup dari sebuah cerita inspiratif dan jenis teks narasi lainnya. Dalam tahap ini disampaikan kesimpulan dan pesan moral yang dapat diambil dari cerita tersebut.

Cara  penyampaian pesan-pesan  dalam  cerita  inspiratif  disampaikan dengan memilih kata-kata yang menyentuh. Hal tersebut bertujuan untuk menyentuh hati pembaca. Dengan tujuan itu pula, teks cerita inspiratif banyak menggunakan ungkapan simpati, kepedulian, empati, atau perasaan pribadi agar dapat mengilhami dan memberi pencerahan kepada pembaca.

Berikut ini ada contoh cerita inspiratif. Dapatkah Anda menemukan hal yang membuat cerita ini tergolong cerita inspiratif? 

Cobalah lakukan analisis struktur retorik cerita berikut!

GARAM dan AIR

Di sebuah desa ada seorang anak perempuan umurnya kira-kira 13 sampai 16 tahun. Dia seorang anak yang cantik juga pintar tapi sayangnya dia memiliki sifat suka mengeluh ketika  ada  masalah  datang  menghampirinya. Sekecil  apapun  masalah  itu  dia  selalu mengeluh dan menggerutu.

Suatu hari dia sedang berjalan menuju sekolah, tiba-tiba lewat seorang teman sekolahnya dengan mengendarai sepeda baru. Dia menatap temannya yang sedang mengendarai sepeda sambil mengeluhkan dirinya yang cuma berjalan kaki. Sesampainya di rumah   diapun mengeluhkan hal ini kepada ibunya. "Bu, aku capek setiap hari harus berjalan kaki ke sekolah, kenapa Ibu tidak membelikan aku sepeda baru supaya aku tidak perlu capek-capek berjalan kaki".

Dia merasa dalam hidup ini hanya dia seorang yang selalu mendapat masalah tidak seperti teman-temannya yang lain yang bisa hidup enak dan tidak pernah punya masalah. Padahal semua manusia di muka bumi tidak pernah lepas dari masalah.

Ibunya mulai resah dengan sikap anaknya yang selalu mengeluh. Hingga di suatu hari, Ibu anak ini mengajaknya ke dapur, dia mengambil garam, gelas, dan sebuah panci kemudian mengisi gelas dan panci dengan air sampai penuh. Dia kemudian memasukan satu sendok garam kedalam gelas yang berisi air dan satu sendok lagi ke dalam panci. Sang anak mulai penasaran dengan apa yang sedang dilakukan ibunya.

"Untuk apa air garam itu bu?" Sang Ibu pun berkata, "sekarang coba kamu minum air yang ada di dalam gelas". Anak itu pun meminumnya dan mengeluh, "rasanya sangat asin bu!", Ibunya kemudian menyuruh anak itu untuk mencicipi air yaang ada di dalam panci. "Rasanya asin bu, tapi tidak seasin air yang di gelas tadi" Kata anak itu dengan nada penasaran. Setelah itu sang ibu mengajaknya ke sebuah danau yang berada tidak jauh dari rumah mereka.

"Sekarang coba kamu lemparkan segenggam garam ke dalam danau itu!". Dengan wajah yang masih penasaran anak itu melemparkan segenggam garam ke dalam danau. "Kenapa bu? Untuk apa ibu menyuruhku melemparkan garam ke danau?". Sang ibu kemudian berkata, "Nak, kamu adalah anak yang cerdas, menurut kamu bagaimana rasa air danau setelah kamu melemparkan segenggam garam ke dalamnya?" dengan spontan anak itu menjawab, "Tentu saja rasanya tidak akan berubah bu, tapi aku masih penasaran kenapa ibu melakukan semua ini?"

Dengan nada yang lembut ibunya menjelaskan bahwa garam yang dimasukkan ke dalam gelas, panci dan danau itu diibaratkan masalah setiap orang yang ada di dunia. Tinggal bagaimana sikap kita menghadapi masalah itu. Apakah kita akan seperti gelas dan panci ketika ditimpa sedikit masalah akan berubah menjadi asin? Ataukah kita adalah danau yang ketika ditimpa masalah sebesar apapun tidak akan berubah rasa sedikitpun.

Setelah mendengarkan penjelasan ibunya, anak ini mulai mengerti bahwa setiap orang di atas bumi ini pasti punya masalah entah itu masalah yang besar atau masalah yang kecil, tetapi jika kita menghadapinya dengan lapang dada, maka sebesar apapun masalah yang menimpa tidak akan mengubah kita menjadi orang yang suka mengeluh dan lupa untuk bersyukur.

f. Teks Anekdot

Teks anekdot merupakan salah satu jenis teks yang dipakai untuk membuat teks cerita dari pengalaman seseorang, dimana teks tersebut berisikan cerita singkat dan juga menghibur. Selain berisi cerita yang menghibur, terdapat juga cerita peristiwa- peristiwa   menarik,   ataupun   ungkapan   tentang   kebenaran. Jika seseorang mempunyai pengalaman pribadi yang lucu dan ingin menulis cerita singkatnya, maka ia harus menggunakan teks anekdot dalam pembuatan cerita tersebut.

Teks anekdot biasanya dimanfaatkan untuk menyindir, seperti menyindir terhadap pelayanan yang kurang baik, lingkungan yang kurang sehat. Sindiran tersebut dijadikan sebuah kemasan cerita yang menghibur. Teks anekdot seperti ini bisa kita temukan di surat kabar seperti majalah ataupun koran. Penggunaan kata pada teks anekdot yaitu dengan menggunakan kata-kata kias, pengandaian, perbandingan, antonim, ungkapan, konjungsi, serta pertanyaan retoris.

Teks anekdot memiliki ciri yang khas, ciri-ciri tersebut diantaranya, pertama teks anekdot hampir serupa dengan dongeng, namun tak sama karena tek anekdot memiliki tujuan sendiri. Kedua partisipannya biasanya orang terkenal, atau orang yang memiliki kepentingan. Ketiga teks yang disuguhkan penuh humor, sindiran, serta lelucon yang realistis.

Struktur  teks  sangat  penting  sekali  dalam  penyusunan teks,  seperti  halnya menyusun teks anekdot maka harus diketahui terlebih dahulu struktir teksnya. Struktur teks anekdot berbeda dengan teks eksposisi ataupun jenis teks lainnya, struktur teks anekdot yaitu abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Struktur teks tersebut berfungsi sebagai kerangka dalam penyusunan teks anekdot. Untuk lebih jelas bisa simak teks anekdot dan penjelasan bagian-bagian srtuktur teks
anekdot dibawah ini:

Anak Saya Kerja Bersama Negara!

Pada suatu hari, Seorang Presiden Negara I tertarik dengan dagangan kue dipinggir jalan. Lalu kemudian dia membelinya. 

Semacam ada rasa ketertarikan yang besar pada penjual kue tersebut. Hal itu membuat
Sang Presiden bertanya.
Presiden: “Sudah berapa lamakan ibu menjual kue unik ini?”
Penjual kue: “Alhamdulillah, pak, sekitar 30 tahun lebih saya berjualan kue ini.” Presiden: “Sendirian?”
Penjual kue: “Iya, pak.”
Presiden: “Lho, anak ibu tidak ikut membantu?”
Penjual kue: “Tidak, pak, mereka sibuk semua. Saya punya anak 4; yang pertama bekerja di KPK, kedua di POLDA, ketiga di Kejaksaan Negeri, dan yang terakhir di DPR, pak.” Sang Presiden menggelengkan kepala tidak percaya. Mungkin dia berpikir kok bisa anak- anaknya sukses tapi ibunya sendiri jualan kue di pinggir jalan.
Pengawal presiden dari belakang nyeletuk, “Hebat, meskipun hanya berjualan kue, ibu bisa
menjadikan anak-anaknya sukses dan tetap rendah hati.”
Mendengar itu Sang Presiden melanjutkan pertanyaannya.
Presiden: “Hebat ibu! Kalau boleh saya tahu, apa jabatan anak ibu di KPK, POLDA,
Kejaksaan Negeri, dan DPR?”
Penjual kue: “Ya … sama, pak, jualan kue.”
Sang Presiden kemudian tercengang mendengar jawaban penjual kue tadi. Sambil sedikit menahan tawa, presiden membeli kue dan melanjutkan perjalanannya

Struktur Teks Anekdot Layanan Publik

1) Abstraksi: Pada suatu hari, Seorang Presiden Negara I tertarik dengan dagangan kue dipinggir jalan. Lalu kemudian dia membelinya.
2)  Orientasi: Jawaban penjual kue, “Alhamdulillah, pak, sekitar 30 tahun lebih saya berjualan kue ini.
3)  Krisis:  Penjelasan penjual  kue  mengenai keempat anaknya, ““Tidak, pak, mereka sibuk semua. Saya punya anak 4; yang pertama bekerja di KPK, kedua di POLDA, ketiga di Kejaksaan Negeri, dan yang terakhir di DPR, pak.”
4)  Reaksi: Sang Presiden menggelengkan kepala tidak percaya. Mungkin dia berpikir kok bisa anak-anaknya sukses tapi ibunya sendiri jualan kue di pinggir jalan.
5)  Koda: Sang Presiden kemudian tercengang mendengar jawaban penjual kue tadi. Sambil sedikit menahan tawa, presiden membeli kue dan melanjutkan perjalanannya.

h. Teks Hikayat

Kata hikayat berasal dari kata kerja bahasa Arab yang artinya "memberitahu" dan "menceritakan". Hikayat menyampaikan kisah manusia (legendaris) dan seringkali juga tentang hewan yang bersifat layaknya manusia, seperti kemampuan untuk berbicara. Hikayat jarang digambarkan sebagai laporan yang bersifat sejarah
(Mcglynn 1999:76).

Struktur hikayat terdiri dari empat unsur, yaitu: 1) Tema: Menyangkut soal kepercayaan, pendidikan, agama, pandangan hidup, adat-istiadat, percintaan, dan sosial. 2) Penokohan:  Erat  kaitannya  dengan  alur  dan  peristiwa-peristiwa. Hikayat tampaknya tidak jauh berbeda dengan Roman. 3). Pertentangan antara tokoh utama yang baik dan yang jahat. Biasanya yang baiklah yang mendapat kemenangan, sedangkan yang jahat dapat dikalahkan. 4). Latar: Lingkungan atau menyangkut aspek yang lebih luas. Memahami latar hikayat tidak lepas dari lingkungan pengarang pada  saat itu.  5).Sudut pandang: Menceritakan suatu peristiwa, pengarang boleh memilih sudut pandang mana ia akan menceritakan cerita itu. Pada umumnya, pengarang hikayat adalah pengarang pengamat. Seorang penulis hikayat seolah-olah mengetahui apa saja yang akan terjadi dalam cerita yang disampaikan.

Contoh membelajarkan cara telaah struktur retorik teks hikayat.

“HIKAYAT BUNGA KEMUNING”

Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki sepuluh orang puteri yang cantik-cantik. Sang raja dikenal sebagai raja yang bijaksana. Tetapi ia terlalu sibuk dengan kepemimpinannya, karena itu ia tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya. Istri sang raja sudah meninggal dunia ketika melahirkan anaknya yang bungsu, sehingga anak sang raja diasuh oleh inang pengasuh. Puteri-puteri Raja menjadi manja dan nakal. Mereka hanya suka bermain di danau. Mereka tak mau belajar dan juga tak mau membantu ayah mereka. Pertengkaran sering terjadi diantara mereka.

Kesepuluh puteri itu dinamai dengan nama-nama warna. Puteri Sulung bernama Puteri Jambon. Adik- adiknya dinamai Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Kelabu, Puteri Oranye, Puteri Merah Merona, Puteri Kuning dan 2 puteri lainnya. Baju yang mereka pun berwarna sama dengan nama mereka. Dengan begitu, sang raja yang sudah tua dapat mengenali mereka dari jauh. Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri Kuning sedikit berbeda, Ia tak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan dan tersenyum ramah  kepada  siapapun. Ia  lebih  suka  bebergian dengan  inang  pengasuh daripada dengan kakak-kakaknya.

Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua puteri-puterinya. "Aku hendak pergi jauh dan lama. Oleh-oleh apakah yang kalian inginkan?" tanya raja. "Aku ingin perhiasan yang mahal," kata Puteri Jambon. "Aku mau kain sutra yang berkilau- kilau," kata Puteri Jingga. 9 anak raja meminta hadiah yang mahal-mahal pada ayahanda mereka. Tetapi lain halnya dengan Puteri Kuning. Ia berpikir sejenak, lalu memegang lengan ayahnya. "Ayah, aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat," katanya. Kakak- kakaknya tertawa dan mencemoohkannya. "Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja aku akan kembali dengan selamat dan kubawakan hadiah indah buatmu," kata sang raja. Tak lama kemudian, raja pun pergi.

Selama sang raja pergi, para puteri semakin nakal dan malas. Mereka sering membentak inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka. Karena sibuk menuruti permintaan para
 puteri yang rewel itu, pelayan tak sempat membersihkan taman istana. Puteri Kuning sangat sedih melihatnya karena taman adalah tempat kesayangan ayahnya. Tanpa ragu, Puteri Kuning mengambil sapu dan mulai membersihkan taman itu. Daun-daun kering dirontokkannya, rumput liar dicabutnya, dan dahan-dahan pohon dipangkasnya hingga rapi. Semula inang pengasuh melarangnya, namun Puteri Kuning tetap berkeras mengerjakannya.

Kakak-kakak Puteri Kuning yang melihat adiknya menyapu, tertawa keras-keras. "Lihat tampaknya kita punya pelayan baru,"kata seorang diantaranya. "Hai pelayan! Masih ada kotoran nih!" ujar seorang yang lain sambil melemparkan sampah. Taman istana yang sudah rapi, kembali acak-acakan. Puteri Kuning diam saja dan menyapu sampah-sampah itu. Kejadian tersebut terjadi berulang- ulang sampai Puteri Kuning kelelahan. Dalam hati ia bisa merasakan penderitaan para pelayan yang dipaksa mematuhi berbagai perintah kakak-kakaknya.

"Kalian ini sungguh keterlaluan. Mestinya ayah tak perlu membawakan apa-apa untuk kalian.

Bisanya hanya mengganggu saja!" Kata Puteri Kuning dengan marah. "Sudah ah, aku bosan. Kita mandi di danau saja!" ajak Puteri Nila. Mereka meninggalkan Puteri Kuning seorang diri. Begitulah yang terjadi setiap hari, sampai ayah mereka pulang. Ketika sang raja tiba di istana, kesembilan puteri nya masih bermain di danau, sementara Puteri Kuning sedang merangkai bunga di teras istana. Mengetahui hal itu, raja menjadi sangat sedih. "Anakku yang rajin dan baik budi! Ayahmu tak mampu memberi apa-apa selain kalung batu hijau ini, bukannya warna kuning kesayanganmu!" kata sang raja.

Raja memang sudah mencari-cari kalung batu kuning di berbagai negeri, namun benda itu tak pernah ditemukannya. "Sudahlah Ayah, tak mengapa. Batu hijau pun cantik! Lihat, serasi benar dengan bajuku yang berwarna kuning," kata Puteri Kuning dengan lemah lembut. "Yang penting, ayah sudah kembali. Akan kubuatkan teh hangat untuk ayah," ucapnya lagi. Ketika Puteri Kuning sedang membuat teh, kakak-kakaknya berdatangan. Mereka ribut mencari hadiah dan saling memamerkannya. Tak ada yang ingat pada Puteri Kuning, apalagi  menanyakan hadiahnya.  Keesokan  hari,  Puteri  Hijau  melihat  Puteri Kuning memakai kalung barunya. "Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku, karena aku adalah Puteri Hijau!" katanya dengan perasaan iri.

Ayah memberikannya padaku, bukan kepadamu," sahut Puteri Kuning. Mendengarnya, Puteri Hijau menjadi marah. Ia segera mencari saudara-saudaranya dan menghasut mereka. "Kalung itu milikku, namun ia mengambilnya dari saku ayah. Kita harus mengajarnya berbuat baik!" kata Puteri

Hijau. Mereka lalu sepakat untuk merampas kalung itu. Tak lama kemudian, Puteri Kuning muncul. Kakak-kakaknya menangkapnya dan memukul kepalanya. Tak disangka, pukulan tersebut menyebabkan Puteri Kuning meninggal. "Astaga! Kita harus menguburnya!" seru Puteri Jingga. Mereka beramai-ramai mengusung Puteri Kuning, lalu  menguburnya di taman     istana.     Puteri    Hijau     ikut  mengubur  kalung  batu  hijau,  karena  ia  tak menginginkannya lagi.

Sewaktu raja mencari Puteri Kuning, tak ada yang tahu kemana puteri itu pergi. Kakak- kakaknya pun diam seribu bahasa. Raja sangat marah. "Hai para pengawal! Cari dan temukanlah Puteri Kuning!" teriaknya. Tentu saja tak ada yang bisa menemukannya. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, tak ada yang berhasil mencarinya. Raja sangat sedih. "Aku ini ayah yang buruk," katanya." Biarlah anak-anakku kukirim ke tempat jauh untuk belajar dan mengasah budi pekerti!" Maka ia pun mengirimkan puteri-puterinya untuk bersekolah di negeri yang jauh. Raja sendiri sering termenung-menung di taman istana, sedih memikirkan Puteri Kuning yang hilang tak berbekas.

Suatu hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning. Sang raja heran melihatnya.  "Tanaman apakah  ini?  Batangnya bagaikan  jubah  puteri,  daunnya  bulat berkilau bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan sangat wangi! Tanaman ini mengingatkanku pada Puteri Kuning. Baiklah, kuberi nama ia Kemuning.!" kata raja dengan senang. Sejak itulah bunga kemuning mendapatkan namanya. Bahkan, bunga- bunga kemuning bisa digunakan untuk mengharumkan rambut. Batangnya dipakai untuk membuat kotak-kotak yang indah, sedangkan kulit kayunya dibuat orang menjadi bedak. Setelah mati pun, Puteri Kuning masih memberikan kebaikan.

Telaah struktur dan kaidah kebahaan teks hikayat Bunga Kemuning

a) Telaah unsur intrinsik

(1) Alur/plot   : Alur maju, karena dalam cerita ini tidak menceritakan tentang masa lalu.

(2) Tema        : Kekeluargaan, Kerajaan dan Kasih sayang tulus seorang anak kepada ayahnya.

(3) Latar/setting: Latar tempat :Kerajaan (bukti: hikayat ini mengisahkan tentang kerajaan jaman dahulu). Taman (bukti : tanpa ragu, putri kuning mengambil sapu dan mulai membersihkan taman itu). Danau (bukti : ketika sang raja tiba di istana kesembilan putrinya masih bermain di danau). Teras istana (bukti : sementara putri kuning sedang merangkai bunga di teras istana). -Latar waktu : Pada zaman dahulu kala. -Latar suasana Sedih (bukti: berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, tak ada yang berhasil menemukan Putri Kemuning. Raja sangat sedih. "Aku ini ayah yang buruk," katanya).

(4) Tokoh: Protagonis: Raja dan Putri Kuning. Antagonis: Putri Jingga, Putri Nila, Putri Hijau, Putri Kelabu, Putri Oranye, Putri Merah Merona, Putri Kuning dan 2 putri lainnya. Karakter tokoh-tokoh -Raja: Bijaksana (bukti: sang raja dikenal sebagai raja yang bijaksana) Penyayang (bukti: sang raja sangat menyayangi anak-anaknya). 

-Putri kuning: Baik hati (bukti: karna para inang sibuk untuk  menuruti permintaan kakak- kakaknya, taman menjadi tidak ada yang membersihkan. Tapi dengan senang hati putri kuning mau membantu membersihkan taman) Penyabar (bukti: “Hai pelayan! Masih ada kotoran nih!” ujar seorang yang lain sambil melemparkan sampah. Taman istana yang sudah rapi, kembali acak- acakan. Putri kuning diam saja dan menyapu sampah sampah itu). Ramah (bukti: Sebaliknya ia selalu riang dan tersenyum ramah kepada siapa pun).

- Puteri Hijau: Jahat, mudah iri (bukti: Puteri Hijau melihat Puteri Kuning memakai kalung barunya. "Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku, karena aku adalah Puteri Hijau!" katanya dengan perasaan iri).- Kakak-kakak putri kuning: Nakal, manja, jahat. (bukti: sering membentak inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka, merampas kalung putri kuning, menangkap dan memukul kepala putri kuning sampai putri kuning meninggal dan menguburnya tanpa memberitahu ayahnya (raja).

5) Sudut Pandang: Orang Pertama dan orang ketiga.

(6) Amanat:-Berlaku baiklah kepada sesama saudara kita.-Berpikirlah terlebih dahulu ketika kita akan bertindak.

(7) Gaya Bahasa: Majas metafora: Batangnya bagaikan jubah puteri, daunnya bulat berkilau bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan sangat wangi! Majas ironi: "Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku” Majas Paradoks: Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri Kuning sedikit berbeda, Ia tak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan dan tersenyum ramah kepada siapapun. Ia lebih suka bebergian dengan inang pengasuh daripada dengan kakak-kakaknya.

b) Telaah unsur ekstrinsik

(1) Nilai Sosial: Mencoba untuk lebih baik

(2) Nilai Agama: Berbuat baik walaupun dibalas kejahatan (Bukti agama islam) 

(3)  Nilai Moral: Keburukan akan terbongkar dengan sendirinya walaupun ditutupi. 

(4) Nilai Budaya: Sopan dan santun kepada orang tua, Pada jaman dahulu
tentang pemberian nama putri atau putra. 

i. Novel

Novel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2017), diartikan sebagai ‘karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku’. Novel juga bisa didefinisikan sebagai sebuah karya fiksi prosa yang yang tertulis dan naratif. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tentang tokoh- tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Kata novel berasal dari bahasa Italia, novella yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita” dan novel memiliki cerita yang lebih kompleks dari cerpen.

Struktur teks adalah bagian-bagian terpisah yang menusun sebuah teks hingga menjadi sebuah teks yang utuh. Adapun struktur teks pada teks novel meliputi 1). Abstrak (Gambaran atau ringkasan awal cerita). 2). Orientasi (Bagian awal teks cerita atau teks pembuka yang biasanya berisi pengenalan tokoh). 3). Komplikasi (masalah mulai muncul). 4) Evaluasi (masalah mulai memuncak). 5). Resolusi (penyelesaian masalah). 6). Koda atau pesan penulis

Kaidah kebahasaan yang digunakan dalam teks novel adalah sebagai berikut 1). Berusaha  menghidupkan perasaan  atau  menggugah  emosi  pembacanya. 2) Biasanya berbentuk tulisan ilmiah dan ilmiah populer. 3) Dipengaruhi oleh subjektivitas pengarangnya. 4) Bahasa bermakna denotatif (yaitu makna sebenarnya) juga konotatif, asosiatif (yaitu makna tidak sebenarnya), ekspresif (yaitu memberi bayangan suasana pribadi pengarang), sugestif (yaitu bersifat mempengaruhi pembaca), dan plastis (yaitu bersifat indah untuk menggugah perasaan pembaca). 5) Melibatkan gaya bahasa ironi atau sindirian, yang dikatakan kebalikan dari apa yang sebenarnya,contoh: Lekas betul abang pulang baru saja sudah jam 1 malam. 6) Melibatkan gaya bahasa sinisme, sindiran yang lebih kasar dari ironi untuk mencemooh, contoh: Bersih benar badanmu nak, kata ibu kepada anaknya yang baru main seharian. 7) Melibatkan   gaya bahasa sarkasme,   Sindiran   yang sangat   tajam   dan   kasar hingga kadang-kadang menyakitkan hati, contoh: Enyah kau dari sini! 




Sumber: Lestyarini, Beniati. 2019. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Modul 6 Genre Teks dalam Bahasa Indonesia. Kemdikbud.


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar