Hakikat Keterampilan Berbicara


 

Hakikat Keterampilan Berbicara
Keterampilan Berbicara

Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang bertujuan untuk mengungkapkan ide,  gagasan,  serta  perasaan  secara  lisan  sebagai  proses komunikasi kepada orang lain. Dalam proses berbicara, seseorang akan mengalami proses berpikir untuk mengungkapkan ide dan gagasannya secara luas (divergen thingking). 

Proses berbicara sangat terkait hubungannya dengan faktor  pengembangan berpikir  berdasarkan pengalaman yang  mendasarinya. Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui membaca, menyimak, pengamatan dan diskusi.

Berbicara merupakan kegiatan komunikasi lisan yang mengikutsertakan sebagian besar dari anggota tubuh kita. Menurut Dipodjojo (1982), komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada individu lain, sekelompok orang, yang disebut audience atau majelis. Kegiatan berbicara akan terjadi jika terpenuhinya tiga unsur yaitu: pembicara, pembicaraan atau pesan, dan lawan bicara.

Selain ketiga unsur di atas, ada satu hal yang lebih penting yaitu kesempatan berbicara, artinya: 

(a) kepada siapa ia berbicara, atau bagaimana keadaan audience itu, 

(b) kapan waktu bicara yang tepat, 

(c) tempat dimana ia berbicara. Jika seorang pembicara   memperhatikan   hal-hal   tersebut   tentunya   proses komunikasi akan terlaksana dengan baik.

Menurut James (dalam Dipodjojo, 1982:64), menyatakan bahwa seseorang ketika berbicara ingin menyampaikan gagasan pada pikiran dan perasaannya, maka orang tersebut adalah pemberi informasi. Informasi tersebut kemudian dirumuskan dalam bentuk sandi. Pada kita bentuk sandi tersebut adalah bahasa Indonesia (ia merupakan penyandi). Hasil perumusan itu merupakan pernyataan (pesan). Pesan itu disampaikan secara lisan melalui saluran udara atau gelombang (saluran). Bunyi tersebut diterima oleh pendengarnya yang mengetahui bahasa Indonesia, orang tersebut disebut penerima. 

Seseorang mempunyai kemampuan berbicara dengan baik, tidak begitu saja diperoleh dengan sendirinya. Akan tetapi, orang tersebut akan mengalami proses pengkayaan (berlatih, diskusi, membaca, dan pengalaman) untuk bahan referensi. Jika seseorang semakin banyak pengalaman dan referensi membaca, maka akan semakin menarik pula informasi yang disajikannya saat berbicara. 

Selain itu, latihan, praktik dan kebiasaan dalam keseharian akan berpengaruh ketika tampil sebagai seorang public speaking. Hal ini dapat dimengerti sebab tindak berbahasa tidak lain daripada mengoperasian kompetensi kebahasaan yang dimiliki. Jadi, baik tidaknya kompetensi siswa, pada umumnya mencerminkan keterampilan berbahasanya.

Untuk meningkatkan kemampuan berbicara perlu adanya latihan secara berkelanjutan. Ada beberapa bentuk tugas kegiatan berbicara yang dapat dilatih untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan berbicara pada peserta didik seperti bercerita, wawancara, bercakap-cakap, berpidato, dan berdiskusi.


Sumber: Pujiono, Setyawan. 2019. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Modul 5 Keterampilan Berbahasa Produktif. Kemdikbud.

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar