Hakikat Puisi


Hakikat Puisi

Sebagai salah satu genre sastra, puisi memiliki arti penting bagi kehidupan. Sejalan dengan fungsi sastra yang disampaikan oleh Aristoteles, yaitu dulce et utile yang berarti menghibur dan bermanfaat, puisi dapat menghibur sekaligus bermanfaat bagi manusia. 

Puisi dapat menghibur sehingga dengan membaca  atau  menyaksikan  pembacaan  dan  musikalisasinya, kita  akan merasa senang. Puisi juga bermanfaat karena puisi dapat menyuguhkan informasi yang kita butuhkan, memberikan pesan atau amanat yang mengayakan pengalaman jiwa kita, dan membangkitkan emosi.

Perkembangan puisi di Indonesia menunjukkan keberagaman dan kekayaan budaya. Kita memiliki pantun, syair, dan gurindam yang indah dan bernilai budaya. Setelah itu, kita juga memiliki puisi-puisi yang berkembang lebih bervariasi karya penyair-penyair yang hebat, yang berkisah tentang perjuangan, lingkungan hidup, kondisi sosial budaya, kritik sosial, dan sebagainya.

Pendapat Suminto A. Sayuti mewakili definisi puisi yang berkembang saat ini. Menurut Sayuti (2002:3), puisi adalah sebentuk pengucapan bahasa yang mempertimbangkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang  ditimba  dari kehidupan  individual  dan  sosialnya,  yang  diungkapkan dengan  teknik   pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengar-pendengarnya.

Puisi menggunakan medium bahasa. Bahasa dalam konteks ini tidak selalu dalam bentuk kata, frase, kalimat, atau paragraf. Bahasa juga bisa berupa simbol tipografi yang  bermakna. Puisi  memiliki unsur bunyi, termasuk di dalamnya rima atau persamaan bunyi dalam puisi.

Puisi mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair. Gagasan penyair juga bisa berasal dari pengalaman emosionalnya. 

Semua pengalaman itu akan dikemas secara imajinatif menjadi sebuah puisi. Setiap penyair menulis puisi dengan teknik yang berbeda-beda. Hal ini sejalan dengan proses kreatifnya yang berbeda-beda pula. Hal ini menyebabkan setiap penyair memiliki style atau gaya yang berbeda-beda dalam penulisan puisinya. Sapardi Djoko Damono sering menulis puisi yang pendek tetapi dalam dengan diksi yang multitafsir. WS Rendra sering menulis puisi yang panjang dalam bentuk balada dengan diksi yang lebih lugas. Darmanto Jatman sering menulis puisi dengan diksi dari berbagai macam bahasa.


Sumber:  Kusmarwanti. 2019. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Modul 3 Kesastraan. Kemdikbud


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar