Hubungan Bentuk dan Makna Kata dalam bahasa Indonesia


Ketika kita melakukan tindak berbahasa, kita kadangkala menemukan adanya relasi atau hubungan antara satuan bahasa yang satu dengan yang lainnya. Hubungan ini dapat terjadi dalam banyak bahasa, salah satunya bahasa Indonesia. Relasi makna ini dapat berkaitan dengan kesamaan makna (sinonim), kebalikan makna (antonim), perbedaan makna (homonim), kegandaan makna (polisemi atau ambiguitas), ketercakupan makna (hiponim), dan kelebihan makna (rudundansi). Pada bagian berikut, mari kita perhatikan hubungan bentuk dan makna tersebut.

1)   Sinonim 

Kata sinonimi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma ‘nama’ dan syn ‘dengan’. Secara harfiah sinonim berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’. Djayasudarma (2012: 55) menyatakan sinonim sebagai sameness of meaning (kesamaan arti). Sinonim adalah bentuk bentuk bahasa yang memiliki makna kurang lebih sama atau mirip, atau sama dengan bentuk lain. Kesamaan makna tersebut berada pada tataran kata, frasa, klausa, atau kalimat (Kridalaksana, 1984: 179).

Kadangkala kita sering mendengar pernyataan bahwa sinonim adalah dua buah kata atau lebih yang memiliki kesamaan makna. Menurut Suwandi (2008: 102) pernyatan tersebut kurang tepat. Alasannya adalah makna dalam sinonim belum tentu sama persis. Selain itu, pasangan satuan bahasa yang bersinonim itu beragam, mulai morfem, kata, frasa, hingga kalimat.

Tabel  .  Bentuk Sinonim

 

No.

 

Bentuk Sinonim

 

Contoh

1.

Antarmorfem

dia-nya

-Dhifa tidak mengingat dia.

-Dhifa tidak mengingatnya.

saya-ku

-Adzkia bukan guru saya.

-Adzkia bukan guruku.

2.

Antarkata

ayu-cantik

-Perempuan  berkerudung   itu    sangat cantik.

-Perempuan berkerudung itu sangat ayu.

dapat-mampu

-Mereka dapat membaca dengan cepat.

-Mereka mampu membaca dengan cepat.

3.

Kata dengan

Frasa

wafat-meninggal dunia

-Pak Habibi wafat pada 11 September 2019.

-Pak Habibi meninggal dunia pada 11 September

2019

pencuri-panjang tangan

-Janga mudah   percaya   dengan  si pencuri itu

-Janga mudah   percaya   dengan  si panjang tangan

itu.

4.

Frasa dengan

Frasa

meninggal      dunia-berpulang       ke

rahmatullah

-Setiap  orang  pasti   akan meninggal dunia.

-Setiap orang pasti akan berpulang ke rahmatullah.

orang tua-ibu ayah

-Anak saleh akan selalu mendokan orang tuanya.

-Anak saleh akan selalu mendoakan ibu dan ayahnya

5.

Kalimat dengan

Kalimat

Izza menulis puisi. Puisi ditulis Izza.

Selain itu, penggolongan sinonim menurut Colliman (melalui Djayasudarma, 2012:   59)  dikelompokkan   menjadi   sembilan   kelompok.   Berikut   ini pengelompokkan sinonim tersebut.

Tabel   Pengelompokkan Sinonim

No

Sinonim

Contoh

1.

Salah satu anggotanya memiliki makna

yang lebih umum

-melihat-memandang

-kelamin-seks

2.

Salah satu anggotanya memiliki unsur makna yang lebih intensionalnya lebih tinggi

-mempelajari-mengkaji

-imbalan-pahala

3.

Salah      satu      anggotanya     lebih

menonjolkan makna emotif

-memukul-menggebrak

-hati kecil-hati nurani

4.

salah satu anggotanya bersifat mencela atau tidak membenarkan

-mengamat-amati-memata-matai

-bodoh-sulit mengerti

5.

Salah satu anggotanya menjadi istilah

dalam bidang tertentu

-ari-ari-plasenta

-peraturan-ordonasi ditayangkan-disiarkan

6.

Salah    satunya    anggotanya   lebih digunakan dipakai dalam ragam bahasa tulis

-lampau-lalu

-senantiasa-selalu

-lezat-enak

7.

Salah satunya anggotanya lebih sering

digunakan pada ragam percakapan

-ketiak-ketek

-seperti-kayak

8.

Salah satu anggotanya untuk bercakap

dengan anak-anak

-kencing-pipis

-minum-mimik

-tidur-bobok

9.

Salah satu anggotanya digunakan pada

daerah tertentu

-cabai-lombok

-katak-kodok

Penggunaan bentuk-bentuk sinonim cakupannya sangat beragam. Dua satuan bahasa yang bersinonim kadang kala tidak serta merta dapat saling menggantikan. Memang satuan tersebut dapat saling menggantikan, namun kadang juga tidak bisa saling menggantikan. Perhatikan contoh berikut.

(21) Bapak berangkat ke Jakarta. 

(22) Ayah berangkat ke Jakarta.

(23) Bapak Presiden akan datang pagi ini. 

(24) Ayah Presiden akan datang pagi ini.

Sinonim bapak dan ayah pada kalimat (21) dan (22) di atas dapat saling menggantikan, sedangkan pada kalimat (23) dan (24) sinonim bapak dan ayah tidak dapat saling menggantikan. Oleh karena itu, untuk dapat menggunakan sinonim, pemakai bahasa harus memperhatikan berbagai faktor yang melatarbelakangi penggunaannya. Faktor  tersebut antara  lain:  faktor  waktu, sosial, tempat, dan gramatikal.

2)   Antonim

Secara etimologi, antonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu terdiri dari kata onoma ‘nama’ dan anti ‘melawan’. Secara harfiah antonim bermakna ‘nama lain untuk benda lain’. Antonim beraitan dengan oposisi makna dalam pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan (Kridalaksana, 1982).

 Antonimi merupakan hubungan di antara kata-kata yang dianggap memiliki pertentangan makna (Djayasudarma, 2012: 73). Adanya pertentangan makna dalam antonimi menunjukkan bahwa hubungan dua buah kata yang berlawan bersifat dua arah. Misalnya, kata baik berantonim dengan buruk, maka kata buruk berantonim dengan baik; kata jauh berantonim dengan dekat, maka kata dekat berantonim dengan jauh.

Kata-kata yang berantonim dapat bekategori kata sifat, kata benda, kata ganti, kata kerja, dan keterangan. Kata tugas seperti dan, karena, untuk, bagi, dan sebagainya tidak memiliki lawan katanya/tidak berantonim. Suwandi (2008: 106-109) dan Chaer (2012: 298-299) mengelompokkan antonim menjadi beberapa jenis.

1) Antonim Mutlak

Antonim mutlak adalah pertentangan bentuk bahasa yang bersifat mutlak. Misalnya kata hidup berantonim dengan mati. Sesuatu yang masih hidup tentunyan belum mati, sebaliknya sesuatu yang sudah mati pastinya sudah tidak hidup lagi. Kata siang yang berantonim mutlak dengan malam. Ketika matahari berada di atas kepala menandakan hari sudah siang, hari belum gelap/malam, sebaliknya ketika matahari tenggelam, bumi dalam keaadaan gelap maka disebut malam. Contoh lain antonim mutlak adalah atas dan bawah, muka dan belakang.

2) Antonim Bergradasi

Antonim bergradasi    disebut juga dengan oposisi kutub. Pertentangan antonim jenis ini tidak bersifat mutlak atau relatif. Misalnya kata besar dan kecil. Ukuran besar  dan  kecil  itu  relatif,  sebuah benda  dikatakan besar  atau  kecil  karena diperbandingkan antara unsur yang lainnya. Mobil bus dianggap besar jika disandingkan dengan mobil sedan karena ukuran mobil sedan dianggap lebih kecil daripada bus. Sementara itu, ukuran mobil sedan dianggap besar jika disandingkan dengan sepeda motor. Contoh antonim bergradasi lainnya adalah  tinggi dan rendah, panjang dan pendek, murah dan mahal, jauh dan dekat. Pada umumnya kata-kata antonim bergradasi berkategori kata sifat atau adjektif.

3) Antonim Relasional

Antonim jenis ini dapat dilihat berdasarkan kesimetrian dalam makna setiap pasanangannya. Misalnya kata suami dan istri. Seseorang baru dikatakan sebagai suami ketika sudah memiliki istri. Hal ini berbeda ketika terjadi perceraian tidak lagi disebut lagi suami, tetapi duda. Contoh lainnya adalah maju dan mundur, memberi dan menerima, guru dan murid 

4) Antonim Hierarkial

Antonim jenis ini terdapat dalam satuan waktu, berat, panjang, jenjang kepangkatan, dan jenjang yang lainnya. Contoh antomin hierarkial adalah kilogram dan kuintal/ton, hari dan bulan, prajurit dengan letnan, mayor, jenderal.

5) Antonim Resiprokal

Antonim resiprokal adalah antonim yang bersifat timbal balik. Makna dalam antonim ini saling bertentangan, namun secara fungsional keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat dan bersifat timbal balik. Contoh antonim ini adalah mengajar dan belajar, menjual dan membeli, mengirim dan menerima.

3)   Homonim

Sama seperti halnya sinonimi dan antonimi, homonimi berasal dari kata Yunani kuno onoma ‘nama’ dan homo ‘sama’. Hominimi berarti nama yang sama untuk benda atau hal yang lain’. Dengan kata lain, homonimi adalah hubungan antara kata yang ditulis dan atau dilafalkan dengan cara yang sama dengan kata yang lain,  tetapi  maknanya  tidak  saling  berhubungan  (Kridalakasana, 1984:  68). Misalnya kata buku yang memiliki dua makna: 1) lembar kertas yang berjilid, biasanya berisi tulisan, 2) tempat pertemuan dua ruas (jari, buluh, tebu). Relasi antara lembar kertas dan tempat pertemun dua ruas disebut sebagai homonim.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pasangan yang berhomonim ditulis dengan cara yang berbeda. Kata-kata yang berhomonim ditulis dengan angka Arab yang ditulis terangkat setengah spasi di belakang kata yang berhomonim.

bak1

p kata depan untuk menyatakan perbandingan; bagaikan: kedua anak muda itu wajahnya mirip, -- pinang dibelah dua

bak2

n kotak besar (tempat sampah, dan sebagainya)

n kolam tempat air di kamar mandi 

bak3

n tinta cina (hitam warnanya)

bak4

n tiruan bunyi tamparan (pukulan dan sebagainya); debak ba.rang1

n benda umum (segala sesuatu yang berwujud atau berjasad): -- cair; -- keras n semua perkakas rumah, perhiasan, dan sebagainya: --nya untuk membayar utang

n bagasi; muatan (kereta api dan sebagainya)

n muatan selain manusia atau ternak: truk yang mengangkut -- terguling di tikungan itu

ba.rang2

adv sedikit banyak; sekadar; kira-kira: beri aku nasi -- sesuap

adv kl  mudah-mudahan: -- disampaikan Allah kiranya surat ini kepada anakku adv  kl  kata  yang  digunakan untuk  menambah ketidakpastian
ko.pi
1
n pohon yang banyak ditanam di Asia, Amerika Latin, dan Afrika, buahnya disangrai dan ditumbuk halus untuk dijadikan bahan campuran minuman (Coffea)
n buah (biji) kopi
n       serbuk kopi
n  minuman  yang  bahannya  serbuk kopi
ko.pi
2
n   salinan   sesuai   dengan   asli   yang   diperoleh   dengan   cara memfotokopi
n  tindasan  (surat  dan  sebagainya);  tembusan;
turunan 
n   naskah   karangan   yang   akan dicetak
n     eksemplar    (tentang     buku cetakan)
n positif atau negatif yang diperoleh dengan penyinaran negatif atau positif
n   salinan   rol   film,   pita   kaset,   dan sebagainya
ka.tak
1
n binatang amfibi pemakan serangga yang hidup di air tawar atau di daratan, berkulit licin, berwarna hijau atau merah kecokelat-cokelatan, kaki belakang lebih panjang daripada kaki depan, pandai melompat dan berenang
ka.tak2
a  ark  lipit-lipit  pada  leher  dan  sebagainya;  gelambir:  ayam  kalkun mempunyai keistimewaan, yaitu mempunyai -- pada lehernya
ka.tak3
a pendek: baju -- jas berlengan pendek

Hubungan makna dalam hominim dapat bersifat dua arah, misalnya pada kata buku dan kopi yang memiliki dua makna. Hal tersebut berbeda dengan kata katak yang memiliki tiga makna. Tidak menutup kemungkinan kata yang berhomonim memiliki lebih dari tiga atau empat makna yang berbeda. Kata kakap pada contoh di bawah ini memiliki lima makna yang tidak saling berhubungan antara makna yang satu dengan yang lainnnya.

ka.kap1
n ikan laut, payau, atau air tawar, ukuran panjang mencapai 200 cm, berat 60 kg, hidup di perairan tropis dengan kedalaman 10–40 m, tersebar di perairan Teluk Persia sampai Cina, Taiwan dan Jepang Selatan, ke selatan sampai Papua Nugini dan Australia Utara〔Lates calcarifer〕 

a ki berukuran besar atau tinggi secara fisik atau kualitas (tentang penjahat, perusahaan, dan sebagainya); penting (tentang berita dan sebagainya):pengusaha --; koruptor --

ka.kap
2
n   perahu   yang   sempit   dan rendah
n  kapal  perang  lama,  bentuknya  seperti
kakap
ka.kap
3
prakategorial
cari:
mengakap,
pengakap
ka.kap
4
lihat
sirih
ka.kap5
v Mk pegang
ka.kap6
lihat kelas1

Mungkin kita akan bertanya, mengapa dalam homonim terjadi. Bentuknya sama, namun maknanya berbeda sama sekali. Chaer (1995: 95) menjelaskan terkait hal tersebut. Menurutnya ada dua hal mengapa terjadi homonimi. Pertama, bentuk- bentuk homonimi terjadi karena berasal dari bahasa atau dialek yang berlainan. Kata bang yang berarti ‘azan’ berasal dari bahasa Jawa, sedangkan bang yang berarti ‘kakak’ berasal dari bahasa Melayu dialek Jakarta. Kedua, bentuk-bentuk kata yang berhomonim terjadi akibat proses morfologi. Misalnya, kata mengarang yang  bermakna ‘menjadi arang’ dan  ‘menjadi karang’. Kedua kata tersebut memiliki kata dasar yang berbeda, yaitu arang dan karang. Keduanya mengalami proses morfologi berupa afiksasi, me+arang dan me+karang.

4) Polisemi

Polisemi adalah satuan bahasa yang memiliki lebih dari satu. Misalnya, misalnya kata ibu bermakna: 
1) wanita yang melahirkan seorang anak, 
2) sapaan untuk wanita yang sudah bersuami, 
3) bagian yang pokok;--jari 
4) yang utama di antara beberapa hal yang lain. 
Jika polisemi memiliki makna lebih dari satu, lalu apa bedanya dengan homonimi. Perbedaan homonimi dengan polisemi terletak pada hubungan makna di dalamnya. Makna kata yang berhomonim antara kata yang satu dengan yang lainnya sama sekali tidak ada hubungannya, misalnya kata mata yang berhubungan dengan pancaindra yang digunakan untuk melihat dan mata yang berhubungan dengan satuan ukuran berat untuk candu. Makna mata antara makna yang satu dengan yang lainnya benar-benar berbeda dan tidak bisa dirunut lagi. Hal ini berbeda dengan polisemi, makna kata yang satu dengan yang lainnya masih terdapat hubungan, misalnya kata akar yang bermakna 1) bagian tanaman tumbuhan yang biasanya tertanam di dalam tanah, 2) asal mula, 3) unsur yang menjadi dasar pembentukan kata, 4) suatu operasi aljabar. Jika kita perhatikan, makna akar antara makna satu dengan yang lainnya masih memiliki hubungan dengan makna asalnya.

Dalam KBBI, penulisan kata yang berpolisemi berbeda dengan kata yang berhomonim. Jika homonim ditulis dengan entri yang terpisah, maka makna kata yang berpolisemi penulisannya dijadikan satu dengan makna yang lainnnya. Perhatikan contoh penulisan kata yang berpolisemi dalam KKBI berikut ini.
k a
. k i
1.   n anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan
(dari pangkal paha ke bawah)
2. n  bagian tungkai (kaki) yang paling bawah: --nya tidak dapat menapak lagi
3. n bagian suatu benda yang menjadi penopang (penyangga) yang berfungsi sebagai kaki: -- meja; -- kursi itu patah satu
4.  n bagian yang bawah: -- bukit (gunung); -- rumah (dasar rumah)
5.  n kata penggolong bagi payung: se-- payung
6.  n ukuran panjang, 12 inci (± 0,3048 m): gunung setinggi 4.000 -- dari permukaan laut dapat didakinya juga
7.  n bagian kaki unggas yang kasar dan bersisik
ma.ta1
1.  n indra untuk melihat; indra penglihat
2.   n sesuatu yang menyerupai mata (seperti lubang kecil, jala):
nenek mencoba memasukkan benang ke -- jarum
3.   n bagian yang tajam pada alat pemotong (pada pisau, kapak, dan sebagainya): -- pisau itu perlu dikikir supaya tajam
4.  n sela antara dua baris (pada mistar, derajat, dan sebagainya)
5.  n tempat tumbuh tunas (pada dahan, ubi, dan sebagainya)
6.  n ki sesuatu yang menjadi pusat; yang di tengah-tengah benar
7.      n  ki  yang  terpenting  (sumbu,  pokok,  dan  sebagainya):  -- pencaharian penduduk desa itu bertani
8.  n Hidm daerah dengan angin cukup tenang dan cuaca baik yang terdapat pada pusat siklon tropis yang sangat kuat dan bentuknya hampir bulat

Kata kaki adalah kata yang berpolisemi. Dalam KBBI, makna kata kaki memiliki tujuh makna, begitu juga dengan kata mata yang merupakan kata yang berpolisemi, memiliki delapan makna. Ketujuh makna dalam kata kata tersebut masih terdapat hubungan makna dengan makna kaki yang lainnya, begitu juga dengan makna yang masih memiliki hubungan dengan makna primernya. 

5) Ambiguitas

Ambiguitas dapat diartikan dengan ‘makna ganda’. Konsep ini mengacu pada sifat konstruksi penafsiran makna yang lebih dari satu (Suwandi, 2006: 117). Ambiguitas kadang disamakan dengan polisemi. Lalu apakah sama antara ambiguitas dengan polsemi? Polisemi dan ambiguitas memang sama-sama memiliki makna lebih dari satu, namun keduanya memiliki perbedaan. Makna dalam polisemi berada pada tataran kata, sedangkan makna dalam ambiguitas berasal dari frasa atau kalimat yang terjadi karena penafsiran yang berbeda, misalnya berbeda penafsiran dari sisi gramatikal. Perhatikan kalimat berikut.

(25) Dhifa datang untuk memberi tahu.

Makna memberi tahu dapat bermakna: 
1) menjadikan supaya tahu, sedangkan makna 
2) memberi jenis makanan yang terbuat dari kedelai (tahu).

(26) Istri pejabat yang nakal itu ditahan Polisi.

Makna kalimat (26) di atas memiliki dua makna, yaitu: 1) yang nakal adalah istri dari seorang pejabat, 2) yang nakal adalah pejabat itu sendiri.

(27) Kakek-nenek Nadhifa menjalankan ibadah haji.

Makna kalimat (27) di atas bermacam-macam. Makna kalimat tersebut antara lain: 1) kakek dan nenek dari seorang yang bernama Nadhifa menjalankan ibadah haji, 2) kakek, nenek, dan Nadhifa menjalankan ibadah haji, 3) kakek dan nenek yang bernama Nadhifa menjalankan ibadah haji.
Ambiguitas sering terjadi dalam ragam bahasa tulis. Hal tersebut terjadi ketika penanda ejaan tidak digunakan dengan tepat atau cenderung diabaikan. Akan tetapi, dalam bahasa lisan, ambiguitas tidak banyak terjadi. Dalam komunikasi lisan, berbagai unsur paralinguistik sangat membantu, seperti adanya intonasi dan ekspresi penutur. Dalam bahasa lisan, kita juga dapat menanyakan secara langsung kepada mitra tutur terkait dengan informasi yang diberikannya. Konteks situasi juga sangat membantu seorang penutur dan mitra tutur dalam memaknai tuturan. 

6) Redundansi

Istilah redundansi sering diartikan sebagai sesuatu yang belebih-lebihan, misalnya berlebihan pemakaian unsur segmental dalam kalimat. Istilah redundansi biasanya dipakai dalam linguistik modern. Istilah ini digunakan untuk menyatakan bahwa salah satu konstituen kalimat yang tidak perlu jika dipandang dari sisi semantik (Suwandi, 2006: 119). Dengan kata lain, redundansi adalah pemakaian unsur segmental yang berlebihan. Perhatikan contoh berikut.

(28) Adzkia datang agar supaya mendapat hadiah dari temannya. (29) Para guru- guru mengikuti pelatihan minggu depan di LPPM. (30) Dhifa datang pada hari Senin, tanggal 21 April 2019.

Kalimat pada contoh (28), (29), dan (30) adalah kalimat yang redundan. Kata agar dan supaya memiliki makna yang hampir sama sehingga kemunculannya dalam kalimat tersebut harus memilih salah satunya saja. Frasa para guru-guru pada kalimat (29) juga termasuk redundan. Kata para adalah penanda jamak dan kata guru-guru juga sebagai penanda jamak. Begitu juga dengan kalimat (30) yang redundan, kata Senin adalah penanda hari dan 21 penanda tanggal. Jika diperbaiki kalimat tersebut adalah sebagai berikut.

(31) Adzkia datang supaya mendapat hadiah dari temannya. (32) Para guru mengikuti pelatihan minggu depan di LPPM. (33) Dhifa datang pada Senin, 21  April 2019.

Kalimat (31), (32), (33) adalah kalimat yang tidak redundan. Bentuk-bentuk yang sama dengan bentuk yang sudah disebutkan sebelumnya sudah dihilangkan sehingga kalimat tersebut juga menjadi kalimat yang efektif karena tidak berlebihan.


Sumber: Wahyudin, Ahmad. 2019. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Modul 2 Semantik dan Wacana. Kemdikbud.

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar