struktur Drama, Ciri Bahasa Teks Drama, Dan Contoh Teks Drama


 

struktur Drama, Ciri Bahasa Teks Drama, Dan Contoh Teks Drama
Drama

struktur Drama 

Sebelum menelaah teks drama, perlu dipahami terlebih dahulu struktur yang membangun naskah drama. Secara umum, struktur drama meliput: 1) prolog (pengenalan, tokoh, latar, latar belakang cerita); 2) Dialog (orientasi, konflikasi, resolusi); dan 3) Epilog (penutup, intisari, dan cerita). Menurut Waluyo (2009), struktur naskah drama itu meliputi:

1). Plot/alur. Plot atau kerangka cerita, yaitu jalinan cerita atau kerangka cerita dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh atau lebih yang saling berlawanan.

2). Penokohan dan perwatakan. Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Penokohan merupakan susunan tokoh-tokoh yang berperan dalam drama. Tokoh-tokoh itu selanjutnya akan dijelaskan keadaan fisik dan psikisnya sehingga akan memiliki watak atau karakter yang berbeda-beda.

3). Dialog (percakapan). Ciri khas naskah drama adalah naskah iru berbentuk percapan atau dialog. Dialog dalam naskah drama berupa ragam bahasa yang komunikatif sebagai tiruan bahasa sehari-hari bukan ragam bahasa tulis.

4). Seting (tempat, waktu dan suasana). Setting disebut juga latar cerita yaitu penggambaran waktu, tempat, dan suasana terjadinya sebuah cerita.

5). Tema (dasar cerita). Tema merupakan gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita dalam drama.Tema dikembangkan melalui alur dramatik dalam plot melalui tokoh-tokoh antagonis dan protagonis dengan perwatakan yang berlawanan sehingga memungkinkan munculnya konflik di anatara keduanya.

6). Amanat atau pesan pengarang. Sadar atau tidak sadar pengarang naskah drama pasti menyampaikan sebuah pesan tertentu dalam karyanya. Pesan itu dapat tersirat dan tersurat.

7). Petunjuk teknis/teks samping. Dalam naskah drama diperlukan petunjuk teknis atau teks samping yang sangat diperlukan apabila naskah drama itu dipentaskan.

Kaidah Kebahasaan teks drama tampak dalam kalimat-kalimat yang tersaji di dalamnya. Hampir  semuanya teks  berupa  obrolan  atau  tuturan  pribadi  para tokohnya. Kalimat pribadi dalam drama lazimnya diapit oleh dua tanda petik (“......"). Teks drama memakai kata ganti orang ketiga pada kepingan Prolog atau epilognya. Karena melibatkan banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim dipakai yakni mereka.

Lain halnya dengan kepingan dialognya, yang kata gantinya yakni kata orang pertama dan kedua. Mungkin juga dipakai kata-kata sagaan. Seperti yang tampak pada rujukan teks drama tersebut bahwa kata-kata ganti yang dimaksud yakni aku, saya, kami, kita, kamu. Adapun kata sapaan, misalnya, anak-anak, ibu. Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, obrolan dalam teks drama juga tidak lepas dari munculnya kata-kata tidak baku dan kosakata percakapan, seperti: kok, sih, dong, oh. Di dalamnya juga banyak ditemukan kalimat seru, suruhan, pertanyaan.

Ciri Kebahasaan Teks Drama

Selain itu, teks drama mempunyai ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.

1)  Banyak memakai kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi temporal), seperti: sebelum, kini sesudah itu, mula-mula, kemudian.
2)  Banyak memakai kata kerja yang menggambarkan suatu insiden yang terjadi, ibarat menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, beristirahat, menghadap, mengatakan, dsb.
3)  Banyak memakai kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh, seperti: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.
4)  Menggunakan kata-kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, sepi, ramai, bersih, kotor, baik, kuat, gagah, santun, dsb.

contoh teks drama

Berikut ini contoh teks drama. Dapatkah Anda menganalisis struktur retorik dan kaidah kebahasaannya?
Naskah drama pendek 5 orang dengan nama-namanya sebagai berikut.

Rio      : Cerdik, pandai mengeles , & pembohong level akut. Asep   : Sangar, tegas, & emosional
Renata: Kepo, komentator, cerewet, & puitis yang dipaksakan. Renal  : Semuanya di bawah standar
Ririn    : Pintar, disiplin, rajin, & baik hati

DIALOG 

Di sebuah meja yang berada di sebuah kelas. Di sebuah kelas yang berada di sekolah. Di suatu sekolah yang entah ada ataupun tidaknya. Hiduplah 4 orang murid yang sedang bahagia-bahagianya, namun semua tersebut berubah saat ulangan bakal datang.
Renata           : “ Eh. Kalian udah ngapalin buat ulangan besok? “ ( Datang ) 
Rio                 : “ Belum “
Renal             : “ Innalillahi “
Renata          : “ What the hell, Oh my God. Kalau kualitas ulangannya jelek, kelak dihukum “
Renal             : “ Paling hukumannya lari di lapangan “
Renata           : “ Bukan. Hukumannya pelajaran tambahan setiap pulang sekolah“
Renal            : “ Innalillahi “
Rio                 : “ Aku cek dulu, barangkali guru “ ( Berangkat ) 
Renal            : “ Ngapaling bab yang mana a- “
Rio                : “ Ada guru “ ( Dateng ) ( Semua melihat ke pintu ) 
Ririn              : “ Loh. Kok sepi? “ ( Datang )
Renal            : “ Huuu. Katanya ada guru “ ( Nepuk bahu Rio ) 
Rio                : “ Iya ini guru. Guru masa depan “
Ririn              : “ Kamu bisa aja “
Renata          : “ Kamu udah ngapalin Rin? “
Ririn                : “ Udah dong. Ririn “ 
Rio       : “ Ellleh. Arogan amet “ 
Ririn :         “ Biarin “
Renata           : “ Udah-udah jangan berantem “
Renal               : “ Iya, daripada berantem mendingan gini, siapa yang kualitasnya paling gede, Dirinya yang menang, & yang menang bisa nyuruh 1 kali terhadap yag kalah “
Ririn + Rio      : “ Setuju! “ ( Asep datang dari belakang )
Asep               : “ Bapa juga setuju! “

Ririn & Rio terus mempersiapkan ulangannya matang-matang. Ririn melakukan gerakan 3B yaitu Belajar, Ber’doa, & Berusaha yang sudah biasa dilakukan. Sedangkan Rio merangkum semua bab & menulisnya di kertas kecil untuk kelak
dihapal saat ulangan dengan kata lain nyontek. Akhirnya saat ulanganpun tiba.

Asep              : “ Baiklah anak-anak, buka lembar soalnya se-se-sekarang “
Ririn               : “ Bismillah “ ( Membuka & mengisi soal)
Rio                           : “ Inimah enteng “ ( Membuka soal ) ( Saat Asep berbalik menempelkan kertas di punggung Asep untuk menyontek )
Rio                 : “ Kalo ginikan ga bakal ketahuan “ ( Ngisi )
Asep               : “ Bapa keluar dulu, jangan nyontek, jangan kerja sama, & jangan ribut “ (Keluar)
Rio              : “ Rencana B “ ( Nyilang kaki & di alas sepatunya ada contekan ) 
Rio                   : “ Ah. Bukan yang ini “ ( Buka baju penghabus di dalamnya ada contekan “
Rio              : “ Ah yang ini “ ( Nulis ) ( Ngeluarin contekan dari dasi )
Rio              : “ Ah yang ini juga “ ( Nulis )
Rio            : “ Berakhir “ ( Liat Ririn & yang lainnya tetap belum berakhir ) Akhirnya ulangan berakhir & kemarin hari lalu Asep membagikan hasil ulangan.
 Asep           : “ Ini “ ( Membagikan )
Ririn            : “ Ye. Kualitasku 85 “
Renal          : “ Hahaha. Aku ding 65, naik 5 dari ulangan yang lalu “ 
Rio              : “ Lah. Pak, kok kualitas Saya 50? “
Asep           : “ Tersebut sebab soal nomor 11-20 di balik kertas ga kamu isi “ 
Rio              : “ Aduh. Kok bapa ga kasih tahu Saya? “
Asep               : “ Kualitas Kamu bapa kekurangani 6, sehingga kualitas Kamu -1 “
( Mukul kepala Rio) Akhirnya Rio tidak memakai cara yang yang kotor lagi. Dirinya menjadi lebih giat belajar & lebih berhati hati dalam mengisi soal.




Sumber: Lestyarini, Beniati. 2019. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Modul 6 Genre Teks dalam Bahasa Indonesia. Kemdikbud.


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar