Aspek Perubahan-Perubahan Akibat Pemerintahan Militer Jepang
Pendudukan Jepang telah mengakibatkan perubahan-perubahan yang mendasar pada masyarakat pedesaan Indonesia, khususnya di Jawa.
• Perubahan dalam Aspek Politik Pemerintahan di Indonesia
Adanya kekuasaan pemerintahan militer Jepang dengan adanya hierarki struktur pemerintahan daerah di Jawa sebagai berikut:
Lembaga |
Pimpinan |
Syu (Karesidenan) |
Syucho |
Si (Kotamadya) |
Sicho |
Ken (Kabupaten) |
Kencho |
Gun (Kawedanan) |
Guncho |
Son (Kecamatan) |
Soncho |
Ku (Desa/Kelurahan) |
Kuncho |
Dalam tatanan kehidupan politik tradisional di tingkat
pedesaan, pemerintah Jepang dengan orientasi ekonominya telah melanggar
batas-batas otonomi pemerintahan desa. Kepala desa bagi masyarakat
merupakan simbol pengayom yang dipilih oleh masyarakat berdasarkan
ketentuan dan kriteria tertentu secara demokratis. Tetapi pada masa
pendudukan Jepang, proses pemilihan dan pengangkatan kepala desa
dilakukan melalui serang-kaian prosedur seleksi dan tes yang dibuat oleh
pemerintah Jepang. Hal itu dimaksudkan untuk memilih kepala desa yang
mengerti administrasi pemerintahan dan sekaligus untuk menyingkirkan
orang-orang yang tidak menyukai pemerintahan Jepang. Dengan demikian
pada masa itu kepala desa dilibatkan langsung dalam struktur
pemerintahan administrasi Jepang dengan aturan-aturan yang dipaksakan.
• Perubahan Sosial Ekonomi
Bentuk
eksploitasi ekonomi yang berimplikasi terhadap perubahan sosial ekonomi
secara mendasar pada masa pendudukan Jepang di Jawa ialah
diberlakukannya politik penyerahan padi secara paksa. Logika politik
ekonomi ini didasarkan pada kebutuhan bahan pangan yang makin meningkat
bagi tentara Jepang di front-front pertempuran. Proses eksploitasi
ekonomi tersebut terlihat akibatnya secara mendasar pada kehidupan
masyarakat pedesaan. Padahal dipahami bahwa perilaku ekonomi yang khas
dari keluarga petani Jawa menurut James C. Scott (1989:4- 20) ialah
petani yang subsisten, yaitu ia sekaligus merupakan satu unit produksi
dan konsumsi. Sehingga masalah yang dihadapi oleh petani ialah bagaimana
dapat menghasilkan beras untuk makan sekeluarga, untuk membeli barang
kebutuhan dan untuk memenuhi tagihan-tagihan yang tidak dapat ditawar-
tawar lagi dari pihak luar. Implikasi dari penyerahan wajib tersebut
ialah meningkatnya angka kematian dan menurunnya derajat kesehatan
masyarakat.
• Perubahan Mentalitas Masyarakat
Praktek-praktek romusha merupakan bentuk yang sangat nyata dari praktek eksploitasi tenaga kerja dan manusia pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Hal itu sekaligus merupakan suatu bentuk pemiskinan mentalitas masyarakat Indonesia. Dengan demikian telah terjadi perubahan mentalitas masyarakat di Indonesia yang sangat mendasar pada masa pendudukan Jepang sebagai akibat penetrasi dan sistem pendudukan yang bersifat militer tersebut.
Barangkali
tidak ada yang dapat diambil keuntungan dari kasus-kasus romusha bagi
masyarakat pedesaan Jawa waktu itu. Secara kongkrit tampak adalah proses
penetrasi dan eksploitasi sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja.
Dengan kondisi seperti itu dapat dipahami seberapa tinggi kualitas
sumberdaya manusia pedesaan Jawa waktu itu.
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar