Dampak Pendudukan Jepang Terhadap Masyarakat Indonesia.
Pendudukan
Jepang di Indonesia sangat membawa dampak yang mendalam bagi masyarakat
Indonesia. Walaupun hanya menguasai Indonesia dalam waktu yang singkat,
namun beberapa kebijakan pemerintah Pendudukan Jepang cukup memberikan
dampak positif dan negatif ke berbagai bidang dan memiliki pengaruh
hingga masa setelahnya. Dampak pada kehidupan masyarakat di Indonesia
pada masa Pendudukan Jepang adalah.
1). Dampak Bidang Sosial
Kebijakan dalam bidang sosial ini juga dianggap mimiliki sisi yang kelam karena banyaknya korban yang jatuh. Tetapi ada juga kebijakan yang dianggap memberikan dampak baik yang juga bisa dirasakan hingga sekarang. Adapun beberapa dampak pendudukan Jepang dalam bidan sosial dapat tercermin pada kebijakan-kebijakan berikut:
• Kerja Paksa (Romusha)
Romusha
merupakan sebuah kebijakan pada masa Jepang dengan mempekerjakan secara
paksa masyarakat Indonesia ke proyek- proyek pembangunan Pemerintah
Jepang. Mereka awalnya diambil ditiap-tiap desa di Indonesia dengan cara
paksa. Dampak yang terjadi jelas bahwa mereka yang menjadi Romusha akan
mengalami siksaan fisik jika tidak bekerja sesuai dengan target,
mengalami kelaparan, hinggal meninggal dunia. Namun tidak itu saja,
dampak penerapan Romusha juga meluas ke berbagai hal misalnya penurunan
angka produksi tanaman, mengingat bahwa sebagian romusha juga merupakan
petani. Kehilangan para petani ini mengurangi pekerja dalam sebuah lahan
yang berimbas pada penurunan produksi dalam komoditas tertentu. Dampak
lainnya yang bisa dirasakan adalah mengenai persoalan kemiskinan yang
melanda keluarga-keluarga para romusha. Sebagian romusha yang diambil
juga merupakan pencari nafkah keluarganya.
• Jugun Ianfu
Jugun
Ianfu merupakan wanita-wanita yang dipekerjakan secara paksa untuk
menjadi pemuas nafsu tentara-tentara Jepang di Indonesia. Sama seperti
Romusha, para Jugun Ianfu ini diambil dari gadis-gadis yang telah cukup
usia (terutama usia matang secara seksual).
• Tonarigumi
Kebijakan
lain pada masa pemerintahan Jepang yang berdampak pada kehidupan sosial
masyarakat Indonesia adalah Tonarigumi. Kebijakan ini merupakan sebuah
kebijakan yang mirip dengan sistem Rukun Tetangga (RT) yang kita kenal
sekarang. Tonarigumi merupakan sebuah struktur masyarakat yang dibuat
oleh Jepang yang membatasi jumlah penduduk pada sebuah wilayah kecil.
Tonarigumi pertamakali diperkenalkan pada tahun 1944 dan dibawahkendali
dari Rikugun atau angkatan darat Jepang yang kemudian menyebar ke Kaigun
(angkatan laut) karena sistem yang serupa juga diadopsi di wilayah
timur Indonesia, wilayah kekuasaan kaigun (Oktorino, 2013).
Ketika
Pemerintah Pendudukan Jepang berakhir di Indonesia sistem ini
dihapuskan. Namun oleh pemerintah Indonesia sistem ini diadopsi dan
dirubah namanya seperti yang kita ketahui sekarang dengan istilah Rukun
Tetangga dan Rukun Warga. Hanya saja perbedaannya jika pada masa Jepang,
sistem ini lebih banyak digunakan untuk urusan kerja paksa dan militer.
Namun pemerintah Indonesia mengadopsinya untuk urusan administrasi
sipil.
2). Dampak Bidang Ekonomi
Dampak di bidang perekonomian pada masa Jepang juga cukup terasa oleh masyarakat Indonesia. Penerapan sistem ekonomi autharki yang ketat membuat kehidupan masyarakat Indonesia ketika itu cukup sulit. Tetapi diluar itu ada beberapa kebijakan pemerintah Jepang terkait dengan masalah ekonomi yang memberikan dampak signifikan pada kehidupan masyarakat di Indonesia, yaitu:
• Pertanian dan Perkebunan
Pada
masa pendudukan Jepang orientasi pertanian dan perkebunan berbeda
dengan yang diterapkan oleh pemerintah Kolonial Belanda. Seperti yang
telah disinggung sebelumnya bahwa orientasi Jepang lebih mengarah pada
ekonomi perang sedangkan Belanda pada profit atau keuntungan. Sehingga
ini berpengaruh pada berbagai sektor pendapatan termasuk dalam bidang
pertanian dan perkebunan. Pertanian dan perkebunan pada masa Belanda
lebih ditekankan pada penanaman produk yang laku dipasaran dunia seperti
kopi, gula, teh, dan lain-lain. Maka Jepang lebih mengutamakan pada
produk-produk yang berguna untuk menunjang peperangan yang sedang mereka
jalani yaitu perkebunan jarak dan pertanian padi (Kurasawa, 1993).
Tanaman padi merupakan logistik pangan yang utama baik bagi tentara Jepang maupun untuk masyarakat Indonesia secara umu dibagian barat. Makanan ini merupakan makanan pokok yang penting namun cukup langka dikalangan masyarakat Indonesia sendiri. Pemerintah Jepang mewajibkan masyarakat yang memiliki lahan untuk menanam padi (Lucas, 1989).
Penanaman buah jarak di Indonesia pada masa Jepang benar-benar sangat diperhatikan. Pemerintah Jepang mencoba untuk meningkatkan produksi tanaman ini, tujuannya sudah jelas karena tanaman ini mengandung minyak yang berguna sebagai pelumas dan bahan bakar mesin-mesin perang Jepang (Kurasawa, 1993).
• Keuangan.
Pemerintahan Pendudukan Jepang di
Indonesia juga memiliki serangkaian kebijakan terkait dengan masalah
keuangan dan moneter. Mata uang yang berlaku pada masa ini adalah mata
uang Jepang dan Rupiah, sedangkan mata uang Belanda tidak berlaku pada
masa ini. namun apa yang dilakukan oleh Jepang dengan memberlakukan mata
uang baru ini justru membawa masalah moneter yang baru di Indonesia.
Pada masa Jepang, tingkat inflasi naik akibat terlalu banyaknya uang
yang tersebar di masyarakat (Ricklefs: 2010: 425). Salah satu upaya
diambil oleh pemerintah Jepang adalah selain mengurangi jumlah peredaran
uang, pemerintah juga mengkampanyekan aksi Gerakan Menabung.
3) Dampak Bidang Budaya.
Dalam bidang budaya pendudukan Jepang juga memberikan dampak yang cukup signifikan bagi masyarakat Indonesia. Beberapa hal terkait dengan masalah budaya yang diterapkan pada masa Jepang adalah hal yang dilarang pada masa Kolonial Belanda. Adapun beberapa hal yang terkait dengan bidang budaya yang memberikan dampak pada masyarakat Indonesia pada masa Pendudukan Jepang, yaitu:
• Pendidikan
Pada umumnya sistem
pendidikan yang dianut hampir mirip dengan masa sekarang jika mengacu
pada jenjang sekolah misalnya: pendidikan dasar (Gokumin Gakko) yang
dilaksanakan selama 6 tahun, kemudian meneruskan ke pendidikan lanjutan
(Shoto Chu Gakko) selama 3 tahun, kemudian diteruskan kembali ke
pendidikan menengah (Kogyo Gakko) dan pendidikan kejuruan selama 3
tahun.
• Penggunaan Simbol-simbol Indonesia.
Pada masa
Pendudukan Jepang, penggunaan simbol-simbol Indonesia cukup longgar dan
tidak seketat pada masa Kolonial Belanda. Simbol-simbol yang dimaksud di
sini seperti penggunaan Bahasa Indonesia, menyanyikan lagu Indonesia
Raya, pengibaran bendera merah putih. Pada masa Belanda jelas hal-hal
ini merupakan sesuatu yang dilarang dan bisa diperkarakan secara
kriminal dan dianggap mengganggu ketertiban umum. Namun pada masa
Pendudukan Jepang hal-hal semacam tidak lagi dilarang, terutama pada
masa awal masuknya Jepang. Pada bagian awal telah disinggung bahwa
Jepang memperbolehkan penggunaan pemakaian simbol-simbol ini karena
mereka membutuhkan simpati dari masyarakat Indonesia.. Namun lagu
kebangsaan Indonesia akhirnya dilarang karena dianggap justru lebih
meningkatkan nasionalisme sebagai seorang Indonesia dari pada Jepang.
Hingga akhirnya lagu kebangsaan yang boleh diperdengarkan adalah lagu
Kimigayo saja (Pringgodigdo, 1952: 13)
• Pengaruh Budaya Jepang di Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang (Seikerei dan Tarikh Sumera)
Pada
masa ini pendudukan Jepang beberapa budaya Jepang dipopulerkan oleh
Pemerintah Pendudukan Jepang di Indonesia. Salah satu yang dipakai
adalah kalender Jepang atau Tarikh Sumera. Kalender ini mulai di pakai
di Indonesia sejak Jepang menguasai Indonesia tahun 1942. Pada waktu itu
tahun 1942 diubah menjadi tahun 2602 sesuai dengan penanggalan Tarikh
Sumera. Salah satu implikasi langsung dari penggunaan kalender ini
adalah masyarakat Indonesia diwajibkan untuk merayakan hari Tenchosetsu
atau hari kelahiran Kaisar Hirohito (Hermokusumo, 1984: 8)
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar