Perbedaan Antara teater dan drama


 

Perbedaan Antara teater dan drama
Perbedaan Antara teater dan drama

 Istilah teater dari bahasa Yunani theatron yang diturunkan dari kata theaomai, artinya takjub melihat, memandang. Theatron, sesungguhnya berarti 'a place for seeing'. Tempat dimana teater dipergelarkan, tempat pertunjukan atau panggung atau stage. Di era Yunani teater dipertunjukkan di Teater Dyonisus yang terletak di lereng bukit Acropolis di atas kuil Dyonisus. Kuil ini paling terkenal di Yunani. Kata teater kemudian mewakili tiga pengertian: 1) Gedung, tempat pertunjukan, panggung yang secara kesejarahan telah digunakan sejak zaman Thucydides (471-395 SM) dan Plato (426-348 SM). Di sini jelas istilah teater berarti gedung, tempat pertunjukan disajikan dinamai panggung, pentas (stage). 2). Publik (audience), auditorium, sudah ada sejak zaman Herodotus (480-424 SM). dan 3). ‘Karangan tonil’ (toneel) seperti disebut dalam Kitab Perjanjian Lama I. Tonil dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:993) sama dengan sandiwara; drama, teater. Berupa pertunjukan lakon atau cerita yang dimainkan oleh orang. Bahkan tonil dapat berupa perkumpulan seperti drama, teater.

Pada perkembangannya, kata ‘teater’ tidak hanya menunjuk sebuah tempat pertunjukan, namun dapat mencakup berbagai pengertian. Bakdi Soemanto (2001:8) menjelaskan kata teater dalam bahasa Indonesia mengacu kepada tiga hal, yakni: 1). Aktivitas melakuan kegiatan dalam seni pertunjukan, 2).Kelompok yang melakukan kegiatan tersebut, dan 3). Seni pertunjukan itu sendiri. Hal ini diperjelas melalui arti kata teater dalam bahasa Inggris: theatre dan the The treatre. Theatre terpusat pada bagaimana sebuah pertunjukan dihidupkan di atas pentas, sedang The theatre lebih mengacu pada tempat pertunjukannya.

Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas; yakni meliputi: proses penentuan ide, pemilihan naskah lakon, penafsiran, penggarapan, penyajian atau pementasan atau pergelaran atau pertunjukan; penyaksian, pemahaman, penikmatan, pengkajian, penganalisaan, dan atau penilaian. Proses demikian bersifat umum terhadap seluruh seni pertunjukan (performing art). Proses tersebut merupakan proses penjadian seni, dari ide sampai dengan penyambutan audience (hadirin, penonton, pendengar, pirsawan, pembaca, pemerhati, pengamat, kritisi atau peneliti). Dalam hal proses penjadian drama dan atau teater biasa dikenali istilah formula dramaturgi yang meliputi 4 M, yaitu: (1) Mengkhayal (ide); (2) Mencipta (Naskah lakon, script, story); (3) Mementaskan atau Mempertunjukkan (action); dan (4) Menyaksikan atau Memahami, Menikmati, Menilai (audience). Esensi drama dan teater adalah adanya konflik atau tikaian.

Perbedaan Antara teater dan drama  menurut G.B. Tennyson

G.B. Tennyson membedakan istilah “drama” dan “teater” sebagai berikut, Drama dirives from a Greek word meaning to do act, theater derives from a Greek word meaning to see, ti view (Tennyson, 1967). Keduanya berasal dari bahasa Yunani. Drama berarti melakukan, mengerjakan, berbuat, bertindak. Sedang teater berarti melihat, memandang, meninjau. Bagan dibawah ini untuk menjelaskan pengertian drama dan teater:

Tabel  Komporasi perbedaan Drama dan Teater

DRAMA

TEATER

Lakon (play)

Pertunjukan (performing)

Naskah (script)

Produksi (production)

Teks (teks)

Pemanggungan (staging)

Pengarang (author)

Aktor (actor)

Kreasi (creation)

Penafsiran (interpretation)

Teori (theory)

Praktik (practice)

Perbedaan Antara teater dan drama

Dari perbandingan di atas dapat disimpulkan perbedaan antara teater dan drama bahwa seni drama lebih merupakan lakon yang belum dipentaskan atau dipertunjukkan, naskah yang belum digarap atau diproduksi; teks yang belum dipanggungkan; kreasi pengarang (penulis naskah lakon) yang masih harus ditafsirkan untuk merebut maknanya, atau teori yang harus dipraktekkan atau diaplikasikan. Atau dapat juga dikatakan demikian: pertunjukan lakon; garapan atau produksi naskah, pemanggungan teks, penafsiran kreasi pengarang; atau penerapan pemraktekan teori (Soediro Satoto, 1991:6).

Seni drama memang belum mencapai kesempurnaannya apabila belum sampai pada tingkat seni teater dalam bentuk pementasan atau pertunjukan drama sebagai visualisasi atau perwujudannya. Maka, pemahaman naskah lakon tanpa memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan penggarapan, gaya dan penyajian atau pementasannya belumlah cukup. Pada gilirannya kita hanya dapat menikmati seni drama dengan baik apabila kita telah menyaksikan sendiri pementasannya atau pertunjukan drama tersebut.
Dengan kata lain, seni teater hanya dapat dinikmati, dipahami, dan dinilai dengan baik apabila dalam proses penilaiannya diperhitungkan pula proses penjadiannya: dari pemilihan naskah (tertulis) atau teks (ide), penafsiran, penggarapan, pemilihan gaya tertentu, sampai dengan pementasan atau pemanggungannya.



source : Modul PPPK seni Teater



Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar