Olah Suara dalam Dasar Pemeranan Seni Teater


Olah Suara dalam Dasar Pemeranan Seni Teater


Suara adalah unsur penting dalam kegiatan seni teater yang menyangkut segi auditif atau sesuatu yang berhubungan dengan pendengaran. Dalam kenyataannya, suara dan bunyi itu sama, yaitu hasil getaran udara yang datang dan menyentuh selaput gendang telinga. Akan tetapi, dalam konvensi dunia teater kedua istilah tersebut dibedakan. Suara merupakan produk manusia untuk membentuk katakata, sedangkan bunyi merupakan produk benda-benda.

Suara dihasilkan oleh proses mengencang dan mengendornya pita suara sehingga udara yang lewat berubah menjadi bunyi. Dalam kegiatan teater, suara mempunyai peranan penting, karena digunakan sebagai bahan komunikasi yang berwujud dialog. Dialog merupakan salah satu daya tarik dalam membina konflik-konflik dramatik. Kegiatan mengucapkan dialog ini menjadi sifat teater yang khas.

Suara adalah lambang komunikasi yang dijadikan media untuk mengungkapkan rasa dan buah pikiran. Unsur dasar bahasa lisan adalah suara. Prosesnya, suara dijadikan kata dan kata-kata disusun menjadi frasa serta kalimat yang semuanya dimanfaatkan dengan aturan tertentu yang disebut gramatika atau paramasastra.

Pemilihan kata-kata memiliki peranan dalam aturan yang dikenal dengan istilah diksi. Selanjutnya, suara tidak hanya dilontarkan begitu saja tetapi dilihat dari keras lembutnya, tinggi rendahnya, dan cepat lambatnya sesuai dengan situasi dan kondisi emosi. Itulah yang disebut intonasi. Suara merupakan unsur yang harus diperhatikan oleh seseorang yang akan mempelajari teater.

Kata-kata yang membawa informasi yang bermakna. Makna kata-kata dipengaruhi oleh nada. Misalnya, kalimat, “Yah, memang, kamu sekarang sudah hebat ”. Maka, nada suara yang terlontarkan, menunjukkan maksud memuji atau sebenarnya ingin mengatakan, “kamu belum bisa apa-apa”. Banyak lagi contoh yang menunjukkan tentang makna suara. Misalnya, dalam situasi tertentu tidak mampu mengungkapkan maksud yang sebenarnya, sehingga secara tidak sadar mengungkapkan sesuatu yang sebenarnya tidak dikehendaki. Maksud tersembunyi seperti itu disebut subtext.

Seorang pemeran dalam pementasan teater menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa tubuh dan bahasa verbal yang berupa dialog. Bahasa tubuh bisa berdiri sendiri, dalam arti tidak dibarengi dengan bahasa verbal. Akan tetapi, bisa juga bahasa tubuh sebagai penguat bahasa verbal.

Dialog yang diucapkan oleh seorang pemeran mempunyai peranan yang sangat penting dalam pementasan naskah drama atau teks lakon. Hal ini disebabkan karena dalam dialog banyak terdapat nilai-nilai yang bermakna. Jika lontaran dialog tidak sesuai sebagaimana mestinya, maka nilai yang terkandung tidak dapat dikomunikasikan kepada penonton. Hal ini merupakan kesalahan fatal bagi seorang pemeran. Ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh seorang pemeran tentang fungsi ucapan, yaitu sebagai berikut.
a.    Ucapan yang dilontarkan oleh pemeran bertujuan untuk menyalurkan kata dari teks lakon kepada penonton.
b.    Memberi arti khusus pada kata-kata tertentu melalui modulasi suara.
c.    Memuat informasi tentang sifat dan perasaan peran, misalnya: umur. kedudukan sosial, kekuatan, kegembiraan, putus asa, marah, dan sebagainya.
d.    Mengendalikan perasaan penonton seperti yang dilakukan oleh musik.
e.    Melengkapi variasi.

Ketika pemeran mengucapkan dialog harus mempertimbangkan pikiran- pikiran penulis. Jika pemeran melontarkan dialognya hanya sekedar hasil hafalan saja, maka dia mencabut makna yang ada dalam kata-kata. Ekspresi yang disampaikan melalui nada suara membentuk satu pemaknaan berkaitan dengan kalimat dialog. Proses pengucapan dialog mempengaruhi ketersampaian pesan yang hendak dikomunikasikan kepada penonton.

a.    Persiapan

Sebelum melakukan latihan olah suara sebaiknya mempelajari organ produksi suara. Organ produksi suara pada manusia terbagi menjadi tiga, yaitu organ pernafasan, resonator, dan organ pembentuk kata. Organ pernafasan terdiri dari hidung, tekak atau faring, pangkal tenggorokan atau laring, batang tenggorokan atau trakea, cabang tenggorokan atau bronkus, paru-paru, serta pita suara. Resonator terdiri dari: rongga hidung, rongga mulat, dan rongga dada. Sedangkan organ pembentuk kata terdiri lidah, bibir, langit-langit mulut, dan gigi.

Hidung atau nasal adalah saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang, dipisahkan oleh sekat dan di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, kotoran-kotoran yang masuk dalam rongga hidung. Fungsi dari hidung adalah bekerja sebagai saluran keluar masuknya udara. Tekak atau faring adalah tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Letak tekak terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung dan mulut pada bagian depan ruas tulang leher. 

pangkal tenggorokan atau laring adalah saluran udara dan bertindak sebagai pembentukkan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebrata servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Batang tenggorokan atau trakea adalah merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh enam belas sampai dengan dua puluh cincin tulang rawan dan berbentuk kuku kuda atau huruf “C”. Trakea diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar dan hanya bergerak ke arah luar. Fungsi bulu getar ini adalah mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara. Cabang tenggorokan atau bronkus adalah lanjutan dari trakea yang terdiri dari dua buah cabang yang menuju paru-paru. Paru-paru adalah organ tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung dan berjumlah kurang lebih 700.000.000 (tujuh ratus juta) gelembung di paruparu kanan dan kiri.

b.    Pemanasan

Setelah mengetahui macam-macam, letak, dan fungsi dari organ produksi suara, maka latihan pemanasan siap dilakukan. Fungsi pemanasan ini adalah mengendorkan otot-otot organ produksi suara. Latihan pemanasan olah suara diawali dengan senam wajah, senam lidah, dan senam rahang. Pedoman latihan olah suara adalah sebagai berikut.
-    Konsentrasi dan sadar pada pekerjaan. Kesadaran ini akan memicu kepada ingatan kita.
-    Santai dan lakukan pengulangan-pengulangan dalam latihan ini karena otot- otot organ tubuh kita bukan suatu hal yang mekanis tetapi lebih bersifat ritmis.
-    Hindari keteganggan dan lakukan segala sesuatu dengan wajar secara alami.
 -    Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, jangan lakukan latihan secara terburu-buru. Beri kesempatan otot-otot dan persendian untuk menyesuaikan khendak kita.
-    Lakukan semua latihan ini dimulai dari tempo lambat sampai dengan tempo cepat.

1)    Senam Wajah

-    Dahi dikerutkan ke atas, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
-    Arahkan otot-otot wajah ke kanan, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
-    Arahkan otot-otot wajah ke kiri, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
-    Arahkan otot-otot wajah ke bawah, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
-    Buka mulut selebar mungkin, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
-    Bibir dikatupkan dan arahkan ke depan sejauh mungkin, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
-    Bibir dikatubkan dan arahkan ke kanan sejauh mungkin, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
-    Bibir di katupkan dan arahkan ke kiri sejauh mungkin, tahan, dan lepaskan.
Lakukan latihan ini 8 kali.
-    Bibir ditarik ke belakang sejauh mungkin sampai kita meringis, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
-    Bibir dikatupkan dan putar searah jarum jam, lakukan 8 hitungan, terus kearah sebaliknya, 8 kali.
-    Ucapkan u...o...o...o...a... ( huruf o diucapkan seperti pada kata soto), kemudian diucapkan dengan sebaliknya. Posisi lidah tetap datar pada mulut, tenggorokan tetap terbuka lebar dan rahang rileks.
-    Ucapkan me...mo...me...mo...me...mo...me...mo...me (me diucapkan seperti pada kata medan).

2)    Senam Lidah

-    Lidah dijulurkan sejauh mungkin, tahan dan tarik sedalam mungkin, lakukan 8 kali.
-    Lidah dijulurkan dan arahkan ke kanan dan ke kiri secara bergantian, lakukan 8 kali.
-    Lidah dijulurkan dan putar searah jarum jam terus kebalikannya, lakukan 8 kali.
-    Bibir dikatupkan, rahang diturunkan dan lidah diputar di dalam mulut searah jarum jam terus kebalikannya. Lakukan 8 kali.
-    Lidah ditahan di gigi seri, terus hentakkan. Lakukan 8 kali.
-    Membunyikan errrrr................, errrrrrr.    berulang - ulang. Latihan ini
berfungsi untuk melemaskan lidah.
-    Ucapkan    dengan    cepat:    fud...fud...fud...fud...fud    dah
fud...fud...fud...fud...fud. dah. lakukan latihan ini sesering mungkin.

3)    Senam Rahang Bawah

-    Gerakkan rahang bawah dengan cara membuka dan menutup, lakukan 2 x 8 hitungan.
-    Gerakkan rahang bawah ke kiri dan kanan secara bergantian, lakukan 2 x 8 hitungan.
-    Gerakkan rahang bawah ke depan dan ke belakang secara bergantian.
Lakukan 2 x 8 hitungan.
-    Gerakkan rahang bawah melingkar sesuai dengan arah jarum jam dan ke arah sebaliknya, lakukan 8 hitunngan searah jarum jam dan 8 hitungan kearah sebaliknya.
-    Ucapkan dengan riang, ceria, gembira dan rileks: da....da....da.... da.....
da..... da.... kemudian la....la.....la....la.....la.....la.    Latihan ini bisa dengan
huruf konsonan yang lain yang digabung dengan huruf vokal a.

4)    Latihan Tenggorokan

- Ucapkan lo...la...le...la...lo...- lo...la...le...la...lo...- lo...la...le...la...lo. Lakukan
latihan ini dengan santai, semakin lama semakin keras teatpi tenggorokan jangan teggang.
-    Nyanyikan   dengan    tenggorokan    tetap    terbuka    la...la...la...la...laf...
la...la...la...la...los... – la...la...la...la...lof...

5)    Berbisik

-    Lafalkan huruf vokal (a...i...u...e...o...) tanpa mengeluarkan suara. Dalam latihan ini yang diutamakan adalah kontraksi otot-otot bibir, wajah dan rahang.
-    Lafalkan huruf c... d... l... n... r... s... t... tanpa mengeluarkan suara. Latihan ini juga berfuungsi untuk melenturkan lidah.
-    Lafalkan huruf konsonan dengan tanpa mengeluarkan suara.
-    Lafalkan kata dan kalimat pendek tanpa mengeluarkan suara. Latihan ini diutamakan pengejaan tiap suku kata, baik dalam kata maupun dalam kalimat.

6)    Bergumam

Fungsi bergumam adalah sebagai pemanasan organ produksi suara. Tahap latihan berguman adalah sebagai berikut.
-    Tarik nafas, tahan, dan hembuskan dengan cara bergumam., fokus gumaman ini pada rongga dada. Rasakan getaran pada rongga dada pada waktu kita bergumam. Lakukan latihan ini 8 kali.
-    Tarik nafas, tahan, dan hembuskan dengan cara bergumam., fokus gumaman ini pada batang tenggorokan atau trakea. Rasakan getaran pada batang tenggorokan pada waktu kita bergumam. Lakukan latihan ini 8 kali.
-    Tarik nafas, tahan, dan hembuskan dengan cara bergumam, fokus gumaman ini pada rongga hidung atau nasal. Rasakan getaran pada rongga hidung pada waktu kita bergumam, biasanya ujung hidung akan terasa gatal. Lakukan latihan ini 8 kali.

7)    Bersenandung

Fungsi latihan bersenandung adalah untuk pemanasan organ produksi suara sekaligus untuk melatih penguasaan melodi.
-    Tarik nafas, tahan, dan hembuskan sambil bersenandung. Lakukan latihan ini mulai dari nada rendah sampai nada yang tinggi. Misalnya dengan suku kata NA disenandungkan sesuai dengan tangga nada (do, re, mi, fa, sol, la, si, do). Lakukan 8 kali pengulangan.
-    Tarik nafas, tahan, dan hembuskan sambil bersenandung dengan tidak sesuai tangga nada.

8)    Artikulasi

Artikulasi adalah hubungan antar otot, hubungan antara yang dikatakan dan cara mengatakanya. Artikulasi adalah satu ekspresi suara yang kompleks. Ekspresi suara dalam teater bersumber dari wicara tokoh atau dialog antar tokoh. Dialog yang ditulis oleh penulis naskah seperti sebuah partitur musik yang penuh dengan irama, bunyi-bunyian, tanda-tanda yang dinamis, yang semuanya dibutuhkan untuk karakter peran. Dalam latihan artikulasi yang perlu diperhatikan adalah bunyi suara yang keluar dari organ produksi suara. Bunyi suara meliputi bunyi suara nasal (di rongga hidung), dan bunyi suara oral (di rongga mulut). Bunyi nasal muncul ketika langit-langit lembut di rongga mulut diangkat dan diturunkan, dan membuka jalan untuk aliran udara lewat menuju rongga hidung. Di dalam tongga hidung udara beresonansi menghasilkan bunyi. Bunyi nasal meliputi huruf m, n, ny, dan ng.

Bunyi suara dibagi menjadi dua, yaitu bunyi suara vokal dan bunyi suara konsonan. Bunyi vokal atau huruf hidup diproduksi dari bentuk mulut yang terbuka, misalnya a, i, u, e, o, dan diftong (kombinasi dua huruf hidup, misalnya au, ia, ai, ua dan lain-lain). Bunyi konsonan diproduksi ketika aliran nafas dirintangi atau tertahan di mulut. Bunyi konsonan dipengaruhi posisi dimana aliran udara dirintangi dan seberapa besar rintangannya. Misalnya, gutural yaitu bagian belakang lidah menyentuh bagian belakang mulut akan menghasilkan bunyi yang berisik dan tidak jelas. Palatal belakang, yaitu bagian belakang lidah diangkat dan bersentuhan dengan langit-langit lembut akan menghasilkan huruf seperti g.
Palatal tengah, yaitu bagian tengah lidah diangkat dan bersentuhan dengan langit-langit keras akan menghasilkan bunyi k. Dental, yaitu lidah digunakan bersama dengan bagian gusi belakang gigi depan di atas dan menghasilkan bunyi t. Labial, yaitu bibir bagian bawah bersatu dengan gigi bagian atas untuk membuat bunyi huruf f atau bibir dengan bibir bersatu untuk membuat bunyi huruf b. Resonansi konsonan lebih kecil tetapi lebih tajam dibandingkan dengan bunyi resonasi huruf hidup. Konsonan berarti, “berbunyi dengan”. Hal ini mengindikasikan bahwa bunyi konsonan tidak bisa menciptakan satu suku kata tetapi harus dikombinasikan dengan huruf hidup atau vokal.

9)    Intonasi

 Intonasi (intonation) adalah nada suara, irama bicara, atau alunan nada dalam melafalkan kata-kata, sehingga tidak datar atau tidak monoton. Intonasi menentukan ada tidaknya antusiasme dan emosi dalam berbicara. Fungsi intonasi adalah membuat pembicaraan menjadi menarik, tidak membosankan, dan kalimat yang diucapkan lebih mempunyai makna. Intonasi berperan dalam pembentukan makna kata, bahkan bisa mengubah makna suatu kata.

Seorang pemeran harus menguasai intonasi dalam suara, karena dengan suara ia akan menyampaikan pesan-pesan yang terkandung dalam naskah lakon. Maka dari itu, latihan penguasaan penggunaan intonasi suara menjadi hal yang sangat penting bagi seorang pemeran. Kekurangan-kekurangan atau hambatan terhadap intonasi suara akan merugikan. Intonasi dapat dilatih melalui jeda, tempo, timbre, dan nada.

-    Jeda adalah pemenggalan kalimat dengan maksud untuk memberi tekanan pada kata dan berfungsi untuk memunculkan rasa ingin tahu lawan bicara, maupun penonton. Syarat penggunaan jeda adalah harus ada yang ditonjolkan atau dikesankan kepada lawan bicara maupun kepada penonton, baik penonjolan pada kata maupun nada bicara. Terlalu banyak penggunaan jeda akan berakibat terlalu banyak penonjolan. Jadi dalam penggunaan jeda kita harus hemat dan selektif.

-    Tempo adalah cepat lambatnya suatu ucapan. Fungsi tempo adalah untuk menekankan suatu kata yang kita harapkan masuk ke alam bawah sadar penonton maupun lawan bicara. Tempo dalam teater tidak seperti dalam musik yang bisa dihitung atau diberi tanda tertentu, misalnya empat perempat, tiga perempat, dua pertiga. Tempo dalam dialog adalah tempo yang tepat yaitu tempo yang tumbuh dari dalam jiwa pemeran yang diciptakan berdasarkan kebutuhan penggambaran situasi perasaan dan kejiwaan peran.

-    Timbre adalah warna suara yang memberi kesan pada kata-kata yang diucapkan. Untuk memunculkan timbre ini dilakukan dengan cara memperberat atau memperingan tekanan suara kita. Penggunaan timbre dalam suara adalah untuk memperbesar gema suara kita. Semakin bergema dan berat suara, kesan yang ditangkap oleh penonton adalah suatu kewibawaan. Semakin kecil gema dan ringan suara, kesan yang ditangkap adalah suara yang tidak berwibawa.

-    Nada adalah tinggi rendahnya suara. Nada sangat berpengaruh pada makna kata yang disampaikan kepada komunikan. Kata yang diucapkan bisa berubah makna ketika nada yang digunakan tidak tepat. Misalnya kata “pergi”, ketika nada yang digunakan pada kata tersebut tidak benar bisa bermakna tanya, menyuruh, mengusir, atau makna yang lain sesuai dengan nadanya.



Sumber    

: Buku Teater Untuk SMK Jilid 2, Bab IV Penulis; Eko Santosa, Dkk.

: Modul PKP Berbasis Zonasi, Pemeranan Penulis; Heru Subagiyo

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar