Nilai Seni: Nilai Ekstrinsik dan Intrinsik dalam Seni Rupa
jenis nilai
seni vang terdapat dalam suatu karya seni menurut Gie (l976) dapat
dikelompok dan dibedakan dalam 2 ragam atau tipe nilai (type of values)
yakni: nilai intrinsik dan nilai ekstrinsik.
Nilai intrinsik
merupakan sarana untuk mencapai suatu tujuan atau kepentingan karya seni
itu sendiri (consummatory value). Dengan kata lain, keberadaan nilai
seni suatu karya seni adalah untuk menyampaikan kualitas tertentu dari
bentuk fisik objek estetik yang kasat mata. Nilai estetis positif dan
negatif termasuk dalam kategori nilai intrinsik.
Sedangkan nilai ekstrinsik merupakan sarana untuk mencapai suatu tujuan atau kepentingan lainnya (instrumental value). Dengan kata lain, keberadaan nilai dalam karya seni untuk menyampaikan nilai pengetahuan dan nilai kehidupan. Dalam hal ini yang lebih penting adalah makna dan pesan yang terkandung di dalam karya seni. Pada umumnya termasuk nilai ekstrinsik adalah nilai pengetahuan dan nilai kehidupan yang menampilkan ciri-ciri bentuk fisik estetik maupun non-estetik.
Problem estetika lainnya yang berhubungan dengan substansi keindahan adalah persoalan sumber keindahan atau nilai estetik. Muncul pertanyaan apakah keindahan itu merupakan sesuatu yang ada pada karya seni ataukah sesungguhnya hanya terdapat dalam alam pikiran dan perasaan dari orang yang mengamati, menikmati karya seni tersebut? Penjelasan dari problem tersebut dalam sejarah estetik melahirkan teori objektif dan teori subjektif.
Teori objektif menyatakan bahwa nilai estetis melekat dan terpancar secara objektif berdasarkan realitas metafisis dan alami dari karya seni. Ciri-ciri atau kualitas yang menciptakan keindahan atau nilai estetis pada suatu karya seni adalah perimbangan antara bagian-bagian dalam karya seni. Pendapat lain menyatakan bahwa nilai estetis itu tercipta apabila terpenuhinya azas-azas tertentu mengenai bentuk estetik (aesthetic form) dari suatu karya seni (Ratna, 2007). Teori objektif dianut oleh Gustav Theodor Fechner, Clive Bell, De Witt Parker, Hegel, Earl of Shaftesbury dan David Hume. Sementara itu, teori subjektif didukung oleh lmmanuel Kant, Edmund Burke, George Santayana, dan Benedetto Croce.
Teori subjektif menyatakan bahwa nilai estetis yang merupakan tanggapan perasaan dan pencerapan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda/karya seni. Sesungguhnya tidak ada ciri-ciri atau kualitas yang menciptakan keindahan atau nilai estetis pada suatu benda/karya seni. Adanya keindahan semata- mata tergantung alam pikiran dan pencerapan dari penikmat seni (Ratna, 2007). Teori subjektif berpendapat bahwa nilai seni ini ditentukan oleh tanggapan alam pikiran dan pencerapan si pengamat atau apresiator dan bukan ditentukan oleh bentuk/wujud fisik karya seni.
Masih ada pendapat lainnya dari teori campuran yang
menyatakan bahwa keindahan atau nilai seni/estetik terletak dalam
sesuatu hubungan antara nilai bentuk/fisik suatu karya seni dengan nilai
subjektif (nilai isi) berupa tanggapan perasaan atau alam pikiran
penikmat seni.
source: modul pppk seni rupa
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar