Nilai Seni/Estetik: Nilai Keindahan, Nilai Kognitif dan Nilai Kehidupan


Nilai Seni/Estetik: Nilai Keindahan, Nilai Kognitif dan Nilai Kehidupan


Dalam konsep estetika modern abad ke-18, para pakar estetika lebih banyak berbicara tentang seni dan pengalaman estetis, karena definisi nilai keindahan bukan lagi dipandangan sebagai pengertian abstrak melainkan gejala konkret yang dapat ditelaah dengan pengamatan secara empiris dan penguraian secara sistematis (Gie, 1976). Mulai saat itu berkembang pemikiran filosofis tentang pengertian, konsep, dan teori-teori seni yang mengakomodasi perkembangan praktik kesenian dari masa ke masa.
Apa yang disebut indah atau estetik pada dasarnya bersifat kontekstual dengan kebudayaan. Setiap kelompok setiap zaman memiliki ukuran atau kriteria nilai keindahan sendiri. Dalam hal ini penting dipahami bahwa seni dan keindahan bukanlah sebuah benda (artefak), melainkan suatu konsep nilai yang akan berubah seiring dengan perkembangan kebudayaan.
 
Sebuah benda yang pada mulanya bukan karya seni, beberapa masa kemudian dapat dianugerahi predikat sebagai benda atau karya bernilai seni, demikian pula sebaliknya. Sebagai contoh karya seni rupa Dadaisme dari seniman Perancis Marcel Duchamp (1964) yang menggunakan found object (benda temuan) sebagai idiom estetik dalam karya seni.

Marcel Duchamp, secara revolusioner mendemonstrasikan bahwa seni dapat dibuat dari benda-benda keseharian yang paling biasa yaitu sebuah benda jadi berupa urinal (tempat urin/air seni) yang dipasang terbalik dan diberi tandatangan dengan nama samaran R-Mutt. Karya Duchamp yang diberi judul “Fountain” ini secara ironis malah menjadi sebuah tonggak sejarah seni yang signifikan dan ditulis dalam buku sejarah seni (Marianto, 1992). Dalam karya Duchamp yang menjadi dasar penilaian bukan keindahan dimensi fisik atau keindahan positif, melainkan kreativitas konseptual dalam memilih idiom estetik dan penyajian karya yang tak lazim (unconventional) dari seniman dalam memvisualkan konsep karyanya. Realitas visual ini membuktikan bahwa konsep seni dan keindahan akan berubah dan relatif sifatnya sejalan dengan perkembangan sosial dan budaya masyarakatnya.

1.    Pengertian Nilai Seni/Estetik

Secara umum kata nilai diartikan sebagai harga, kadar, mutu atau kualitas. Untuk mempunyai nilai maka sesuatu harus memiliki sifat-sifat yang penting dan bermutu atau berguna dalam kehidupan manusia. Dalam estetika, nilai diartikan sebagai keberhargaan (worth) dan kebaikan (goodness). Nilai berarti suatu ide pokok yang paling baik, yang menjunjung tinggi dan menjadi pedoman manusia,/ masyarakat dalam bertingkah laku, cinta keindahan, keadilan (Koentjaraningrat, 1984).

Nilai seni dipahami dalam pengertian kualitas yang melekat pada karya seni. Nilai- nilai yang dimiliki karya seni merupakan manifestasi dari nilai-nilai yang dihayati oleh seniman/seniwati dalam lingkungan sosial budaya masyarakat yang kemudian diekspresikan dalam wujud karya seni dan dikomunikasikan kepada publik seni.

2.    Ragam Nilai Seni

Dalam perkembangannya, karya seni diciptakan tidak selalu untuk menyenangkan perasaan manusia. Karya seni dapat rnemberikan perasaan kaget, terkejut, terteror, namun tetap memberikan nilai-nilai lain yang diperlukan manusia, seperti perenungan, pemikiran, ajakan, penyadaran, pencerahan. Jenis nilai dalam seni mencakup: (1) nilai keindahan (esthetic value), (2) nilai pengetahuan (cognitive value), dan (3) nilai kehidupan (life value), masing-masing mempunyai pengertian sebagai berikut:

a.    Nilai Keindahan

Nilai keindahan merupakan salah satu persoalan estetis yang menurut cakupan pengertiannya dapat dibedakan menurut luasnya pengertian, yakni: (1) keindahan dalam arti luas (keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan intelektual), (2) keindahan dalam arti estetis murni, dan (3) keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
 
Pengertian keindahan dalam arti luas merupakan persoalan filsafat yang jawabannya beragam, memiliki makna ganda untuk menyebut pelbagai hal, bersifat longgar mencakup bermacam-macam ciri dan nilai subjektif untuk menyatakan penilaian pribadi terhadap sesuatu yang menyenangkan atau memuaskan.
Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan pada prinsipnya mengkaji tentang hakikat keindahan dan kriteria keindahan yang terdapat di alam, dalam karya seni dan benda-benda lainnya. Misalnya, orang dapat menilai indah suatu pemandangan matahari terbit di tepi pantai; sebuah lukisan abstrak dinilai indah karena warna-warnanya yang selaras atau kontras.

Sementara itu, keindahan dalam arti estetis murni adalah kesatuan atau keselarasan dari hubungan-hubungan bentuk fisik dari suatu benda/karya seni yang terdapat diantara pencerapan-pencerapan inderawi yang menimbulkan kesenangan dan kepuasan estetik pada manusia yang menikmati dan mengapresiasinya. Misalnya, orang dapat menilai indah sebuah patung atau lukisan dari keharmonisan, kesatuan antara proporsi bentuk dengan unsur-unsur rupa lainnya.

Menurut estetika modern Barat karya lukis ada yang memiliki nilai keindahan positif dan negatif. Sebagai contoh, nilai keindahan positif pada karya lukis dekoratif dari Batara Lubis yang berjudul “Pedagang Mainan” terlihat secara nyata terekspresikan melalui warna-warna yang cerah dan kontras, corak garis dan motif dekoratif serta komposisi yang harmonis.

Dewasa ini, keindahan positif tidak lagi menjadi tujuan yang paling penting dalam berkesenian. Sebagian seniman beranggapan lebih penting mengguncang publik dengan nilai keburukan dari pada menyenangkan atau memuaskan mereka (Gie, 1976). Kecantikan juga tak abadi, waktu dan perilakulah yang memudarkan. Karya seni sejak lama menjadi lahan kontemplatif dan sekaligus kontradiktif, membincangkan hidup yang menyimpan kerapuhan-kerapuhanm seperti: tragedi, kebinasaan, keputusasaan, kekerasan dan terror yang divisualkan dalam seni melalui peristiwa yang memilukan. Contoh nilai ugliness dalam karya seni dapat dilihat pada karya lukis Tanto Sutianto yang berjudul “Ugly Boy” dan karya lukis William de Kooning yang berjudul “Woman, I”. Secara visual tampilan fisik dari objek terlihat jelek/buruk.

b.    Nilai Pengetahuan

Nilai pengetahuan adalah kualitas sejumlah pengetahuan kognitif yang persoalan nilai-nilai sosial, budaya, etika, psikologi, dan pendidikan yang psikan sebagai pengalaman estetik. Nilai pengetahuan berkaitan erat dengan objektif atau peristiwa nyata. Sebagai contoh, karya poster (seni terapan) yang mengambil tema kesehatan dan lingkungan. Mencermati gambar dan teks pada poster tampak jelas informasi yang bernilai pengetahuan terkait kesehatan tentang gejala hipertensi dan info tentang air bersih. Karya poster merupakan medium seni yang efektif dan komunikatif dalam menyampaikan pesan visual ke publik seni atau masyarakat.

c.    Nilai Kehidupan

Nilai Kehidupan adalah nilai moral, nilai religi, nilai kemanusiaan yang merefleksikan cinta kasih, kebhinekaan, kebebasan, perdamaian, dan toleransi yang terungkap secara eksplisit dan implisit melalui penghayatan dan apresiasi seni. Nilai-nilai kehidupan (life values) dalam suatu karya seni menyajikan nilai yang non-estetik yang memberikan suatu perenungan, pemikiran, ajakan/persuasif bagi publik seni. Sebagai contoh, Anda dapat mencermati gambar berikut ini.


source: modul pppk seni rupa

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar