Pengertian Sosiologi Pendidikan Menurut Para Ahli


Pengertian Sosiologi Pendidikan Menurut Para Ahli
Pengertian Sosiologi Pendidikan Menurut Para Ahli


A. PENGERTIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI

1. David B. Brinkerhoft dan Lynn K. White 

           Brinkerhoft dan White (1989: 4 ) berpendapat bahwa sosiologi adalah studi sistematik tentang interaksi sosial manusia. Penekanannya pada hubungan dan pola interaksi, yaitu bagaimana pola-pola ini tumbuh kembang, bagaimana mereka dipertahankan, dan juga mereka berubah. Konsep interaksi sosial diartikan di sini sebagai suatu tindakan timbal balik antara dua orang atau lebih melalui suatu kontak dan komunikasi. Suatu tindakan timbal balik tidak akan terjadi bila tidak dilakukan oleh dua orang atau lebih.
              Definisi sosiologi dari Brinkerhoft dan White menempatkan manusia sebagai manusia yang aktif kreatif. Manusia adalah sebagai pencipta terhadap dunianya sendiri. Proses penciptaan ini berlangsung dalam hubungan interpersonal. Oleh karena itu, sosiologi yang dikembangkan lewat definisi ini ialah sosiologi mikro.

2. Paul B. Horton dan chester L Hunt 

          Horton dan Hunt (1987: 3) berpandangan bahwa sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat. Untuk memahami definisi ini, maka terlebih dahulu kita harus mengerti tentang batasan masyarakat. Banyak definisi tentang masyarakat yang telah dibuat oleh sosiolog (Soekanto, 1997). Dari sekian banyak definisi yang ada untuk kepentingan pemahaman batasan sosiologi pendidikan menarik untuk dipahami dua definisi masyarakat yang ada, yaitu definisi dari Horton dan Hunt (1987:59) dan Peter L. Berger (1966).
         Horton dan Hunt (1987: 59) mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah mandiri, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok ini. Definisi Horton dan Hunt ini relatif jelas tanpa diberi penjelasan tambahan, kecuali konsep kebudayaan.
         Adapun Horton dan Hunt (1987: 58) mendefinisikan kebudayaan sebagai segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat. Definisi Horton dan Huntini menempatkan manusia tidak hanya sebagai insan yang pasif yaitu mempelajari apa yang telah ada, tetapi juga sebagai insan yang aktif yaitu mengalami bersama secara sosial. Pada saat lahir di muka bumi, manusia diajari berbagai macam unsur budaya seperti pengetahuan, keyakinan, moral, hukum, dan adat istiadat oleh terutama orang tua dan anggota dewasa keluarga batih lainnya. Di samping itu, manusia memiliki pengalaman baru bersama yang berbeda dari pengalaman yang mereka warisi sebelumnya.
           Dengan definisi budaya seperti di sebut di atas, kata Horton dan Hunt (1987:58), seorang menerima kebudayaan sebagai bagian dari warisan sosial, dan pada gilirannya, dapat membentuk kebudayaan kembali dan mengenalkan perubahan-perubahan yang kemudian menjadi bagian dari warisan generasi yang berikutnya.

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN


              Pengertian pendidikan, secara sederhana, dapat merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pendidikan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari pengertian kamus terlihat bahwa melalui pendidikan: satu, orang mengalami pengubahan sikap dan tata laku; dua, orang berproses menjadi dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tata laku; tiga, proses pendewasaan ini dilakukan melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut juga dipahami bahwa pendidikan merupakan proses, cara, dan perbuatan mendidik.

C. PENGERTIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI


                Sosiologi pendidikan berasal dari dua kata, sosiologi dan pendidikan (Padil, 2007). Dalam dunia pendidikan, senantiasa memerlukan ilmu-ilmu lain yang dapat mendukung dan menunjang perkembangan pendidikan, diantaranya sosiologi. Sesuai dengan subyek pendidikan, yaitu manusia, maka secara langsung pendidikan membahas tentang perilaku manusia, sehingga bisa menjadi manusia yang baik, sebagai makhluk sosial dan makhluk individu. Sebagai makhluk individu, pendidikan memerlukan ilmu psikologi, tetapi sebagai makhluk sosial, pendidikan memerlukan ilmu sosial. 
             Berdasarkan pemikiran di atas, sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang masyarakat. Menurut Emile Durkheim (1858-1917) masyarakat itu terdiri atas kelompok-kelompok manusia yang hidup secara kolektif. Kehidupan masyarakat selalu memerlukan interaksi antara satu dengan yang lain, baik secara individu maupun kelompok. Seorang sosiolog Alvin Bertrand memahami sosiologi adalah sebagai suatu ilmu yang mempelajari dan menjelaskan tentang hubungan antar manusia (human-relationship), yaitu hubungan manusia dalam segala aspek kehidupan. Mayor Polak mendefinisikan sosiologi yang lebih terperinci, yaitu sosiologi dipandang sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis.
            Dengan demikian, sosiologi itu adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia dalam hidup di tengah-tengah masyarakat. Unsur utama dalam sosiologi itu adalah interaksi, masyarakat, proses, dan kehidupan (Padil, 2007).Pada umumnya, interaksi dilakukan oleh dua manusia atau lebih untuk melaksanakan tugas kehidupan. Tugas kehidupan melalui proses panjang yang harus dijalankan oleh manusia berdasarkan tujuan dan kebutuhan. Sebenarnya terjadinya interaksi sosial didorong oleh kebutuhan manusia dalam hidupnya. Sejauh mana manusia akan melakukan interaksi komunikasi, tergantung kepada besar-kecilnya kebutuhan hidup manusia. 
             Berdasarkan pengertian sosiologi di atas yang menitikberatkan kepada hubungan antar manusia, sangat mendukung terhadap proses pendidikan secara umum. Apabila dilihat dari pengertiannya, pendidikan berasal dari kata "didik” mendapat awalan pe dan akhiran -an menjadi pendidikan yang mengandung arti perbuatan (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani, paedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diterjemahkan dari kata education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab, pendidikan diterjemahkan dari kata tarbiyah (Padil, 2007).
           Pengertian pendidikan telah menjadi bahasan para tokoh pendidikan yang mempunyai daya tekan yang berbeda. Dari beberapa definisi pendidikan ini, ada titik temu dalam hal tujuan pendidikan. Secara sederhana, pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa. Menurut Imam Barnadib, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Menurut Zuhairini, pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Definisi lain dijelaskan dalam ensiklopedia pendidikan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar memfasilitasi orang sebagai pribadi yang utuh sehingga teraktualisasi dan terkembangkan potensinya mencapai taraf pertumbuhan dan perkembangan yang dikehendaki melalui belajar. Dari beberapa definisi pendidikan di atas dapat diambil unsur-unsur pokok antara lain (Padil, 2007):

1.usaha : kegiatan yang bersifat membimbing dan dilakukan secara sadar
2 pendidik : pembimbing 
3. peserta didik : orang yang dibimbing
4. bimbingan : dilakukan berdasarkan tujuan dan dasar yang kuat
5. potensi : kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik
           Dari pengertian sosiologi dan pendidikan di atas, kemudian disatukan yang dapat membentuk satu pengertian baru, yaitu pengertian sosiologi pendidikan. Para ahli telah memberikan sumbangan pemikirannya, terutama dalam mendefinisikan sosiologi pendidikan. Berikut ini beberapa definisi dari pendapat para ahli.

1. Menurut Dictionary of Sociology,

 Sosiologi Pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental

2. E. George Payne,

 sosiologi pendidikan adalah the science which describes and explains the institution, social groups and social processes, that is the social relationship in which or through which the individual gains and organizes his experiences.

3. Charles A. Ellwood.

         Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang maksud hubungan hubungan antara semua pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial

4. Menurut F.G. Robbins, 

        Sosiologi Pendidikan adalah sosiologi khusus bertugas menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan

5. FG. Robbin dan Brown.

         Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang membacakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip mengontrolnya.

6. EB. Renter, 

sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisis evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia dan dibatasi pengaruh pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap-tiap individu. Jadi, prinsipnya antara individu dengan lembaga-lembaga sosial saling mempengaruhi

7. Menurut S. Nasution, 

        sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik

8. Menurut Drs. Ary H. Gunawan,

          Sosiologi Pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.

9. Cook dan cook

           Sosiologi pendidikan adalah penerapan pengetahuan dan teknik(penelitian) sosiologi untuk masalah-masalah pendidikan dalam lapangan hubungan antar manusia dan kesejahteraan material 

10. Menurut HP Fairchild 

       Sosiologi Pendidikan adalah Sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.

11. Menurut Charles A Ellwood, 

        Educational Sociology is the science which aims to reveal the connections at all points between the education process and the social process. Bahwa Sosiologi Pendidikan adalah Ilmu Pengetahuan yang mempelajari atau bertujuan untuk melahirkan maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dengan proses sosial

12. Menurut Dr. Ell Wood 

         Educational Sociology should be centered about the process of inter learning, learning from one another. Sosiologi Pendidikan adalah Ilmu Pengetahuan yang mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan orang lain.

13. pendapat dari W. Dodson,

 Educational Sociology is interested in the impact of the total cultural milieu in which and through which experiences is acquired and organized. It is interested in finding out how to manipulated the educational process (social control) to active better personality development. Demikianlah pendapat dari W. Dodson, jelas kiranya bahwa sosiologi pendidikan itu mempersoalkan pertemuan dan pencampuran daripada lingkungan sekitar kebudayaan secara totalitas, dimana dalam aktivitas tersebut terbentuklah tingkah laku, dan sekolah dianggap sebagai daripada total cultural milieu sedang sosiologi pendidikan memperbincangkan dan berusaha menemukan bagaimana memanipulasikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian.

14. Menurut J.L. Gillin and J.P. Gillin dalam bukunya Cultural Sociology,

            bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.

15. pendapat dari R.B.S. Fudyartanto.

Ada lagi yang berpendapat sosiologi pendidikan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan (dari ilmu jiwa pendidikan) yang membahas proses interaksi sosial anak-anak mulai dari keluarga, masa sekolah sampai dewasa serta dengan kondisi sosio cultural yang terdapat di dalam masyarakat dan negaranya, demikianlah pendapat dari R.B.S. Fudyartanto.

16. Pendapat ALTHANS,

 ialah situasi terhadap interaksi daripada individu dan lingkungan sekitarnya, yang mencakup individu-individu lain, kelompok-kelompok sosial, pada tingkah laku atau kebudayaan.

17. Menurut HP. Fairchild 

dalam bukunya Dictionary of Sociology dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied sociology.
              Dari beberapa pengertian sosiologi pendidikan di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan dengan sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari permasalahan-permasalahan pendidikan dan berusaha untuk mencari pemecahannya berdasarkan pendekatan sosiologis(Padil, 2007). EG. Payne menekankan pada prinsip-prinsip sosiologi bahwa dalam lembaga-lembaga pendidikan, kelompok-kelompok sosial, proses sosial terdapat interaksi sosial, di mana dengan interaksi sosial itu individu memperoleh dan mengorganisir pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Charles A. Ellwood menekankan kepada hubungan antara proses pendidikan dan proses sosial. Selama ini, antara proses sosial dan proses pendidikan berjalan sendiri-sendiri, yang menimbulkan problem yang berbeda-beda dan cara pemecahan yang berbeda pula. Dengan sosiologi pendidikan, keduanya dapat dipadukan sehingga problem-problem yang muncul dapat dipecahkan secara tuntas. FG. Robbin lebih menekan kepada fungsi hubungan sosial yang dapat mempengaruhi individu. Pengaruh tersebut harus berupa pengalaman yang berguna baginya. EB. Renter menyadari bahwa pengaruh pendidikan sangat besar dalam kehidupan manusia, sehingga pendidikan diharapkan dapat membentuk kepribadian manusia sesuai dengan nilai-nilai sosial. Apabila pendidikan tidak mampu mewarnai kepribadian manusia, maka pengaruh sosial lebih dominan dalam mempengaruhi kehidupan sosialnya. Sedangkan S. Nasution menekankan pada pembentuk kepribadian individual melalui proses pendidikan dan sosial.
          Pada awalnya sosiologi berkembang sesuai dengan obyek dan tujuannya sendiri, demikian pula pendidikan. Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan sangat cepat, progresif, dan kerap kali menunjukkan gejala "desintegratif (berkurangnya kesetiaan terhadap nilai-nilai umum)Perubahan sosial yang cepat menimbulkan cultural lag (ketinggalan kebudayaan akibat adanya hambatan-hambatan). Cultural lag ini merupakan sumber masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Masalah-masalah sosial juga dialami dunia pendidikan, sehingga lembaga-lembaga pendidikan tidak mampu mengatasinya. Maka para ahli sosiologi diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran untuk ikut memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental (Gunawan, 2003)

_________________
Sumber
Basrowi dan Suko Susilo, 2010, sosiologi pendidikan mengapa penting?, Bekasi: pustaka ilmu Nusantara.
Damsar, 2011, pengantar sosiologi pendidikan, Jakarta; kencana

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar