Model Pembelajaran Temuan Terbimbing


Temuan Terbimbing
Temuan Terbimbing 



A. Pengertian Model Temuan Terbimbing


    Menurut Sund dalam roetiyah(1991:20) discovery (penemuan) adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Suatu konsep misalnya: segitiga, panas, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prinsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
     Discovery melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.
     Temuan terbimbing adalah satu pendekatan mengajar di mana guru memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut. model ini efektif untuk mendorong keterlibatan dan motivasi siswa seraya membantu mereka mendapatkan pemahaman mendalam tentang topik-topik yang jelas. Eggen & kauchak(2012)
       Saat menggunakan model temuan terbimbing,  guru memberikan siswa contoh yang menggambarkan materi yang ingin mereka pahami. Kemudian, membimbing pikiran mereka saat mereka mengenali informasi penting di dalam contoh-contoh itu.  Didasarkan pada pandangan bahwa murid membangun pemahaman mereka sendiri tentang dunia ketimbang menyimpannya dalam bentuk yang sudah tertata, model ini menuntut guru untuk ahli dalam mengajukan pertanyaan dan membimbing pemikiran siswa.
Materi yang diajarkan dengan model temuan terbimbing terdiri dari
Konsep: kategori kategori dengan karakteristik umum Sebagai  contoh , garis sejajar, garis yang membentang ke timur dan barat, dan garis-garis yang mengukur jarak utara dan selatan ekuator (khatulistiwa) adalah karakteristik dari konsep garis lintang.
Generalisasi: satu pernyataan yang mengHubungkan konsep-konsep satu sama lain dalam pola-pola umum. Contoh Kutub magnet yang sama akan saling menolak, sementara kutub magnet berbeda akan saling menarik. Orang dengan pola makan tinggi lemak jenuh cenderung memiliki tingkat kolesterol tinggi dibandingkan orang dengan pola makan rendah lemak jenuh.

B. Merencanakan pelajaran menggunakan Model Temuan Terbimbing


Merencanakan pelajaran saat menggunakan Model Temuan Terbimbing melibatkan tiga langkah

1. Mengidentifikasi Topik

merencanakan satu pelajaran atau unit dimulai dengan satu topik . Topik-topik bisa datang dari standar, buku teks, panduan kurikulum, atau sumber-sumber lain, termasuk guru itu sendiri. Jika topiknya adalah konsep atau generalisasi, Model Temuan Terbimbing bisa digunakan secara efektif.

2. Menentukan Tujuan Belajar

Setelah mengidentifikasi topik,  kemudian  memutuskan hal apa yang  ingin siswa  ketahui tentang topik itu. Keputusan ini mengidentifikasi tujuan belajar, pernyataan yang menentukan apa yang semestinya diketahui, dipahami, atau mampu dilakukan siswa terkait topik tersebut. Tujuan belajar yang jelas itu penting karena memberikan kerangka kerja ketika merencanakan dan menerapkan pelajaran.

3. Menyiapkan Contoh dan Noncontoh

Setelah memutuskan secara tepat apa yang  ingin siswa  pahami atau mampu lakukan, kemudian membuat (atau menemukan) contoh dan noncontoh. Noncontoh terutama penting saat mengajarkan konsep-konsep yang saling terkait. Misalnya, jika siswa mempelajari konsep serangga, mereka arus diberikan contoh tentang laba-laba, yang terlihat seperti serangga tapi sebenarnya arachnid, satu kelas hewan yang berbeda. Dengan mengidentifikasi perbedaan di antara keduanya, seperti delapan kaki bagi laba-laba ketimbang enam kaki bagi serangga, murid cenderung untuk tidak mengacaukan keduanya. Penelitian menunjukkan bahwa konsep-konsep yang saling terkait paling efektif diajarkan bersama-sama (Tennyson & Cocchiarella, 1986), seperti mengajarkan konsep serangga dan arachnid, simile dan metafora, atau garis bujur dan garis lintang bersama-sarna. Contoh-contoh dari arachnid berfungsi sebagai noncontoh bagi serangga dan sebaliknya. Hal sama berlaku pula bagi simile dan metafora dan garis bujur dan garis lintang.

C. Menerapkan Pelajaran Menggunakan Model Temuan Terbimbing


      Setelah mengidentifikasi topik, menentukan tujuan  dan memilih atau membuat contoh. Kini,  siap memulai pelajaran. Menerapkan pelajaran menggunakan Model Temuan Terbimbing terdiri dari 4 fase

Fase 1: Pendahuluan

Fase 1 memulai pelajaran. Fase 1 diniatkan untuk menarik perhatian siswa dan memberikan kerangka kerja konseptual mengenai apa yang harus diikuti serta menetapkan fokus belajar. Fase ini bisa mulai dengan berbagai cara dan dapat terdiri dari pernyataan-pernyataan sederhana.

Fase 2: Fase Berujung-terbuka (Open-ended Phase)

Fase ini guru memberi siswa contoh dan meminta siswa untuk mengamati dan membandingkan contoh contoh.
Fase berujung-terbuka bertujuan mendorong keterlibatan siswa dan memastikan keberhasilan awal mereka.  Dalam memulai fase ini dengan berbagai cara:1. memberikan contoh dan meminta siswa mengenali pola pola di dalam contoh-contoh itu,dan kemudian meminta siswa bekerja berkelompok untuk mencari pola pola. 2. Guru dapat melaksanakan pelajaran dalam situasi kelas-utuh, memberi siswa satu contoh dan meminta mereka mengamati dan menggambarkannya, kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti, "Apa yang kalian amati dari contoh ini?" Karena banyak jawaban berbeda yang berterima, dia bisa memanggil sejumlah siswa yang berbeda dengan cepat dan mudah untuk mendorong tingkat keterlibatan tinggi di dalam pelajaran ini. 3. guru dapat memberikan satu contoh dan noncontoh serta meminta siswa untuk membandingkan keduanya.  bahkan dapat memulai dengan satu noncontoh dan meminta siswa menggambarkannya., pelajaran berlanjut dengan meminta siswa merespons pertanyaan berujung-terbuka (open-ended), pertanyaan-pertanyaan di mana beragam jawaban bisa diterima.

Fase 3: Fase Konvergen

Pada fase ini guru menanyakan pertanyaan pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing siswa mencapai pemahaman tentang konsep atau generalisasi .
Fase berujung-terbuka dirancang untuk memastikan keberhasilan siswa dan meningkatkan keterlibatan serta motivasi mereka. Akan tetapi, guru harus mempersempit rentang respons siswa dan membantu mereka mengidentifikasi karakteristik utama jika  mengajarkan konsep. Atau mengidentifikasi hubungan jika  mengajarkan generalisasi. membimbing siswa supaya respons mereka seragam terhadap satu tujuan belajar spesifik, ini disebut fase konvergen. Inilah fase di mana siswa secara aktual membangun pengetahuan mereka tentang konsep atau generalisasi.

Fase 4: Penutup dan Penerapan

Guru membimbing siswa memahami. Definisi suatu konsep atau pernyataan generalisasi dan siswa menerapkan pemahaman mereka ke dalam konteks.
Penutup terjadi kala siswa mampu secara lisan menyatakan karakteristik karakteristik dari konsep atau secara verbal menggambarkan hubungan yang ada di dalam generalisasi.
Fase 4 juga memberikan kesempatan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan mereka mengenali informasi yang tidak relevan, kemampuan yang merupakan keterampilan berpikir penting.

D. Kelebihan dan kekurangan model temuan terbimbing

      Sebagaimana semua pendekatan mengajar, Model Temuan Terbimbing memiliki kekuatan dan kelemahan. Misalnya, guru kerap mempertanyakan jumlah waktu yang mereka yakini akan dibutuhkan oleh model ini akibat jumlah interaksi yang ada. Juga, akibat fakta bahwa cukup banyak waktu dibutuhkan ketika siswa menjawab pertanyaan berujung-terbuka. Keprihatinan ini beralasan. Menggunakan model ini cenderung menyita lebih banyak waktu ketimbang kadar menjelaskan topik. Di sisi lain, menjelaskan kerap tidak berfungsi baik. siswa tidak mendengarkan secermat yang seharusnya dan mereka kerap memiliki konsepsi keliru tentang topik yang mereka pelajari. Tanpa tingkat interaksi yang tinggi, siswa cenderung mempertahankan konsepsi keliru tersebut.         
     Menggunakan Model Temuan Terbimbing menuntut keahlian guru yang cukup tinggi. Kebanyakan guru dapat belajar menyampaikan ceramah dan Penjelasan yang bisa diterima. Membimbing siswa mengembangkan pemahaman jauh lebih sulit. Akan tetapi, ketika sudah terbangun, pemahaman yang berasal lari pelajaran Temuan Terbimbing biasanya lebih mendalam dibandingkan pemahaman dari ceramah dan penjelasan (Mayer, 2008; Mayer & Wittrock, 2006). "Temuan terbimbing mungkin membutuhkan waktu lebih sedikit atau lebih banyak ketimbang mengajar dengan menggunakan pemaparan. Namun, temuan terbimbing cenderung menghasilkan retensi (penyimpanan) dan transfer jangka panjang lebih baik dibandingkan mengajar dengan pemaparan" (Mayer, 02; hal. 68). Juga, saat guru mengembangkan keahlian dengan Model Temuan terbimbing, melaksanakan pembelajaran Temuan Terbimbing bisa memberikan hasil sangat memuaskan. Membimbing siswa mengembangkan pemahaman jauh lebih mengasyikkan ketimbang sekadar menjelaskan topik yang ada kepada mereka. Model ini sangat fleksibel. tidak semua konsep seyogianya diajarkan lewat pendekatan Temuan Terbimbing. Akan tetapi, sebagai alternatif mengajar, itu bisa efektif untuk mendorong pemahaman mendalam tentang topik-topik dan pada saat yang sama menjadi mekanisme efektif untuk mendorong berpikir.





Sumber
Paul eggen & don kauchak, strategi dan model pembelajaran, jakarta: indeks, 2012
Roestiyah N K, strategi belajar mengajar, jakarta : rineka cipta, 1991

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar