Anak dengan Kesulitan Belajar Spesifik
1. Pengertian Anak dengan Kesulitan Belajar
Anak dengan kesulitan belajar dapat terlihat dari kemampuan prestasi akademik yang rendah, nilai yang kurang baik pada beberapa mata pelajaran, dan dalam penguasaan keterampilan belajar serta kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas spesifik dalam belajar. Namun kondisi ini tidak berhubungan langsung dengan tingkat intelegensi dari anak yang mengalami kesulitan.
ACALD (Association for Children and Adulth with Learning Disabilities ) menyatakan bahwa kesulitan belajar (kesulitan belajar khusus) adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, integrasi, dan/atau kemampuan verbal dan/atau nonverbal. Kesulitan belajar (kesulitan belajar khusus) tampil sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orang -orang yang memiliki intelegensi rata-rata hingga superior, yang memiliki sistem sensoris yang cukup dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula. Berbagai kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan dan derajatnya. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap harga diri, pendidikan, pekerjaan, interaksi sosial, dan/atau dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sepanjang kehidupan.
NJCLD (National Joint Communite on Learning Disabilities ) kesulitan belajar adalah kelompok gangguan heterogen yang diduga berasal dari faktor neurologis yang diwujudkan secara berbeda dengan level keparahan yang berbeda-beda pada setiap individu. Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan men dengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi matematika.
Selain itu NJCLD pun menyatakan bahwa kesulitan beajar adalah istilah umum untuk berbagai jenis kesulitan individu dalam membacaa , menulis, dan berhitung. Kondisi ini bukan karena kecacatan fisik atau mental, bukan juga karena pengaruh lingkungan, melainkan karena kesulitan indiv idu itu sendiri dalam mempersepsi dan memproses objek yang diinderainya.
Sedangkan menurut Samuel A. Kirk bahwa “ Children listed under the ca p t io n o f specific learning disablities are children who cannot be grouped under the traditional categories of exceptional children, but who show significant retardation in learning to talk , or who do not develop normal visual or auditory perceptio n , o r who have great difficulty in learning to read, to spell, to write, or to make arithmetic calculations”. Kesulitan belajar didefinisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual, memori, maupun ekspresif di dalam proses belajar. Peserta didik yang berkesulitan belajar memiliki ketidakteraturan dalam proses fungsi mental dan fisik yang bisa menghambat alur belajar yang normal, menyebabkan keterlambatan dalam kemampuan perseptual -motorik tertentu atau kemampuan bahasa.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan kesulitan dalam satu atau lebih bidang akademik, seperti meembaca , menulis, dan berhitung yang disebabkan oleh disfungsi neurologis. Selain kesulitan di bidang akademik kesulitan pun nampak dalam aspek perkembanga n seperti kesulitan dalam bahasa dan komunikasi, penyesuaian sosial, dan perseptual. Anak dengan kesulitan belajar dapat dikatakan juga memiliki prestasi belajar jauh dibawah potensi yang dimilikinya. Kondisi kesulitan belajar juga bukan karena kecacatan fisik atau mental, dan bukan juga karena pengaruh lingkungan, melainkan karena kesulitan individu itu sendiri dalam memperepsi dan memproses objek yang diinderainya
2. Penyebab anak dengan Kesulitan Belajar
Faktor penyebab anak kesulitan belajar telah diteliti dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, namun belum ada penyebab tunggal yang menjadikan seorang anak mengalami kesulitan belajar. Berikut ini adalah beberapa hipotesis yang menyebabkan anak kesulitan belajar menurut Robert Reid:
1) adanya kelainan sistem saraf pusat;
2) kerusakan sistem saraf pusat;
3) faktor genetik atau keturunan;
4) paparan racun yang terdapat di lingkungan seperti timbal atau logam berat lainnya; dan
5) pengaruh obat -obatan.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mulyono Abdurrahman bahwa penyebab kesulitan belajar adalah faktor internal yang memungkinkan adanya disfungsi neurologis yang disebabkan oleh faktor genetik, luka pada otak karena trauma fisik atau kekurangan oksigen, biokimia yang dapat merusak otak, gizi yang tida k memadai, dan pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan anak. Penyebab tersebut pun dinyatakan oleh Hidayat bahwa penyebab kesulitan belajar bersifat intrinsik (dari dalam diri anak), dan bukan karena faktor eksternal (dari luar diri anak) seperti: lingkungan atau sistem pendidikan, melainkan karena faktor disfungsi sistem saraf pusat.
Dari beberapa penyebab yang telah dikemukakan kesulitan belajar bukan dikarenakan oleh faktor dari luar diri anak, melainkan dikarenakan faktor dari dalam diri anak yang berasal dari keturunan, disfungsi neurologis , dan lainnya . Sedangkan lingkungan dan sistem pendidikan bukanlah penyebab dari anak kesulitan belajar, namun lingkungan dan sistem pendidikan juga dapat mempengaruhi kemampuan anak kesulitan belajar dalam belajar.
3. Karakteristik Anak dengan Kesulitan Belajar Spesifik
Bagi guru pengetahuan mengenai karakteristik anak kesulitan belajar sangat penting agar dapat memberikan layanan pendidikan melalui penerapan strategi yang tepat dalam proses pembelajaran.
Menurut Clement dalam Hallahan dan Kauffman ada beberapa ciri yang sering dijumpai pada anak kesulitan belajar, yaitu: 1) hiperaktif, 2)gangguan presepsi motorik, 3) emosi yang labil, 4) kurangnya koordinasi, 5) gangguan perhatian , 6 ) impulsif, 7) gangguan memori dan berpikir, 8) kesulitan pada akademik (membca, menulis, berhitung), 9) kesulitan dalam menyimak. Namun semua ciri ini tidak selalu ditemukan pada anak yang mengalami kesulitan belajar, adakalanya hanya beberapa ciri yang tampak.
Bersumber dari berbagai literatur diantaranya Benton & O’brian, Westwood, Reid & Ortiz, Lerner, dan Lovitt dapat disimpulkan karakteristik anak kesulitan belajar dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kesulitan dalam pemusatan perhatian dan hiperaktifitas.
Mempertahankan perhatian merupakan aspek yang penting untuk keberha s ilan dalam belajar, dan merupakan aktivitas yang tidak sederhana. Ada tiga aspek penting dari perhatian, yaitu: kemampuan menyelesaikan tugas, kemampuan mempertahankan fokus, dan kemampuan untuk mengidentifik asi informasi penting dan bermakna. Anak kesulitan belajar memiliki kesulitan dalam ketiga aspek tersebut. Seringkali anak kesulitan belajar mengabaikan informasi yang relevan, mengabaikan tugas yang harus dikerjakan dan mudah teralihkan.
b. Kesulitan dalam mengingat (memory) dan berpikir
c. Kesulitan dalam Persepsi dan koordinasi
d. Kesulitan dalam penyesuaian diri
4. Klasifikasi Anak dengan Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar mempengaruhi satu atau lebih proses penerimaan dan pengolahan informasi yang berkaitan dengan bidang akademik maupun kesulitan yang berhubungan dengan perkembangan. Kesulitan belajar dalam bidang akademik dan perkembangan memerlukan program pembelajaran yang berbeda- beda.
Kesulitan belajar menurut Mark Selikowitz dibagi menjadi dua kelompok kes ulitan belajar, yaitu kelompok pertama kesulitan dalam kemampuan dasar akademik diantaranya membaca (dyslexia), menulis (dysgraphia), mengeja (spelling), berhitung (diskalkulia) dan bahasa (aphasia), sedangkan kelompok kedua antara lain kesulitan pada kemampuan organisasi, mengontrol perilaku, kemampuan sosial, dan kemampuan koordinasi.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Lovitt dalam Mulyono Abdurrahman bahwa kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan yang mencakup hambatan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi dan kesulitan dalam penyesuaian sosial. Kelompok kedua yang berhubungan dalam bidang akademik yang termanifestasikan dalam kegagalan dalam prestasi akademik, yaitu kegagalan yang mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis dan berhitung.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu kesulitan belajar ber dasarkan aspek perkembangan dan kesulitan belajar dalam bidang akademik. Kesulitan belajar yang berdasarkan aspek perkembangan meliputi: kesulitan dalam memusatkan perhatian dan kontrol perilaku, kesulitan perseptual -motorik, kesulitan dalam organisasi, dan kesulitan dalam bahasa dan komunikasi. Sedangkan kesulitan belajar akademik meliputi: kesulitan membaca (dyslexia), kesulitan menulis (dysgraphia), dan kesulitan matematika (diskalkulia).
5. Identifikasi dan Asesmen Kesulitan Belajar pada Individu
Siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam hal pembelajaran dan pelayanan pendidikan tentulah tidak sama dengan siswa pada umumnya. Dalam hal ini ba ik guru maupun pihak sekolah harus memberikan pelayanan pendidikan yang
khusus baik dalam hal metode pembelajaran, penggunaan media, serta perana n guru dalam kegiatan belajar mengajar dan sebagainya yang dapat mendukung peningkatan diri siswa berkesulitan belajar.
Siswa yang berada dalam suatu kelompok belum tentu memiliki kemampuan dan karakteristik yang homogen, meskipun dalam usia siswa tersebut relatif sama. Oleh sebab itu, dalam menyusun perencanaan pembelajaran, seorang guru perlu melakukan analisis kemampuan awal dan karakteristik siswanya. Dalam melakukan analisis kemampuan dan karakteristik siswa, seringkali g uru membuat kesalahan dengan menganggap bahwa semua siswanya sama. Anggapan ini dapat mengakibatkan kegagalan dalam proses pembelajaran.
Kemampuan awal dan karakteristik siswa, seorang guru dapat menggunakan berbagai metode, diantaranya :
1). Melakukan tes kemampuan awal (pre-test),
2). Menggunakan data-data pribadi siswa yang telah tersedia,
3). Menggunakan wawancara,
4). Menggunakan angket atau kuesioner.
Setelah guru mengetahui kemampuan awal dan karakteristik siswa - siswanya, kemudian guru dapat melakukan asesmen. Asesmen sendiri adalah proses pengumpulan informasi tentang seorang anak yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak tersebut.
Menurut Salvia, Ysseldyke dan Bolt (2010) asesmen terhadap anak berkessulitan belajar ada lima tujuan, yaitu :
1) Penyaringan (screening) yaitu digunakan untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar dan membutuhkan pelayanan,
2) Penempatan yaitu digunakan untuk menentukan murid -murid pada program atau pelayanan yang sesuai,
3) Perencanaan program yaitu digunakan untuk menemukan program pengajaran baik secara individu maupun kelompok,
4) Evaluasi program yaitu ditujukan untuk mengetahui program pendidikan yangg dilakukan apakah efektif atau tidak, dan
5) Tinjauan kemampuan siswa yaitu untuk memonitor kemajuan murid.
Dalam memberikan pelayanan pendidikan guru harus membedakan pelayanan bagi siswa berkesulitan belajar dengan siswa yang normal. Dalam hal ini misalnya metode pembelajaran. Pada siswa berkesulitan bela jar, guru harus memberikan metode pembelajaran yang tepat bagi mereka. Dalam proses pembelajaran, seorang guru dalam memilih metode pembelajaran sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut :
1) Tujuan Pendidikan,
2) Kemampuan guru,
3 ) Kebutuhan siswa,
4) Isi atau materi pembelajaran.
6. Dampak Kesulitan Belajar terhadap Perkembangan Individu dan Kebutuhan Khususnya dalam Pendidikan
Anak berkesulitan belajar secara neuropsikologik menunjukkan gangguan pada kemampuan daya ingat, penglihatan maupun pendengaran, gangg uan pembentukan konsep, kesulitan membedakan bentuk objek dari latar belakangnya, gangguan orientasi spasial, kebingungan menentukan arah, gangguan perhatian dan persepsi.
Anak yang mengalami kesulitan belajar jika dilihat dari segi sosial, emosi dan akademik memiliki hasil belajar yang rendah, yaitu berada dibawah rata -rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau berada dibawah potensi yang dimilikinya sehingga hasil belajarnya tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya. Kesulitan belajar akademik biasanya terjadi setelah individu yang mengalami kesulitan belajar memasuki sekolah. Hal ini disebabkan karena kesulitan belajar tersebut tidak ditangani secara dini sehingga menghambat perkembangan akademik yang bermanifestasi pada kesukaran dalam mempelajar i satu atau dua mata pelajaran, seperti sukar dalam mempelajari matematika atau sukar dalam mempelajari bahasa, baik lisan maupun tulisan.
Kesulitan belajar pada bahasa akan mempengaruhi perkembangan individu yang berkesulitan belajar karena semua mata pelajaran disampaikan dan disajikan melalui bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Akibatnya prestasi individu tersebut akan mempengaruhi mata pelajaran lain, sehingga hasil belajarnya tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Rangkuman
Kesulitan belajar merupakan kesulitan dalam satu atau lebih bidang akademik , seperti membaca, menulis, dan berhitung yang disebabkan oleh disfungsi neurologis. Selain kesulitan di bidang akademik kesulitan pun nampak dalam aspek perkembangan seperti kesulitan dalam bahasa dan komunikasi, penyesuaian sosial, dan perseptual.
Belum ada penyebab tunggal yang menjadikan seorang anak mengalami kesulitan belajar. Berikut ini adalah beberapa hipotesis yang menyebabkan anak kesulitan belajar menurut Robert Reid:
1) adanya kelainan sistem saraf pusat;
2 ) kerusakan sistem saraf pusat;
3) faktor genetik atau keturunan;
4) paparan racun yang terdapat di lingkungan seperti timbal atau logam berat lainnya; dan
5) pengaruh obat-obatan.
Adda beberapa ciri yang sering dijumpai pada anak kesulitan belajar, yaitu: 1) hiperaktif, 2) gangguan persepsi motorik, 3) emosi yang labil, 4) kurangnya koordinasi, 5) gangguan perhatian, 6) impulsif, 7) gangguan memori dan berpikir, 8) kesulitan pada akademik (membca, menulis, berhitung), 9) kesulitan dalam menyimak. Namun semua ciri ini tidak selalu ditemukan pada anak yang mengalami kesulitan belajar, adakalanya hanya beberapa ciri yang tampak.
Kesulitan belajar dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu kesulitan belajar berdasarkan aspek perkembangan dan kesulitan belajar dalam bidang akademik. Kesulitan belajar yang berdasarkan aspek perkembangan meliputi: kesulitan dalam memusatkan perhatian dan kontrol perilaku, kesulitan perseptual -moto r ik , kesulitan dalam organisasi, dan kesulitan dalam bahasa dan komunikasi. Sedangkan kesulitan belajar akademik meliputi: kesulitan membaca (dyslexia), kesulitan menulis (dysgraphia), dan kesulitan matematika (diskalkulia).
Dalam memberikan pelayanan pendidikan guru harus membedakan pelayanan bagi siswa berkesulitan belajar dengan siswa yang normal. Dalam hal ini misalnya metode pembelajaran. Pada siswa berkesulitan belajar, guru harus memberikan metode pembelajaran yang tepat bagi mereka. Dalam proses pembelajaran, seorang guru dalam memilih metode pembelajaran sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut : 1) Tujuan Pendidikan, 2) Kemampuan guru, 3 ) Kebutuhan siswa, 4) Isi atau materi pembelajaran.
Kesulitan belajar pada bahasa akan mempengaruhi perkembangan individu yang berkesulitan belajar karena semua mata pelajaran disampaikan dan disajikan melalui bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Akibatnya prestasi individu tersebut akan mempengaruhi mata pelajaran lain, sehingga hasil belajarnya tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Sumber Utama : Suprihatin, Ed.D dan Leliana Lianty, M.Pd. 2019. Modul 6 Pendidikan Anak Dengan Autisme Dan Kesulitan Belajar Spesifik . Kemdikbud
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar