Dampak Autisme terhadap Perkembangan Belajar
Dampak Autisme terhadap Perkembangan Belajar
Pada dasarnya, autisme memberikan dampak pada perkembangan individu dalam hal komunikasi sosial dan tingkah laku. Menurut Jordan (2013) gangguan pada kemampuan komunikasi sosial dan tingkah laku secara murni tidak bisa dijadikan dasar keputusan untuk menolak individu autis dalam proses pembelajaran. Ada beberapa kondisi komorbiditas yang umum yang terjadi bersamaan dengan autisme pada individu seperti kesulitan belajar spesi fik khususnya disleksia dan dispraksia. Gangguan -gangguan yang seperti ini perlu diperhatikan oleh guru pada saat pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan akademik pada peserta didik autis. Tentu saja, peningkatan keterampilan akademik pada peserta did ik autis sangat bergantung kepada level intelektual, bakat dan minat tertentu dan pendekatan pengajaran yang ramah autis.
Pendekatan pengajaran yang ramah autis adalah pendekatan pengajaran yang memperhatikan karakteristik, kekuatan dan kelemahan yang dimi liki oleh pesert a didik autis. Untuk mengetahui ketiga hal tersebut guru perlu melakukan asesmen terhadap peserta didiknya sehingga guru akan mampu menggunakan pendekatan pengajaran yang tepat.
Ada beberapa kebutuhan khusus secara umum yang dimiliki oleh peserta didik autis yang harus diperhatikan oleh guru antara lain:
a. Kebutuhan khusus dalam hal komunikasi
Keterampilan komunikasi peserta didik sangat bervariasi dari mulai yang sama sekali tidak berbicara sampai yang mahir berbicara tetapi tidak menggunak an kemampuan berbicara secara benar. Bagi mereka yang tidak berbicara, guru bisa membantu mereka dengan menggunakan berbagai kartu bergambar ataupun kartu kata untuk berkomunikasi. Kartu bergambar dan kartu kata ini sebenarnya banyak tersedia di pasaran te tapi perlu diingat bahwa mungkin kartu- kartu tersebut tidak dibuat secara khusus untuk peserta didik autis tertentu. Sehingga untuk mengatasi kelemahan kartu yang ada, guru sebaiknya berusaha mengkreasi kartu yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
Sedangkan bagi peserta didik autis yang masih mempunyai modal berbicara walaupun hanya satu atau dua kata yang muncul, guru juga perlu mengembangkan modal yang sudah ada menjadi percakapan yang lebih
bermakna. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan metode seperti sonrise dimana ketika anak mengucapkan sebuah kata, guru bisa langsung menanggapi perkataan walaupun mungkin tidak mendapatkan tanggapan balik dari peserta didik.
Bagi peserta didik yang mampu berbahasa secara verbal tetapi kurang mampu menggunakannya secara benar, maka guru bisa menggunakan metode social story untuk mengajarkan komunikasi yang benar.
b. Kebutuhan khusus dalam hal interaksi sosial
Bagi peserta didik autis, interaksi sosial atau segala hal yang berhubungan dengan kegiatan sosial sangatlah membingungkan. Banyak dari mereka yang tidak bisa memulai kegiatan berhubungan dengan orang lain. Banyak juga yang mampu memulai berinteraksi, tetapi ketika sudah berinteraksi kadang ada juga yang tidak bisa menyelesaikan interaksi. Sehubungan dengan ketidakmampuan dalam berinteraksi sosial, guru harus paham dengan keadaan murid, pada taha p yang mana mereka membutuhkan bantuan. Ketika guru sudah memiliki data pendukung tentang kemampuan interaksi sosial, guru bisa memilih metode yang biasa digunakan dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosial seperti theor y of mind, joint attention, social stories, PMII ataupun LEAP.
c. Kebutuhan khusus dalam hal perilaku
Dalam hal perilaku, jelas sekali bahwa banyak peserta didik autis yang membutuhkan bantuan sehingga perilaku yang mengganggu bisa terkurangi. Sebagai contoh adalah ketika sedang mengikuti proses pembelajaran, ada salah satu peserta didik yang tiba-tiba tantrum. Guru harus paham apa yang menyebabkan peserta didiknya tantrum dan apa saja yang bi sa membuat tantrum itu segera berhenti. Salah satu metode yang bisa digunakan dalam memenuhi kebutuhan khusus yang berhubungan dengan perilaku adalah time out. .
Progsus Bagi Anak dengan Autisme
Program kebutuhan khusus bagi anak dengan autisme yaitu Pen gembangan Komunikasi, Interaksi Sosial, dan Perilaku. Pengembangan interaksi, komunikasi, dan perilaku bagi peserta didik autis merupakan segala usaha, bantuan yang berupa bimbingan, latihan, secara terencana dan terprogram terhadap peserta didik autis, dalam rangka membangun diri baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, sehingga terwujudnya kemampuan untuk hidu p mandiri di tengah masyarakat.
Adapun tujuan dari Pengembangan Komunikasi, Interaksi Sosial, dan Perilaku bagi peserta didik Autis antara lain untuk:
• Mengembangkan kecakapan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis melalui pembiasaan dan latihan yang terus-menerus tentang pentingnya berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
• Meningkatkan kemampuan bersosialisasi peserta didik autis deng an lingkungan sekitarnya.
• Mengurangi kecenderungan munculnya tingkah laku antisosial
• Mewujudkan manusia yang berakhlak mulia, mandiri, jujur, disiplin, bertanggung jawab dan toleransi.
Sumber Utama : Suprihatin, Ed.D dan Leliana Lianty, M.Pd. 2019. Modul 6 Pendidikan Anak Dengan Autisme Dan Kesulitan Belajar Spesifik. Kemdikbud
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar