Pengertian dan Faktor Penyebab Anak dengan Hambatan Motorik / Tunadaksa
Pengertian Hambatan Anak dengan Hambatan Motorik
Hambatan Motorik merupakan istilah lain dari tunadaksa. Istilah tunadaksa berasal dari kata “tuna yang berarti rugi/kurang dan daksa yang berarti tubuh ”. Tunadaksa adalah anak yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna. Mereka merupakan salah satu kelompok terkecil dari anak berkebutuhan khusus ( relatif kecil dibandingkan dengan kelompok tunanetra, tunarungu, atau tunagrahita).
Suatu gangguan yang berkaitan dengan tulang, otot, persendian, dan s istem syaraf yang disebabkan adanya kerusakan otak atau bagian tubuh lainnya. Kondisi ini akan berakibat kelainan fungsi tubuh untuk melakukan gerakan yang berkaitan dengan tulang, otot, sendi, syaraf, atau gabungannya. Dapat pula mengalami gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, dan gangguan perkembangan keutuhan pribadi.
Dengan demikian Anak Dengan Hambatan Motorik mengalami hambatan atau kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari - hari yang berkaitan dengan gerak seperti makan, minum, bermain, berpakain , dan lainnya. Kondisi ini dapat disebabkan karena penyakit, kecelakaan, atau dapat juga karena faktor bawaan dari lahir.
Anak Dengan Hambatan Motorik adalah anak yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna, sedangkan istilah cacat fisik dan cacat tubuh dimaksudkan untuk menyebut meraka yang memiliki cacat pada anggota tubuhnya, bukan cacat pada inderanya. Istilah cacat ortopedi diterjemahkan dari bahasa Inggris “ortopedically handicapped”, ortopedic memiliki arti berhubungan dengan otot, tulang, dan persendian. Dengan demikian cacat ortopedi kelainannya terletak pada aspek otot, tulang, dan persendian. Kelainannya mungkin merupakan bentuk primer artinya langsung berhubungan dengan aspek -aspek tersebut, tetapi dapat pula bersifat sekunder yaitu merupakan akibat adanya kelainan yang terletak pada pusat pengantar sistem otot, tulang, dan persendian.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Anak Dengan Hambatan Motorik dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang dan persendian yang bersifat primer atau sekunder yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilitasi, dan gangguan perkembangan keutuhan pribadi.
Anak Dengan Hambatan Motorik merupakan bentuk kelainan atau gangguan pada sistem otot, tulang dan persendian yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan keutuhan pribadi. Terlihat pada kelainan bentuk tulang, otot, sendi maupun saraf- sarafnya. Selain tunadaksa, hambatan motorik dikena l juga dengan iistilah lain, seperti : cacat tubuh, tuna tubuh, tuna raga, cacat anggota badan, cacat orthopedic, crippled, dan orthopedically handicapped. Seorang anak dikatakan mengalami hambatan motorik jika kondisi fisik atau kesehatan mengganggu kemampuan anak untuk berperan aktif dalam kegiatan sehari -hari, baik di sekolah maupun rumah. Sebagai contoh, anak yang memakai anggota tubuh tiruan/protese (misal lengan tiruan) tetapi ia dapat mengikuti kegiatan sekolah, seperti olah raga, menulis dan aktivitas lain, maka anak tersebut tidak termasuk Anak Dengan Hambatan Motorik.
Anak Dengan Hambatan Motorik sering juga diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu akibat kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidika n dan untuk mandiri (Sutjihati Somantri, 2006) sedangkan menurut Direktorat PSLB (2007), Anak Dengan Hambatan Motorik adalah anak yang mengalami kelainan cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, dan otot), sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Karena hambatan fisik maka Anak Dengan Hambatan Motorik mengalami kendala utama dalam hal mobilitas dan penyelesaian tugas-tugas yang harus menggunakan anggota tubuh. andaipun mereka dapat mengerjakan tetapi tidak secepat anak-anak yang normal (reguler).
Jenis hambatan motorik sangat beragam dan kelainannya juga merentang dari yang ringan sampai yang berat. Mereka ada yang memiliki kelainan jelas, sangat jelas, dan tidak begitu kelihatan. Keragaman ini disebabkan oleh faktor penyebab kelainan itu sendiri, yaitu: sistem cerebral (otak dengan segala fungsinya) dan sistem musculus skeletal (jaringan otot, rangka dan persendian). Secara intelektual kondisi anak sama dengan anak yang normal, dari intelektual yang rendah sampai ke intelektual yang tinggi. Ada yang mengalami kelainan fisik, motorik, dan intelektual dan ada yang hanya mengalami kelainan fisik dan motorik saja.
Keadaan Anak Dengan Hambatan Motorik demikian kompleks. Mengi ngat hal tersebut, maka agar mereka mampu melakukan aktivitas sehari -hari, mampu beraktivitas dengan lingkungan, dan mampu mandiri untuk menghidupi dirinya sendiri secara optimal, perlu mendapatkan layanan pendidikan dan layanan pendukung (misal: berbagai terapi yang dibutuhkan) secara khusus.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Anak Dengan Hambatan Motorik adalah sebagai bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang dan persendian yang bersifat primer atau sekunder yang dapa t mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilitasi, dan gangguan perkembangan keutuhan pribadi sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus.
Agar Anda lebih memahami tentang siapa Anak Dengan Hambatan Motorik yang memiliki keanekaragaman maka diperlukan konsep pengenalan Klasiffikasi Anak Dengan Hambatan Motorik.
Faktor Penyebab Anak Dengan Hambatan Motorik
Jenis gangguan fisik dan motorik sangat beragam dan kelainannya juga merentang dari yang ringan sampai yang berat. Mereka ada ya ng memiliki kelainan jelas, sangat jelas, dan tidak begitu kelihatan. Keragaman ini disebabkan oleh faktor penyebab kelainan itu sendiri, yaitu: sistem cerebral (otak dengan segala fungsinya) dan sistem musculus skeletal (jaringan otot, rangka dan persendian). Secara intelektual kondisi anak sama dengan anak yang normal, dari intelektual yang rendah sampai ke intelektual yang tinggi. Ada yang mengalami kelainan fisik, motorik, dan intelektual dan ada yang hanya mengalami kelainan fisik dan motorik saja.
Ada beberapa macam penyebab yang dapat menimbulkan kerusakan sehingga Anak Dengan Hambatan Motorik atau tunadaksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak di jaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, pada sistem musculus skeletal. Adanya keragaman jenis tu nadaksa dan masing-masing kerusakan timbulnya berbeda-beda. Dilihat dari saat terjadinya kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah lahir. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1). Sebelum kelahiran (fase prenatal)
Pada fase ini, kerusakan terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan. Kerusakan disebabkan oleh oleh
a). Adanya infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungannya. Misal infeksi sypilis, rubella, dan typus abdominalis.
b). Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran darah bayi terganggung, tali pusat tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf -syaraf di dalam otak .
c ) . Bayi dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi sistem syaraf pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.
d). Rh bayi tidak sama dengan ibunya. Resus ibu dan bayi yang dikandungnya harus sama agar proses metabolisme berfungsi normal. Ketidaksamaan resus mengakibatkan adanya penolakan sehingga menyebabkan kelainan dalam sistem metabolisme antara ibu dan bayi yang dikandungnya.
e). Ibu mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya ibu jatuh dan perutnya membentur yang cukup keras dan secara kebetulan mengganggu kepala bayi maka dapat merusak sistem syaraf pusat.
2). Pada saat kelahiran (fase natal, perinatal)
Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan , antara lain
a). Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggul ibu kecill sehingga bayi mengalami kekurangan zat asam (oksigen). Kekurangan oksigen menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi, akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan.
b). Rusaknya jaringan otak bayi akibat kelahiran yang dipaksa dengan menggunakan tang (forcep).Tekanan yang cukup kuat pada kepala bayi dapat mengakibatkan rusaknya jaringan syaraf otak. Rusaknya jaringan syaraf menyebabkan otak tidak dapat berfungsi sebagai mestinya.
c). Pemakaian anestesi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi sehingga otak mengalami ke la in an struktur ataupun fungsinya.
d). Bayi yang lahir sebelum waktunya (prematur). Bayi lahir sebelum waktunya secara organis tubuhnya belumlah matang (mature), sehingga fisiologisnya mengalami kelainan. Disamping itu kondisi tersebut dapat mengakibatkan kerentanan dalam diri bayi sehingga mudah terkena infeksi atau penyakit yang dapat merusak sistem persyarafan pusat bayi.
3). Setelah proses kelahiran (fase postnatal)
Fase setelah kelahiran (postnatal) adalah masa mulai bayi dilahirkan sampai anak berusia 05;00 tahun. Usia lima tahun dipergunakan sebagai patokan akhir , karena pada usia tersebut perkembangan otak dianggap telah selesai. Hal -hal yang dapat mengakibatkan kerusakan otak setelah bayi dilahirkan :
a). Kecelakaan yang dapat secara langsung merusak otak bayi, misalkan pukulan atau benturan kepala yang cukup keras.
b). Infeksi penyakit yang menyerang otak. Misalnya meningitis, encephalitis, dan influenza. Influenza yang akut dapat menjalar ke otak melalui saluran yang terdapat di telinga. Virus influenza menjalar dan merusak jaringan syaraf otak, akibatnya struktur dan fisiologi mengalami kelainan.
c). Penyakit typoid atau diphteri yang memungkinkan dan dapat mengakibatkan kekurangan oksigen (anoxia).
d). Keracunan carbon monoxida.
e). Tercekik, dapat menyebabkan terganggunya sistem peredaran darah ke otak sehingga sel-sel syaraf otak mengalami kerusakan.
f). Tumor otak. Otak yang terkena tumor secara organis maupun fisiologis terganggu. Kerusakan pada pyramidal ataupun extrapyramidal mengakibatkan Cerebral Palsy.
Jenis dan ragam hambatan motorik sangat bervariasi, be gitu pula kebutuhan akan pelayanan yang ditimbulkan dari hambatan fisik yang dimiliki peserta didik tidak dapat serta merta digeneralisasi. Agar Anda mengetahui bagaimana memberikan pelayanan yang tepat pada Anak Dengan Hambatan Motorik maka dibutuhkan identifikasi dan asesmen. Bagaimana cara melakukannya? Marilah kita pelajari materi “Identifikasi dan Asesmen Anak Dengan Hambatan Motorik”
Sumber Utama : Dr. Irah Kasirah, M.Pd . 2019. Modul 5 PPG Progam Studi PLB, Pendidikan Anak Dengan Hambatan Motorik, Kemendikbud.
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar