Teater Tradisional : Konsep, ciri ciri, Fungsi, dan Bentuk Teater Tradisional
• Konsep Teater Tradisional
Pertunjukan teater tradisi yang diadakan di pedesaan sering dianggap sebagai teater komunal karena sifatnya yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat. Pemainnya adalah semua anggota masyarakat atau komunitas bersangkutan. Sifat pertunjukan ini improvisasi, tanpa koreografi yang pasti. Bentuk teater komunal dianggap juga sebagai teater primitif.
Pertunjukan teater rakyat banyak terdapat di lingkungan kelompok suku di daerah-daerah di Indonesia. Biasanya teater tradisi dipentaskan di daerah pedesaan. Suasana ketika pertunjukan berlangsung santai sehingga menumbuhkan suasana betah bagi penontonnya. Suasana semacam itu sampai sekarang masih ditemui dalam pertunjukan ketoprak, wayang kulit, wayang orang, ludruk, dan drama gong yang diselenggarakan di desa-desa, di luar gedung pertunjukan.
Penonton teater daerah sering melakukan interaktif dengan pertunjukan. Mereka menonton dengan cara duduk melingkar di sekeliling panggung pertunjukan sehingga kebersamaan mereka dengan pertunjukan menjadi dekat dan kuat. Hal itu dapat terlihat, misalnya mereka dapat langsung mengomentari adegan yang sedang berlangsung; mereka bersuit-suit ketika pemain favorit mereka muncul; mereka bertepuk tangan ketika terjadi adegan perang, perkelahian, atau ketika ada tembang yang memesona perasaan mereka, seperti pertunjukan ketoprak,ludruk, lenong, wayang wong, mamanda, dan banyak lagi yang lainnya.
• Ciri Umum Teater Tradisional
Teater tradisional adalah teater yang berkembang dikalangan rakyat, yaitu suatu bentuk seni pertunjukan yang bersumber dari tradisi masyarakat lingkungannya. Teater tradisional merupakan hasil kreativitas suatu suku bangsa. Teater tradisional ini memiliki ciri-ciri secara umum disetiap suku dimana teater tersebut berkembang. Ciri-ciri umum tersebut adalah sebagai berikut;
a. Cerita tanpa naskah dan digarap berdasarkan peristiwa sejarah, dongeng, mitologi, atau kehidupan sehari-hari.
b. Penyajian dengan dialog, tarian, dan nyanyian.
c. Unsur lawakan selalu muncul.
d. Nilai dan laku dramatik dilakukan secara spontan dan dalam satu adegan terdapat dua unsur emosi sekaligus, yaitu tertawa dan menangis.
e. Pertunjukan mempergunakan tetabuhan atau musik tradisional .
f. Penonton mengikuti pertunjukan secara santai dan akrab bahkan terlibat dalam pertunjukan dengan berdialog langsung dengan pemain.
g. Mempergunakan bahasa daerah.
h. Tempat pertunjukan terbuka dalam bentuk arena (dikelilingi penonton).
• Fungsi Teater Tradisional
Fungsi-fungsi penyelenggaraan kegiatan teater tradisional di tengah masyarakat pendukungnya. Di bawah ini disebutkan secara umum fungsi- fungsi teater tradisional (Soemardjo, 1997)
- Pemanggil kekuatan gaib.
- Menjemput roh-roh pelindung untuk hadir ditempat terselenggaranya pertunjukan.
- Memanggil roh-roh baik untuk mengusir roh-roh jahat.
- Peringatan pada nenek moyang dengan mempertontonkan kegagahan maupun kepahlawanannya.
- Pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang seperti keberhasilan menempati suatu kedudukan, jabatan kemasyarakatan, menjadi kepala suku atau adat.
- Pelengkap upacara untuk saat-saat tertentu dalam siklus waktu. Upacara kelahiran, kedewasaan, dan kematian.
- Sebagai media hiburan. Fungsi hiburan ini yang lebih menonjol di kalangan teater rakyat.
• Bentuk Teater Tradisional
Teater tradisional adalah teater yang berkembang dikalangan rakyat, yaitu suatu bentuk seni pertunjukan yang bersumber dari tradisi masyarakat lingkungannya. Teater tradisional merupakan hasil kreativitas suatu suku bangsa. Teater tradisional bersumber dari karya sastra lama atau sastra lisan daerah yang berupa dongeng, hikayat, atau cerita-cerita daerah lainnya.
Sebagian besar daerah di Indonesia mempunyai kegiatan berteater yang tumbuh dan berkembang secara turun-tenurun.
>> selengkapnya Bentuk Teater Tradisional
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar