Kenali 7 Kaidah Kebahasaan dalam Teks Novel


Kenali 7 Kaidah Kebahasaan dalam Teks Novel

 

Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel yang baik adalah novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya. Sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai belaka. Yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk menyelesaikannya. Tradisi novel hiburan terikat dengan pola – pola. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa novel serius punya fungsi social, sedang novel hiburan Cuma berfungsi personal. Novel berfungsi social lantaran novel yang baik ikut membina orang tua masyarakat menjadi manusia. Sedang novel hiburan tidak memperdulikan apakah cerita yang dihidangkan tidak membina manusia atau tidak, yang penting adalah bahwa novel memikat dan orang mau cepat–cepat membacanya. 


Novel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2017), diartikan sebagai ‘karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku’. Novel juga bisa didefinisikan sebagai sebuah karya fiksi prosa yang yang tertulis dan naratif. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tentang tokoh- tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Kata novel berasal dari bahasa Italia, novella yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita” dan novel memiliki cerita yang lebih kompleks dari cerpen.

7 Kaidah Kebahasaan Novel

Kaidah kebahasaan yang digunakan dalam teks novel adalah sebagai berikut 
1). Berusaha  menghidupkan perasaan  atau  menggugah  emosi  pembacanya. 
2) Biasanya berbentuk tulisan ilmiah dan ilmiah populer. 
3) Dipengaruhi oleh subjektivitas pengarangnya. 
4) Bahasa bermakna denotatif (yaitu makna sebenarnya) juga konotatif, asosiatif (yaitu makna tidak sebenarnya), ekspresif (yaitu memberi bayangan suasana pribadi pengarang), sugestif (yaitu bersifat mempengaruhi pembaca), dan plastis (yaitu bersifat indah untuk menggugah perasaan pembaca). 
5) Melibatkan gaya bahasa ironi atau sindirian, yang dikatakan kebalikan dari apa yang sebenarnya, contoh: Lekas betul abang pulang baru saja sudah jam 1 malam. 
6) Melibatkan gaya bahasa sinisme, sindiran yang lebih kasar dari ironi untuk mencemooh, contoh: Bersih benar badanmu nak, kata ibu kepada anaknya yang baru main seharian. 
7) Melibatkan   gaya bahasa sarkasme,   Sindiran   yang sangat   tajam   dan   kasar hingga kadang-kadang menyakitkan hati, contoh: Enyah kau dari sini! 





Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar