4 Ciri Dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas PTK


Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

ada beberapa yang membedakan PTK dengan jenis penelitian lain. Mari kita kaji bersama ciri-ciri tersebut 

1. Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Dengan perkataan lain, guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya selama ini, dan perbaikan tersebut diprakarsai dari dalam diri guru sendiri (an inquiry of practice from within), bukan oleh orang dari luar. Tegasnya, kepedulian guru terhadap kualitas pembelajaran yang dikelolanya merupakan awal dari munculnya masalah yang perlu dicari jawabannya. Hal ini berbeda dengan penelitian biasa, yang secara umum adanya masalah ditengarai (ditandai) oleh peneliti yang biasanya berasal dari luar lingkungan yang mempunyai masalah tersebut. Sebagai contoh guru merasa risau karena hasil latihan menunjukkan hanya 40% dari jumlah siswa yang menguasai penggunaan rumus matematika yang sudah dijelaskan berkali-kali, sehingga guru ingin meneliti apa sebabnya dan kemudian bagaimana cara memperbaikinya Atau seorang guru mungkin menghadapi berbagai masalah dalam pembelajaran seperti pertanyaan guru yang tidak pernah terjawab oleh siswa, pekerjaan rumah yang tidak pernah diselesaikan oleh siswa, atau sekelompok siswa yang selalu berusaha menentang perintah guru. Semua masalah ini merupakan masalah nyata yang dihadapi oleh guru, yang mendorong guru untuk melakukan penelitian di kelasnya. Memang ada kalanya guru perlu dibantu oleh orang luar untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya, namun masalah tersebut memang benar-benar merupakan masalah yang dihadapi guru.

2. Self-reflective inquiry, atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang paling esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain sebagai responden, maka PTK mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari praktiknya sendiri melalui refleksi diri. Ini berarti, guru mencoba mengingat kembali apa yang dikerjakannya di dalam kelas, apa dampak tindakan tersebut bagi siswa, dan kemudian yang terpenting guru mencoba memikirkan mengapa dampaknya seperti itu. Seperti dikatakan oleh Schmuck (1997), kita seperti melihat ke dalam cermin tentang berbagai tindakan yang sudah kita lakukan, dan barangkali harapan kita terhadap tindakan tersebut. Dari hasil renungan tersebut, guru mencoba menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan yang dilakukannya, dan kemudian mencoba memperbaiki kelemahan dan mengulangi bahkan menyempurnakan tindakan yang dianggap sudah baik. Dengan demikian, data dikumpulkan dari praktik sendiri, bukan dari sumber data yang lain. Pengumpul data adalah guru yang terlibat dalam kegiatan praktik, sehingga dalam hal ini guru mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai guru dan sebagai peneliti. Metodologi yang digunakan agak longgar, namun data dikumpulkan secara sistematik, sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian dan rencana yang dibuat. Sebagai contoh, guru yang menghadapi masalah dengan tingkat penguasaan siswa yang rendah dalam menerapkan rumus matematika mencoba melakukan refleksi terhadap apa yang sudah dikerjakannya. Untuk melakukan refleksi, guru berusaha bertanya kepada diri sendiri, misalnya dengan mengajukan pertanyaan berikut.

a. Apakah penjelasan saya terlampau cepat?

b. Apakah saya sudah memberi contoh yang memadai? 

c. Apakah saya sudah memberi kesempatan bertanya kepada siswa?

d. Apakah saya sudah memberi latihan yang memadai?

e. Apakah hasil latihan siswa sudah saya komentari?

f. Apakah bahasa yang saya gunakan dapat dipahami siswa? Dari pertanyaan tersebut, guru akan dapat memperkirakan penyebab dari masalah yang dihadapi. Berdasarkan penyebab tersebut, guru akan mencoba mencari jalan keluar untuk memperbaiki/meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini, tentu saja guru dapat meminta bantuan koleganya atau dosen LPTK untuk menemukan cara memecahkan masalah yang dihadapi

3. Penelitian tindakan kelas dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi.

4. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus-menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola: perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi revisi (perencanaan ulang). Ini tentu berbeda dengan penelitian biasa, yang biasanya tidak disertai dengan perlakuan yang berupa siklus. Cori ini merupakan ciri khas penelitian tindakan, yaitu adanya tindakan yang berulang-ulang sampai didapat hasil yang terbaik.

Dengan menyimak ciri-ciri di atas, Anda tentu dapat membedakan antara penelitian biasa dengan PTK, dan sekaligus dapat menetapkan untuk apa dan di mana PTK diterapkan. Kunci utama dalam PTK adalah adanya tindakan (action) yang dilakukan berulang-ulang dalam rangka mencapai perbaikan yang diinginkan. Tindakan atau action ini dilakukan oleh orang yang terlibat langsung dalam bidang yang diperbaiki tersebut, dalam hal ini para guru. Tentu saja para guru dapat meminta bantuan orang lain dalam merencanakan dan melaksanakan perbaikan tersebut. Misalnya, seorang dosen LPTK dapat saja membantu guru untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dalam hal ini, dosen LPTK berkolaborasi dengan guru untuk memperbaiki kualitas belajar siswa, sehingga dari PTK tersebut dapat dihasilkan satu model pembelajaran yang dianggap efektif.





IGAK Wardhani dan kuswaya wihardit, penelitian tindakan kelas, 2011, cet 11, universitas terbuka, hal...1.6


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar