Peran Indonesia dalam Organisasi Regional : KAA ,GNB, & OKI
Peranan dapat juga dikatakan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan dari seseorang atau struktur tertentu yang menduduki suatu posisi didalam suatu sistem. Suatu organisasi memiliki struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati bersama. Apabila struktur-struktur tersebut telah menjalankan fungsi-fungsinya, maka organisasi itu telah menjalankan peranan tertentu. Dengan demikian peranan dapat dianggap sebagai fungsi dalam rangka pencapaian tujuan- tujuan kemasyarakatan (Kantaprawira, 1987:32). Indonesia sebagai suau negara dan bangsa memiliki peran dalam pergauan internasional, peran tersebut diaktualisasikan dalam berbagai bidang baik itu ekonomi, sosial budaya, politik dan hankam juga dalam berbagai wadah, baik itu kerjasama bilateral maupun hubungan kerjasama multilateral dalam bentuk organisasi internasional.
Dalam tingkatan regional, khususnya region Asia Tenggara dan Asia Pasifik, Indonesia ikut berperan aktif dalam berbagai macam kegiatan dan perjanjian internasional. Seperti dalam organisasi ASEAN dan APEC.
Berikut kita bahas peran Indonesia dalam organisasi regional khususnya ASEAN dan APEC.
1. Konferensi Asia Afrika
Konferensi Asia-Afrika berlangsung pada tanggal 18-24 April 1955 bertempat di Gedung Merdeka, Bandung. Konferensi ini dihadiri oleh 29 negara (termasuk lima negara sponsor) dari 30 negara yang diundang. Satu negara yang tidak hadir yaitu Federasi Afrika Tengah (Rhodesia dan Nyasa) karena sedang terjadi pergolakan politik. Adapun negara yang hadir dalam Konferensi Asia Afrika adalah:
1. Indonesia 16. Laos
2. India 17. Libanon
3. Birma (Myanmar) 18. Liberia
4. Pakistan 19. Libia
5. Srilangka 20. Nepal
6. Afghanistan 21. Filipina
7. Kamboja (Kampuchea) 22. Saudi Arabia
8. Republik Rakyat China 23. Sudan
9. Mesir 24. Syiria
10. Ethiopia 25. Muang Thai
11. Ghana 26. Turki
12. Iran 27. Vietnam Utara
13. Irak 28. Vietnam Selatan
14. Jepang 29. Yaman
15. Yordania
Dalam KAA ini negara-negara peserta terdiri dari 3 kelompok dengan pandangan politik yang berbeda, yang pertama kelompok yang pro Barat, seperti Filipina, Muang Thai, Pakistan, Iran, dan Turki, yang kedua kelompok yang beraliran Komunis seperti Republik Rakyat China dan Vietnam Utara; dan yang ketiga kelompok yang netral seperti Srilangka, India, Burma, dan Indonesia, sisanya belum memperlihatkan pandangan politiknya.
Hasil Konferensi Asia Afrika
Konferensi Asia Afrika menghasilkan keputusan yang menyangkut kepentingan negara-negara Asia Afrika khususnya dan negara-negara di dunia pada umumnya, keputusan tersebut antara antara lain:
1) Memajukan kerja sama bangsa-bangsa Asia Afrika di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
2) Menuntut kemerdekaan bagi Aljazair, Tunisia, dan Maroko;
3) Mendukung tuntutan Indonesia atas Irian Barat dan tuntutan Yaman atas Aden;
4) Menentang diskriminasi ras dan kolonialisme dalam segala bentuk;
5) Aktif mengusahakan perdamaian dunia.
Selain menetapkan keputusan tersebut, Konferensi Asia Afrika juga mengajak setiap bangsa di dunia untuk menjalankan beberapa prinsip bersama, seperti:
1) Menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas yang termuat dalam Piagam PBB;
2) Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa;
3) Mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa, baik bangsa besar maupun bangsa kecil;
4) Tidak melakukan intervensi atau ikut campur tangan dalam persoalan dalam negeri negara lain;
5) Menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri, baik secara sendirian maupun secara kolektif sesuai dengan Piagam PBB;
6) Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus salah satu negara besar; dan tidak melakukan tekanan terhadap negara lain;
7) Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atas kemerdekaan politik suatu negara;
8) Menyelesaikan segala perselisihan internasional secara damai sesuai dengan Piagam PBB;
9) Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama internasional;
10) Menghormati hukum dan kewajiban internasional lainnya.
Kesepuluh prinsip yang dinyatakan dalam Konferensi Asia Afrika itu dikenal dengan nama Dasasila Bandung atau Bandung Declaration.
Peran Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika
Terlaksananya Konferensi Asia Afrika tidak bisa lepas dari peran Indonesia, berikut peranan Indonesia dalam Konfernasi Asia Afrika:
1) Indonesia ikut memprakarsai dan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Pancanegara II yang berlangsung tanggal 22-29 Desember 1954 di Bogor Jawa Barat. Konferensi ini sebagai pendahuluan dari Konferensi Asia Afrika.
2) Indonesia ikut memprakarsai dan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika yang berlangsung pada tanggal 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka Bandung Jawa Barat. Dalam konferensi ini beberapa tokoh Indonesia menduduki peranan penting, di antaranya adalah Ketua Konferensi Mr. Ali Sastroamidjoyo, Sekretaris Jenderal Konferensi Ruslan Abdulgani, Ketua Komite Kebudayaan Mr. Muh. Yamin, dan Ketua Komite Ekonomi Prof. Ir. Roseno.
2. Gerakan Non-Blok (GNB)
Gerakan Non-Blok (GNB) atau Non-Align Movement (NAM) adalah suatu gerakan yang dipelopori oleh negara-negara dunia ketiga yang beranggotakan lebih dari 100 negara-negara yang berusaha menjalankan politik luar negeri yang tidak memihak dan tidak menganggap dirinya beraliansi dengan Blok Barat atau Blok Timur. Gerakan Non-Blok dicetuskan antara lain oleh Ir. Soekarno. Konferensi Asia Afrika di Bandung merupakan cikal bakal lahirnya Gerakan Non-Blok. Tujuan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika adalah mengidentifikasi dan mendalami masalah-masalah dunia pada waktu itu dan berusaha memformulasikan kebijakan bersama negara-negara yang baru merdeka tersebut pada lingkup hubungan internasional.
a. Latar Belakang berdirinya Gerakan Non-Blok
Berdirinya Gerakan No-Blok di latar belakangi oleh hal-hal sebagai berikut:
1) Diilhami Konferensi Asia-Afrika di Bandung (1955) di mana negara- negara yang pernah dijajah perlu menggalang solidaritas untuk melenyapkan segala bentuk kolonialisme.
2) Ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur ini mendorong terbentuknya GNB.
Adapun berdirinya Gerakan Non Blok diprakarsai oleh:
1) Presiden Soekarno dari Indonesia,
2) Presiden Gamal Abdul Nasser dari Republik Persatuan Arab-Mesir,
3) Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru dari India,
4) Presiden Josep Broz Tito dari Yugoslavia,
5) Presiden Kwame Nkrumah dari Ghana.
b. Asas dan Tujuan Gerakan Non-Blok
1) Asas Gerakan No-Blok
a) Berusaha untuk mendukung perjuangan kemerdekaan di berbagai tempat di dunia ini.
b) Memegang teguh perjuangan dalam melawan kolonialisme, neokolonialisme, serta imperialisme.
2) Tujuan Gerakan No-Blok
a) Mengembangkan solidaritas diantara sesama negara berkembang dalam mencapai persamaan, kemakmuran, serta kemerdekaan.
b) Turut serta dalam meredakan ketegangan dunia akibat pertikaian yang terjadi antara Blok Barat dan Blok Timur.
c) Berusaha untuk membendung segala pengaruh buruk, baik itu yang berasal dari Blok Barat maupun Blok Timur
c. Peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok
Negara Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting dalam Gerakan Non-Blok, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Peranan penting Konferensi Asia Afrika tahun 1955 bagi pembentukan Gerakan Non-Blok menunjukan keterlibatan Indonesia dalam Gerakan ini telah dilakukan sejak masih dalam tataran ide. Indonesia pun terlibat aktif dalam persiapan penyelenggaraan KTT I Gerakan Non-Blok yang diselenggarakan di Beograd, Yugoslavia. Dengan demikian, Indonesia termasuk perintis dan pendiri dari Gerakan Non-Blok. Keikutsertaan Indonesia dalam Gerakan Non-Blok
sejak awal disebabkan oleh kesesuaian prinsip gerakan dengan politik
luar negeri Indonesia yaitu bebas aktif.
2) Indonesia menjadi tuan rumah KTT Gerakan Non Blok yang ke-110 di Jakarta dan Bogor pada tanggal 1 - 7 September 1992. Dalam KTT tersebut berhasil merumuskan suatu kesepakatan bersama yang dikenal dengan “Pesan Jakarta.” Yang di dalamnya terkandung visi dari Gerakan Non-Blok, yaitu:
a) Hilangnya keraguan dari anggota terkait relevansi Gerakan Non- Blok setelah berakhirnya perang dingin dan ketetapan hati untuk meningkatkan kerja sama yang konstruktif serta sebagai komponen integral dalam arus utama hubungan internasional.
b) Arah Gerakan Non-Blok yang lebih menekankan pada kerjasama ekonomi internasional dalam mengisi kemerdekaan yang telah berhasil dicapai melalui cara-cara politik yang menjadi ciri yang menonjol dari Gerakan No-Blok sebelumnya.
c) Adanya kesadaran untuk semakin meningkatkan potensi ekonomi negara-negara anggota melalui peningkatan kerjasama Selatan-selatan.
3) Pada masa kepemimpinannya di Gerakan Non-Blok, Indonesia telah mampu membawa organisasi tersebut dalam menentukan arah serta menyesuaikan diri terhadap adanya perubahan-perubahan yang terjadi secara dinamis, yaitu dengan cara melakukan penataan kembali prioritas-prioritas lama organisasi dan menentukan adanya prioritas- prioritas baru serta menetapkan pendekatan dan orientasi yang baru pula. Indonesia dianggap telah memberikan warna yang baru bagi organisasi tersebut, diantaranya adalah dengan menitikberatkan kerjasama pada pembangunan ekonomi yaitu dengan menghidupkan
kembali dialog antara negara-negara selatan.
3. Organisasi Kerjasama Islam (OKI)
Pada awal pendirian Organisasi Kerjasama Islam difokuskan untuk menemukan solusi konflik Timur Tengah, yang melibatkan Dunia Arab dan Israel. Akan tetapi dalam perkembangannya, OKI ikut mengurusi berbagai permasalahan di negara-negara mayoritas muslim atau pun minoritas muslim. Organisasi Kerjasama Islam yang semula bernama Organisasi Konferensi Islam ini dibentuk berdasarkan KTT Islam pertama yang diselenggarakan pada tanggal 22-25 September 1969 di Rabat, Maroko. KTT ini melahirkan Organisasi Konferensi Islam (OKI) atau Organization of the Islamic Conference (OIC), yang secara resmi diproklamasikan pada bulan Mei 1971. OKI merupakan satu-satunya organisasi antar pemerintah yang mewakili umat Islam dunia. Organisasi ini beranggotakan 57 negara termasuk Indonesia, yang mencakup tiga kawasan yaitu Asia, Arab dan Afrika. Pada awal pembentukannya, terdapat empat tujuan utama dari OKI, yaitu:
a) Untuk menggalang solidaritas Islam dikalangan para anggotanya,
b) Konsolidasi dan kerjasama dikalangan para anggotanya di bidang- bidang ekonomi, sosial, budaya, iptek, dan bidang-bidang lain yang dianggap penting,
c) Melakukan konsultasi dan kerja sama dikalangan negara-negara anggota di berbagai organisasi internasional, dan
d) Mengeliminasi diskriminasi rasial dan kolonialisme dalam segala bentuknya.
source : Modul Belajar Mandiri PPPK IPS Geografi, Pembelajaran 5. Interaksi Antarwilayah. Kemdikbud
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar