Langkah-langkah Praktis Tindakan Kelas PTK


Langkah-langkah Praktis Tindakan Kelas


berikut ini dapat disajikan langkah-langkah praktis tindakan dalam penelitian tindakan kelas yang seharusnya dilakukan oleh guru. Adapun langkah-langkah tindakan praktis tersebut adalah sebagai berikut

Dalam penelitian tindakan kelas ada empat langkah tindakan yang biasanya dilakukan, yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi atau pengamatan, dan (4) refleksi. Untuk memberikan gambaran secara lebih jelas, berikut ini disajikan penjelasan masing-masing langkah tersebut.

1. Perencanaan

Langkah pertama yang berupa perencanaan ini pada dasamya merupakan kegiatan menyusun rencana tindakan yang di dalamnya mengandung penjelasan tentang What (siapa), Why (mengapa). When (kapan), Where (di mana), Who (oleh siapa), dan How (bagaimana) tindakan tersebut akan dilakukan. Langkah ini seringkali dikenal dengan langkah untuk menjawab atau menjabarkan 5w dan 1 h

Dalam penelitian tindakan kelas, guru sebagai peneliti biasanya berkolaborasi dengan peneliti dari perguruan tinggi kependidikan agar guru mendapat masukan masukan yang sangat berarti bagi penelitian yang dilakukan. Meskipun sebenarnya yang ideal adalah guru dapat melakukannya sendiri keseluruhan langkah penelitian tindakan kelas. Namun, berbagai keterbatasan yang ada pada gunu, misalnya pemahaman tentang teknik-teknik dasar penelitian dan wawasan teoretisnya, maka kolaborasi itu akan sangat membantu. Jika penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru berkolaborasi dengan peneliti dari perguruan tinggi kependidikan, maka pada langkah perencanaan tindakan ini juga harus didiskusikan bersama untuk menemukan kesepakatan rencana tindakan yang dipandang efektif. Artinya, rencana tindakan disusun bersama antara guru yang akan melaksanakan tindakan dengan peneliti dari perguruan tinggi yang akan mengobservasi proses jalannya tindakan. Ada kelebihan dengan melakukan cara seperti ini, yaitu dapat mengurangi unsur subjektivitas pengamat sehingga dapat lebih menjamin kualitas kecermatan observasi yang dilakukan. Sebab, pengamatan yang dilakukan oleh guru sendiri kepada kegiatan yang dilakukannya sendiri biasanya kurang teliti dibandingkan dengan pengamatan oleh orang lain

Intinya, dalam langkah perencanaan ini ada sejumlah kegiatan yang seharusnya dilakukan, sebagai berikut. 

a. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah. Masalah yang akan diteliti harus sesuatu kegiatan pembelajaran yang benar-benar faktual terjadi di kelas, memang penting untuk diteliti dan bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran, dan guru mampu melaksanakannya.

b. Merumuskan latar belakang pentingnya penelitian tersebut dilakukan. Di sini harus tampak jelas uraian bahwa ada sesuatu yang memang penting untuk diteliti, diperbaiki, dan ditingkatkan kualitasnya.

c. Merumuskan masalah penelitian secara jelas Rumusan masalah ini biasanya dalam bentuk kalimat tanya, tetapi bisa juga dalam kalimat pernyataan

d. Menetapkan cara-cara yang akan dilakukan untuk melakukan tindakan. Ini biasanya dikenal dengan merumuskan hipotesis tindakan. Dalam merumuskan hipotesis tindakan ini biasanya dilakukan dengan cara merumuskan beberapa alternatif tindakan, kemudian dipilih sejumlah tindakan yang diprakirakan paling dapat menjanjikan terjadinya perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran. 

Berikut ini disajikan contoh permasalahan penelitian tindakan kelas yang rumusan masalahnya adalah: "Apakah pembelajaran Kooperatif berlandasakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran siswa pada materi Kinematika di Kelas X SMA Majapahir?"

Berdasarkan pencermatan kenyataan senyatanya di kelas, guru sebagai peneliti melakukan tahap perencanaan dengan kegiatan utama sebagai berikut. 

a. Merancang bagian isi mata pelajaran dan bahan belajar pada materi Kinematika untuk Kelas X SMA.

b. Merancang bahan belajar pada materi Kinematika yang disesuaikan dengan konsep pembelajaran kooperatif berlandasakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

c. Merancang langkah-langkah konkret proses pembelajaran kooperatif berlandasakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) 

d. Menetapkan indikator ketercapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran Kinematika. Misalnya, dikatakan berhasil jika terjadi peningkatan hasil belajar Kinematika dengan ketuntasan belajar minimal 70% siswa mampu menjawab dengan benar paling sedikit 60% dari keseluruhan soal yang ada.

e. . Menyusun instrumen penelitian, yang meliputi

1) penyusunan perangkat pembelajaran berupa silabus dan skenario pembelajaran

2) penyusunan tes tertulis dan tes kinerja:

3) penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) 

4) penyusunan lembar pedoman observasi kegiatan

2. Tindakan

Dengan mengambil contoh pada langkah perencanaan di atas, maka pada langkah tindakan ini, rancangan strategi dan skenario pembelajaran Kooperatif berlandasakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) diterapkan dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan tindakan ini biasanya membutuhkan waktu sekurang kurangnya dua sampai tiga bulan agar dapat menyelesaikan beberapa pokok bahasan atau beberapa kompetensi dasar (KD).

Dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif berlandaskan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), berikut ini disajikan beberapa tindakan yang akan dilakukan:

a. Melakukan pretes dengan tes kognitif untuk mengukur konsepsi awal siswa tentang pemahaman dan kemampuan pemecahan masalah serta tes kinerja untuk mengukur kemampuan psikomotor siswa

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. 

c. Menyajikan informasi secara kontekstual.

d. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. 

e. Membimbing kelompok untuk bekerjasama dan belajar.

f. Melakukan evaluasi berupa postes sebagaimana yang dilakukan dalam pretes

g. Melakukan pembandingan skor yang diperoleh pada pretes dan postes pada setiap siklus tindakan.

h. Memberikan penghargaan kepada siswa yang telah menunjukkan peningkatan sesuai dengan batas ketuntasan belajar yang telah ditetapkan dalam indikator kinerja

i. Memberikan motivasi kepada siswa yang belum mencapai batas ketuntasan belajar yang telah ditetapkan agar lebih serius lagi pada kegiatan siklus berikutnya. 

Perlu ditegaskan di sini bahwa tindakan yang dilakukan dalam suatu penelitian tindakan kelas biasanya jarang yang berhasil mencapai batas ketuntasan belajar hanya dalam satu siklus saja. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas dilakukan secara bersiklus, yakni lebih dari satu siklus, bisa dua, tiga siklus atau bahkan lebih. 

Penelitian tindakan kelas dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan, yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan siklus pertama tadi, guru akan mengetahui letak keberhasilan dan kegagalan atau hambatan yang dijumpai pada siklus pertama tersebut. Oleh karena itu, guru merumuskan kembali rancangan tindakan untuk siklus kedua. Kegiatan pada siklus kedua ini dapat berupa kegiatan sebagaimana yang dilakukan pada siklus pertama, tetapi sudah dilakukan perbaikan-perbaikan atau tambahan-tambahan berdasarkan hambatan atau kegagalan yang dijumpai pada siklus pertama. 

Dengan merancang tindakan untuk siklus kedua, guru dapat melanjutkan tahap tahap kegiatan sebagaimana yang telah dilakukan pada siklus pertama, tetapi sudah dilakukan perbaikan-perbaikan. Jika dalam dua siklus, guru merasa sudah tercapai indikator kinerja yang telah dirumuskan sebelumnya, maka dilakukan penyimpulan dan pemaknaan hasilnya. Namun, jika permasalahan yang diteliti masih ada yang belum terselesaikan, maka dilanjutkan ke siklus berikutnya dengan tahapan sebagaimana yang telah dilakukan pada siklus kedua, tentunya dengan perbaikan-perbaikan Mengenai berapa siklus seharusnya dilakukan, sebenarnya tidak ada batasan tergantung pada ketercapaian indikator kinerja yang telah dirumuskan sebelumnya. Hanya saja, bagi para guru yang pada umumnya memiliki keterbatasan pemahaman dalam penelitian tindakan kelas serta keterbatasan waktu karena harus melaksanakan tugas rutin pembelajaran sehari-hari, biasanya penelitian dalam dua siklus sudah bisa dianggap bagus. Sebab, salah satu prinsip penelitian tindakan kelas oleh guru adalah tidak boleh mengorbankan pelaksanaan pembelajaran rutin sehari-schan yang telah terjadwal secara bagus oleh sekolah.

Ada suatu pertanyaan menarik yang diajukan oleh guru: "Bagaimana seandainya mencobakan suatu tindakan atau metode dalam suatu kompetensi dasar (KD) tertentu sesuai, tetapi mau menerapkan pada KD berikutnya ternyata tidak relevan dengan materi pembelajaran yang ada di dalamnya?" Jawabnya adalah: "Lewati saja KD yang tidak relevan itu dan tunggu pada KD berikutnya yang relevan." Ada lagi pertanyaan: "Apa boleh mencobakan suatu tindakan siklus pertama pada semester I. kemudian melanjutkan siklus kedua pada semester II?" Jawabnya: "Tidak boleh!!!" Mengapa? Karena kalau menunggu semester berikutnya, rentang waktunya sudah terlalu lama sehingga dikhawatirkan siswa yang dikenai tindakan sudah lupa, atau guru pun sudah agak lupa dengan kesenimbungan tindakan dari semester yang lalu. Akibatnya bisa tidak efektif dan hasilnya tidak dapat memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran maupun hasil belajar siswa, melainkan hanya menghabiskan pikiran, tenaga, dan biasa saja.

Perlu ditegaskan kembali bahwa pada langkah tindakan ini, skenario tindakan yang akan dilakukan dijabarkan secara rinci dan ditulis agar guru yang akan melakukan tindakan jelas, tidak bingung atau bahkan lupa. Rincian skenario tindakan setidaknya memuat hal-hal sebagai berikut: 

a langkah demi langkah tindakan yang akan dilakukan;

b. kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru: 

c. kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh siswa

d. jenis media pembelajaran atau alat peraga yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran

e. jenis instrumen yang akan digunakan untuk melakukan observasi beserta cara menggunakannya 

3. Observasi

Observasi sebenamya dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan karena observasi itu dilakukan pada saat tindakan sedang dilaksanakan. Pada langkah ini. guru sebagai peneliti melakukan observasi terhadap tindakan yang dilakukannya sendiri, mencatat hal-hal yang dipandang penting, dan hambatan-hambatan yang dialami selama melakukan tindakan. Agar observasi dapat dilakukan secara cermat, guru sebaiknya menggunakan format atau pedoman observasi yang sebelumya telah disusun secara cermat pula Observasi dilakukan terhadap proses tindakan dan dampaknya terhadap perbaikan proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan melalui observasi itu dapat berupa data kuantitatif, seperti: hasil pertanyaan kuis, hasil presentasi, hasil PR, hasil pemberian tugas, hasil tes, dan sejenisnya. Selain itu, dapat juga berupa data kualitatif, seperti: motivasi belajar siswa di kelas, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok. kemampuan siswa bekerjasama dalam kerja kelompok, kualitas pertanyaan siswa yang diajukan kepada guru, kualitas jawaban siswa ketika menjawab pertanyaan guru, kualitas proses diskusi kelompok siswa, dan sejenisnya.

Berikut ini disajikan contoh data yang akan dikumpulkan selama kegiatan observasi, yaitu: (a) skor tes esai dengan rubrik. (b) skor tes esai tanpa rubrik, (c) kualitas proses diskusi kelompok, (d) kualitas pertanyaan dan jawaban siswa selama proses pembelajaran, dan (e) kegiatan-kegiatan siswa yang dipandang penting

Dengan data seperti itu, maka instrumen observasi yang digunakan adalah: (a) soal tes esai yang akan diskor dengan rubrik. (b) soal tes esai yang akan diskor tanpa rubrik, (c) lembar pedoman observasi yang berisi kriteria penilaian kualitas gagasan gagasan siswa dan keaktifan siswa selama diskusi kelompok. (d) lembar pedoman observasi yang berisi kriteria penilaian kualitas pertanyaan dan jawaban siswa selama proses pembelajaran, dan (e) catatan lapangan 

4. Refleksi

Kegiatan pada langkah ini adalah mencermati, mengkaji, dan menganalisis secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah dilaksanakan yang didasarkan data yang telah terkumpul pada langkah observasi. Berdasarkan data yang ada, baik kuantitatif maupun kualitatif, guru sebagai peneliti melakukan evaluasi untuk menemukan keberhasilan dari dampak tindakan yang telah dilakukan terhadap perbaikan atau peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Selain itu, melalui evaluasi dalam refleksi ini juga akan ditemukan kelemahan-kelemahan yang masih ada pada tindakan yang telah dilaksanakan untuk kemudian dijadikan dasar menyempumakan rencana tindakan pada siklus berikutnya. 

Jadi, kegiatan pada langkah refleksi ini pada dasarnya meliputi pencermatan, pengkajian, analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil observasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi, maka sudah seharusnya guru sebagai peneliti melakukan proses pengkajian ulang pada siklus berikutnya, yang meliputi kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan observasi ulang sampai permasalahan tersebut dapat diatasi.


src. Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, 2016, wacana prima h. 100



Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar